Konjungtivitis Alergi: Diagnosis dan Tatalaksana

Konjungtivitis Alergi: Diagnosis dan Tatalaksana

Konjungtivitis alergi adalah reaksi alergi pada jaringan okular dan periokular yang bermanifestasi sebagai kemerahan mata disertai dengan rasa gatal serta pembengkakan akibat paparan alergen. Konjungtivitis alergi dapat bersifat musiman dan perenial dengan tidak melibatkan kornea dan merupakan hasil dari reaksi hipersensitivitas awal imunoglobulin E (IgE). Kondisi  ini biasanya terkait dengan manifestasi penyakit atopik lainnya seperti rhinitis alergi, asma, urtikaria, dan / atau dermatitis atopik. Kondisi ini biasanya muncul dengan kemerahan mata ringan sampai sedang, air mata berlebihan, dan gatal dan pembengkakan konjungtiva hingga sedang (chemosis) dalam pola musiman atau sedang. Diagnosis awal biasanya ditemukan pada masa kanak-kanak atau dewasa muda.

konjungtivitis alergi
Business image created by Katemangostar – Freepik.com

Evaluasi Konjungtivitis Alergi

  • Pertimbangkan manajemen konservatif untuk penyakit ringan termasuk edukasi pasien untuk menghindari menggaruk mata, menghindari paparan alergen, dan iritan. Edukasi pasien untuk melakukan kompres dingin pada mata dan pemberian air mata buatan
  • Medikasi hanya diberikan pada penyakit derajat sedang hingga berat atau sebagai tambahan untuk mengatasi gejala
    • Pemberian stabilisator sel masa okular, anithistamin, atau keduanya merupakan terapi lini pertama
  • Pertimbangkan dual-action mast cell stabilizer / antihistamine sebagai terapi awal, seperti:
    • ketotifen 0,01% -0,035% 1 tetes mata ≤ 3 kali sehari
    • alcaftadine 0,25% 1-2 tetes mata satu kali sehari (FDA Pregnancy Category B)
    • bepotastine 1,5% 1 tetes mata dua kali sehari
    • olopatadine 1% 1-2 tetes mata ≤ 4 kali sehari (atau olopatadine 2% 1-2 tetes mata satu kali sehari)
    • azelastine 0,15% 1 tetes mata satu kali sehari
  • Pertimbangkan obat single-action jika pasien peka terhadap komponen dual-action mast cell stabilizer / antihistamine, seperti:
    • antihistamin – dikontraindikasikan pada pasien yang berisiko terkena glaukoma sudut tertutup dan pilihannya meliputi:
      • feniramin maleat 0,315% / naphazolin 0,02675% (kombinasi antihistamin dan dekongestan) 1-2 tetes mata ≤ 4 kali sehari
      • Epinastine 0,05% 1 tetes mata dua kali sehari, disetujui untuk digunakan pada pasien ≥ 3 tahun
      • emedastine difumarate 0,05% 1 tetes mata ≤ 4 kali sehari, disetujui untuk digunakan pada pasien ≥ 3 tahun
      • levokabastin 0,1% 1 tetes mata ≤ 4 kali sehari, disetujui untuk digunakan pada pasien ≥ 12 tahun
    • stabilizer sel mast – pilihan dapat mencakup:
      • nedocromil 2% 1-2 tetes mata dua kali sehari, disetujui untuk digunakan pada pasien ≥ 3 tahun
      • cromolyn 4% 1-2 tetes mata ≤ 4 kali sehari, disetujui untuk digunakan pada pasien ≥ 2 tahun
      • lodoxamide tromethamine 0,1% 1-2 tetes mata ≤ 4 kali sehari, disetujui untuk digunakan pada pasien ≥ 2 tahun
    • Obat okular lainnya dapat dipertimbangkan jika terapi awal tidak efektif, termasuk obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) sendiri atau sebagai obat tambahan, dekongestan okular sebagai pengobatan tambahan, atau steroid okular untuk kasus yang sangat parah atau resisten atau jika ada paparan yang berkepanjangan / berulang terhadap alergen.
    • Antihistamin oral generasi kedua dapat dipertimbangkan pada pasien dengan atau tanpa rinitis alergi.
    • Imunoterapi alergen dapat dipertimbangkan untuk penyakit sedang sampai berat jika alergen spesifik diidentifikasi dan diperlukan penanganan tambahan.
    • Jika terdapat gejala rhinitis alergi yang jelas, pertimbangkan steroid intranasal, antihistamin oral, dan / atau montelukast oral.
    • Pertimbangkan rujukan ke dokter mata jika ada komorbiditas yang signifikan, diperlukan pemberian kortikosteroid, atau gejala mata baru berkembang.

 

Referensi:

  1. La Rosa M, Lionetti E, Reibaldi M, et al. Allergic conjunctivitis: a comprehensive review of the literature. Ital J Pediatr. 2013 Mar 14;39:18full-text
  2. Friedlaender MH. Ocular allergy. Curr Opin Allergy Clin Immunol. 2011 Oct;11(5):477-82
  3. Bielory L, Meltzer EO, Nichols KK, Melton R, Thomas RK, Bartlett JD. An algorithm for the management of allergic conjunctivitis. Allergy Asthma Proc. 2013 Sep-Oct;34(5):408-20, commentary can be found in Allergy Asthma Proc 2015 Jul-Aug;36(4):79

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.