Seorang wanita berusia 50 tahun datang ke Poliklinik Umum Puskesmas dengan keluhan pingsan beberapa kali selama satu minggu. Pasien tersebut memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 138/78 mmHg, denyut nadi 83 kali per menit, frekuensi pernapasan 14 kali per menit. Pemeriksaan fisik jantung dan paru dalam batas normal, tidak ada murmur dan gallop. Ekstremitas tidak ada edema. Petugas puskesmas melakukan pemeriksaan EKG. Setelah hasil EKG keluar, petugas puskesmas kesulitan dalam cara membaca EKG tersebut. Sebab gambaran EKG pasien tampak normal tanpa kelainan dan disertai dengan denyut nadi normal dan teratur.
Kemampuan untuk membaca EKG harus dimiliki oleh setiap tenaga medis. Baik dokter atau perawat harus mampu memberikan interpretasi EKG normal atau EKG dengan kelainan.
Namun, mempelajari cara membaca EKG terkadang menjadi hal yang sulit dan juga rumit. Terutama bila jarang melakukan pemeriksaan EKG rutin atau EKG tidak tersedia di pelayanan kesehatan primer.
Seperti kasus yang kami tunjukkan pada awal tadi. Pasien tersebut mengalami AV Blok Derajat 1 dengan nadi normal. Hal ini dapat ditemukan pada beberapa pasien dengan penyebab kelainan jantung tertentu.
Maka, mari kita mempelajari salah satu jurus termudah untuk membaca EKG.
[Download not found]Sebelum membaca lebih lanjut, teman-teman dapat mengunduh format pdf artikel ini dan artikel ekg kami lainnya melalui tombol di bawah ini:
Sebelum kami memaparkan jurus tersebut maka ada baiknya kita mengenali lebih dekat apa yang dimaksud dengan EKG.
Elektrokardiogram atau EKG adalah alat yang digunakan untuk merekam aktivitas listrik jantung pada permukaan tubuh. Dokter Willem Einthoven yang lahir di Semarang adalah penemu EKG.
Pendapat dan rumusan keilmuan Dr. Einthoven memberikan pemahaman dan manfaat penggunaan EKG untuk memeriksa sistem kelistrikan jantung.
Mesin EKG berhasil merekam berbagai gangguan irama jantung dan penyakit jantung koroner pada tahun 1910. Nama Dr. Einthoven sendiri digukan untuk menggambarkan vektor implus listrik jantung pada sadapan mesin EKG. Segitiga Einthoven adalah sebutan untuk vektor tersebut.
EKG adalah alat skrining dan diagnosis klinis yang sangat baik dalam bidang penyakit jantung. Penggunaan EKG juga dapat kita temukan pada sistem pelayanan kesehatan bahkan di pusat layanan kesehatan tingkat dasar.
Oleh karena itu, setiap tenaga medis, baik dokter atau perawat harus memiliki kemampuan untuk membaca EKG dan menentukan masalah apa yang ada pada pasien berdasarkan hasil rekaman EKG nya.
Sebelum kami membongkar jurus mudah membaca EKG. Kita harus memahami komponen dan bentuk EKG normal terlebih dahulu.
Teknik utama dalam mempelajari jurus mudah membaca EKG yang harus kita kuasai adalah teknik membedakan apakah rekaman EKG pasien normal atau tidak normal (abnormal).
Untuk itu kita harus memahami bagaimana gambaran aktivitas listrik jantung normal pada EKG. Aktivitas listrik jantung normal membuat fungsi jantung menjadi optimal.
Seperti yang telah kita pahami, jantung berfungsi untuk memompa darah. Baik ke seluruh tubuh atau ke paru-paru dan kembali lagi ke jantung.
Tanpa aktivitas listrik jantung normal, proses pompa jantung akan terganggu serta menimbulkan berbagai gejala dan tanda klinis.
EKG memiliki kemampuan untuk merekam aktivitas listrik jantung normal dan tidak normal. Rekaman EKG normal yang akan kita pelajari ini, akan ditemukan pada 90% orang sehat. Orang yang tidak mengalami gangguan irama jantung atau penyakit jantung lainnya.
Tujuan membaca EKG adalah kemampuan untuk menentukan apakah komponen EKG normal atau tidak normal (patologis). Gambar di atas menunjukkan komponen EKG Normal pada satu fase pompa jantung.
Fase pompa jantung terdiri dari 2 komponen yaitu sistolik dan diastolik. Fase sistolik dan diastolik masing-masing diwakili oleh komponen EKG normal. Mari kita bahas lebih lanjut.
Terdapat 5 gelombang utama pada EKG yaitu: P, Q, R, S, dan T. Deskripsi gelombang tersebut kami tampilkan pada tabel di bawah ini.
Gelombang | Deskripsi Normal pada EKG |
---|---|
P | Gelombang P merupakan defleksi positif pertama pada EKG yang menggambarkan depolarisasi atrium. |
Q | Gelombang Q merupakan defleksi negatif pertama pada EKG yang menggambarkan awal depolarisasi ventrikel. Defleksi negatif pertama sebelum gelombang R. |
R | Gelombang R merupakan defleksi positif pertama setelah gelombang P yang menggambarkan awal depolarisasi ventrikel. |
S | Gelombang S adalah defleksi negatif kedua pada EKG yang mengambarkan akhir depolarisasi ventrikel. Gelombang ini adalah akhir dari kompleks QRS |
T | Gelombang T adalah defleksi positif setelah setiap kompleks QRS. Gelombang ini mewakili repolarisasi ventrikel. |
Mari perhatikan gambar EKG 12 sadapan berikut. Dapatkah teman-teman mengenali masing-masing gelombang P, Q, R, S, dan T tersebut?
Gambar di atas adalah EKG normal. Bila teman-teman sudah dapat membaca EKG tersebut dan mengenali gelombang EKG normal maka teman-teman telah memiliki teknik pertama untuk belajar jurus mudah membaca EKG.
Sebelum itu, terdapat satu gelombang lainnya yang jarang muncul dan lebih kecil dibandingkan gelombang EKG normal lainnya. Gelombang ini disebut sebagai gelombang U.
Gelombang U adalah defleksi kecil (0,5 mm) segera setelah gelombang T. Gelombang U biasanya searah dengan gelombang T. Gelombang U paling baik terlihat pada sadapan V2 dan V3.
Sebuah gambaran EKG dengan gelombang P diikuti kompleks QRS disebut sebagai irama sinus.
OK, mari kita berkenalan dengan jurus mudah membaca EKG.
Kita sudah mengenali masing-masing gelombang normal pada EKG normal. Namun, ada komponen lain yang harus kita pahami bila ingin membaca EKG dengan baik.
Komponen-komponen tersebut akan kami bahas satu persatu pada penjabaran jurus mudah cara membaca EKG jantung ini.
Mari simak ilustrasi berikut!
Suatu hari, Anda seorang dokter IGD menerima pasien seorang pria berusia 50 tahun dengan kondisi yang cukup kritis. Tim Public Safety Center (PSC) 119 membawa masuk brankar pasien tidak sadar sambil memberikan bantuan napas menggunakan ambubag.
“Kami tidak punya monitor di Ambulans karena sedang rusak,” kata petugas PSC yang mengantar pasien.
Petugas PSC kemudian melanjutkan memberikan laporan terkait kondisi pasien kepada Anda. Pasien tidak sadar tersebut memiliki napas yang lemah, tetapi masih memiliki denyut jantung yang kuat.
Anda sebagai dokter penanggung jawab IGD meminta petugas PSC untuk membawa dan memindahkan pasien ke tempat tidur pada unit resusitasi. Anda juga meminta perawat menggantikan posisi petugas yang memberi bantuan napas dan memasang monitor pemantauan. Lalu, Anda juga meminta perawat lainnya untuk melakukan rekaman EKG.
Rekaman EKG selesai, perawat IGD tampak kebingungan melihat hasilnya, lalu menyerahkan kertas EKG tersebut kepada Anda sambil berkata.
“Saya selalu kesulitan membaca EKG. Saya tidak tahu harus mulai dari mana. Saya rasa rekaman EKG ini tidak normal, sebab tampak sedikit berantakan.”
Anda menerima rekaman EKG tersebut, mata Anda sedikit terbuka melebar. Segera Anda menarik segel dan membuka laci troli obat emergensi, mengambil sebuah tabung cairan obat dengan label berwarna kuning putih.
Anda kemudian menyuntikkan cairan tersebut perlahan melalui jalur infus yang telah dipasang pasien PSC.
Perlahan, pasien mulai dapat bernapas spontan dan sadar.
Apa obat yang diberikan dan membuat pasien sadar?
Bagaimana mungkin kita dapat membaca EKG dengan sangat cepat serta menentukan tindakan klinis yang luar biasa cepat pula?
Obat yang diberikan kepada pasien adalah Kalium. Gambaran EKG pasien menunjukkan Hipokalemia berat.
“Bagaimana Anda bisa mendiagnosis kondisi pasien dengan begitu cepat?” Protes perawat yang melakukan rekaman EKG. Dia curiga hal tersebut merupakan suatu kebetulan.
“Saya menggunakan Jurus Mudah Cara Membaca EKG: Rule of Fours. Jika, kamu berkenan, saya akan mengajari kamu cara membaca EKG dalam 2 menit.”
Hal inilah yang akan kami bagikan kepada teman-teman agar bisa seperti dokter yang menangani pasien pada ilustrasi di atas.
Membaca EKG dalam waktu 2 menit.
Cara membaca EKG dengan mudah dapat dilakukan menggunakan rule of fours, yaitu: 4 fitur klinis awal, 4 gelombang, dan 4 interval.
Kuncinya membaca EKG adalah menilai struktur dasar EKG normal secara sistematis, melihat semua petunjuk, dan jangan mencontek hasil bacaan otomatis yang juga keluar bersamaan dengan gambar rekaman EKG.
Mari kita bongkar dan kuasai satu persatu.
Lakukan juga pemeriksaan cepat pada kesalahan penempatan sadapan EKG:
Berikut beberapa contoh Axis EKG yang mungkin kita temukan.
Mari kita lanjutkan dengan mempelajari jurus 4 gelombang
Selanjutnya, mari kita mengenal teknik terakhir yaitu 4 interval EKG.
Nah, itulah jurus mudah cara membaca EKG. Bila teman-teman merasa masih belum mudah. Mari kita coba penerapan nya dalam konteks klinis.
Sekarang kita telah mempelajari teknik-tekniknya, mari kita gunakan jurus “Rule of Fours” untuk menafsirkan gambar EKG di bawah ini.
Silakan lihat tabel di bawah ini untuk interpretasi EKG berdasarkan Rule of Fours nya.
4 Fitur Klinis Awal | Interpretasi |
---|---|
Manifestasi Klinis | Pria, 50 tahun, tidak sadar, dan gagal napas |
Rate | 90 kali per menit |
Rhythm | Irama Sinus (Gelombang P diikuti kompleks QRS) |
Axis | Sekitar 60 derajat (normo axis) |
4 Gelombang EKG | |
Gelombang P | ada tapi memuncak (p pulmonal) |
Kompleks QRS | tampak normal pada semua sadapan |
Gelombang T | tampak sangat tidak biasa, pola bifasik umumnya tersebar pada semua lead. Sulit dibedakan dari gelombang U… |
Gelombang U | Terdapat gelombang U. Ada juga diskordans gelombang T / U di V2. |
4 Interval EKG | |
Interval PR | terlihat agak panjang > 0,12 ms |
Lebar Kompleks QRS | terlihat cukup sempit, yang pasti tidak melebar |
Interval ST atau Segmen ST | sulit untuk dideskripsikan. Di sebagian besar sadapam, sepertinya ada depresi ST yang miring ke bawah, tetapi saya pikir dalam konteks apa yang sudah kita ketahui (terutama riwayat klinis pasien), menurut saya penyebab iskemik bukanlah diagnosis teratas. |
Interval QT | terlihat panjang, dan sebenarnya beberapa orang akan mengatakan QT harus benar-benar diukur pada akhir gelombang U. |
Berdasarkan bacaan EKG tersebut maka diagnosis paling mungkin adalah Hipokalemia.
Kabar baiknya adalah, meskipun kita tidak tahu apa diagnosis pasti berdasarkan EKG.
Bila kita menggunakan Rule of Fours ini, kita dapat mendeskripsikan EKG secara akurat kepada dokter atau konsulen yang lebih berpengalaman.
EKG adalah pemeriksaan skrining standar dalam bidang penyakit jantung. Alat ini dapat menentukan apakah terdapat kelainan kelistrikan jantung, gangguan irama, dan gangguan terkait sumbatan pembuluh darah jantung.
Memiliki kemampuan cara membaca EKG merupakan keharusan. Untuk itu, mari terus belajar agar semakin paham dalam interpretasi gelombang EKG.
Artikel ini hanya salah satu dasar dalam cara membaca EKG. Nantikan artikel EKG kami lainnya.
Jika teman-teman punya pertanyaan seputar jurus mudah cara membaca EKG ini silakan tuliskan pertanyaan teman-teman pada kolom komentar.
[su_spoiler title=”Klik di Sini“]
Sebagian besar artikel ini kami terjemahkan dari https://litfl.com/ecg-rule-of-fours/ dengan lisensi “by LITFL is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License”
Referensi lain yang Kami gunakan dalam artikel ini antara lain:
[/su_spoiler]
Alhamdulillah ilmu yang bermanfaat semoga menjadi pahala yang tak putus,,maha besar Allah yang menciptakan tubuh manusia begitu sempurna,
Saya rasa itu lebih ke hipokalsemia
Koreksi yg hrs diberikan Ca.glukonas.
Hati2 memberikan kalium atau kcl tanpa mengetahui hasil pmx laboratorium kalium.
sangat bermanfaat, trimakasih
mohon maaf mau konfirmasi untuk yang bagian aksis, itu njenengan di narasinya ditulis lead II tetapi di tabel dan contoh gambar ditulis lead I, yang benar lead I nggih berarti?
terima kasih
Mohon maaf ada kesalahan penulisan. Yang benar adalah Lead I sudah kami perbaiki. Terima kasih atas koreksinya.