Elektrokardiogram atau EKG adalah salah satu alat yang digunakan dalam diagnosis dan penanganan penyakit jantung. EKG digunakan untuk merekam dan memonitor aktivitas listrik di jantung. Pada pasien yang mengalami infark miokard atau serangan jantung, EKG dapat membantu dalam menentukan diagnosis dan menilai tingkat keparahan kondisi tersebut. ST-elevasi miokard infark atau STEMI adalah jenis serangan jantung yang paling serius. Pada STEMI, terjadi blokade pada arteri koroner, yang menyebabkan kerusakan pada otot jantung. Pada EKG, STEMI ditandai dengan elevasi segmen ST pada gelombang QRS. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan aktivitas listrik pada otot jantung yang terkena infark. Artikel ini akan membahas secara rinci EKG STEMI, Tatalaksana STEMI, dan Guideline STEMI.
Penting untuk segera mengobati STEMI karena kondisi ini dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada otot jantung dan bahkan kematian. Penanganan STEMI meliputi pemberian obat-obatan, tindakan koroner, dan rehabilitasi jantung. EKG dapat membantu dokter dalam menentukan jenis dan tingkat keparahan STEMI serta memantau respons terhadap pengobatan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lebih rinci tentang EKG STEMI, termasuk tanda-tanda yang harus diwaspadai, metode diagnosa, dan penanganannya. Semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini dan membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan dan penanganan STEMI.
Mengenal Lebih Dekat Tentang STEMI
ST-elevasi miokard infark atau STEMI adalah jenis serangan jantung yang paling serius dan memerlukan tindakan medis segera. STEMI terjadi ketika terjadi blokade pada arteri koroner, yang merupakan pembuluh darah yang memasok darah ke otot jantung. Kondisi ini menyebabkan otot jantung kekurangan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan otot jantung.
Saat STEMI terjadi, gejala yang umumnya dirasakan oleh penderita adalah nyeri dada yang berat dan bertahan lama, bahkan bisa menjalar ke bagian tubuh lainnya seperti lengan kiri, rahang, punggung atau perut. Penderita juga bisa merasakan sesak napas, berkeringat, mual, muntah, dan lelah yang luar biasa.
Penanganan STEMI harus dilakukan dengan segera untuk menghindari komplikasi dan kerusakan jantung yang lebih serius. Tindakan pertama yang dilakukan adalah pemberian obat-obatan, seperti aspirin, nitrat, dan trombolitik, yang bertujuan untuk membuka pembuluh darah yang tersumbat dan memperbaiki aliran darah ke otot jantung yang terkena. Selain itu, pasien juga perlu menjalani tindakan koroner, seperti angioplasti atau pemasangan stent, untuk memperbaiki aliran darah di arteri koroner yang tersumbat.
Setelah mengalami STEMI, pasien juga perlu menjalani rehabilitasi jantung, yang meliputi program olahraga dan pemantauan kesehatan secara berkala untuk memperbaiki kondisi jantung dan mencegah serangan jantung berulang. Penting untuk diingat bahwa STEMI adalah kondisi serius dan memerlukan penanganan yang tepat dan segera, sehingga penting bagi setiap orang untuk memahami gejala dan faktor risiko STEMI serta mengadopsi gaya hidup sehat untuk mencegah terjadinya serangan jantung.
Elektrokardiogram (EKG) adalah sebuah tes diagnostik yang digunakan untuk merekam aktivitas listrik jantung. Tes ini sangat penting dalam pengenalan dan diagnosis ST-elevasi miokard infark (STEMI), yaitu jenis serangan jantung yang paling serius dan memerlukan penanganan segera.
Dalam EKG, elektroda ditempatkan pada kulit pasien di beberapa titik di dada, lengan, dan kaki. Elektroda ini mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung dalam bentuk gelombang yang terlihat pada monitor EKG. Hasil EKG dapat memberikan informasi yang sangat penting tentang kesehatan jantung, termasuk memantau irama jantung dan mendeteksi adanya masalah, seperti blok jantung, gangguan irama jantung, dan infark miokard atau serangan jantung.
Pada pasien STEMI, EKG sangat penting untuk membantu dalam penentuan diagnosis dan menilai tingkat keparahan kondisi tersebut. Pada EKG STEMI, terjadi elevasi segmen ST pada gelombang QRS, yang menunjukkan adanya perubahan aktivitas listrik pada otot jantung yang terkena infark. Selain itu, EKG juga dapat membantu dokter dalam menentukan tindakan medis yang tepat dan memantau respons terhadap pengobatan.
Pengenalan dan penggunaan EKG STEMI sangat penting dalam upaya meningkatkan pengobatan dan penanganan serangan jantung yang tepat dan segera. Pemeriksaan EKG biasanya dilakukan oleh dokter atau tenaga medis yang terlatih, dan hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tindakan selanjutnya. Dalam situasi darurat STEMI, penggunaan EKG dapat membantu tim medis dalam memutuskan tindakan medis yang tepat dan mempercepat penanganan pasien.
Gambaran EKG STEMI
Hasil EKG STEMI dapat menunjukkan adanya elevasi segmen ST pada gelombang QRS yang mengindikasikan adanya perubahan aktivitas listrik pada otot jantung yang terkena infark. Pada EKG STEMI, elevasi segmen ST biasanya ditemukan pada lead I, aVL, V1-V6, dan II, III, aVF, yang merupakan lead yang memantau aktivitas listrik di sekitar jantung.
Elevasi segmen ST pada EKG STEMI biasanya terlihat sebagai kenaikan dari garis dasar gelombang QRS pada segmen ST, yang menandakan adanya perubahan aktivitas listrik pada otot jantung yang terkena infark. Elevasi segmen ST biasanya memiliki bentuk yang khas, yaitu menyerupai tombak atau puncak gunung yang tajam dan terpusat di tengah segmen ST. Selain itu, pada EKG STEMI juga dapat ditemukan adanya depresi segmen ST pada lead yang bersebrangan dengan lead yang menunjukkan elevasi segmen ST.
Selain elevasi segmen ST, EKG STEMI juga dapat menunjukkan adanya gelombang Q yang mendalam dan lebar, serta gelombang T yang melebar atau inversi. Kondisi ini dapat menunjukkan adanya kerusakan otot jantung yang lebih serius dan perlu tindakan medis yang lebih cepat dan agresif.
Dalam interpretasi hasil EKG STEMI, dokter atau tenaga medis yang terlatih dapat menentukan tingkat keparahan serangan jantung dan menentukan tindakan medis yang tepat untuk memperbaiki aliran darah ke otot jantung yang terkena infark. Oleh karena itu, hasil EKG STEMI merupakan informasi penting dalam penanganan dan pengobatan serangan jantung yang memerlukan penanganan segera dan tepat.
EKG STEMI Anterior
Nomenklatur infark anterior dapat membingungkan, dengan beberapa istilah berbeda yang digunakan untuk berbagai pola infark. Berikut ini adalah pendekatan yang disederhanakan untuk memberi nama berbagai jenis MI anterior.
Sadapan prekordial dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Sadapan septum = V1-2
Sadapan anterior = V3-4
Sadapan lateral = V5-6
Pola infark yang berbeda diberi nama menurut sadapan dengan elevasi ST maksimal:
Septal = V1-2
Anterior= V2-5
Anteroseptal = V1-4
Anterolateral = V3-6, I + aVL
Anterior Luas/anterolateral = V1-6, I + aVL
Pola EKG penting lainnya yang harus diperhatikan:
STEMI anterior-inferior akibat oklusi LAD “wraparound”. Hal ini terjadi bersamaan dengan elevasi ST di sadapan prekordial dan inferior, akibat oklusi LAD varian (“tipe III”) yang membungkus di sekitar apeks jantung untuk mensuplai dinding anterior dan inferior ventrikel kiri.
Stenosis arteri koroner utama kiri: ST depresi luas dengan ST elevasi di aVR ≥ V1
Sindrom Wellens: inversi gelombang T prekordial dalam atau gelombang T bifasik pada V2-3, menunjukkan stenosis LAD proksimal kritis (tanda peringatan infark anterior segera)
Gelombang De Winter T: depresi ST yang menanjak dengan puncak gelombang T yang simetris di sadapan prekordial; “setara STEMI” yang menunjukkan oklusi LAD akut.
Contoh 1
Keterangan untuk Gambar elektrokardiografi di Atas:
Elevasi ST dan gelombang T hiperakut pada V2-4
ST elevasi di I dan aVL dengan ST depresi timbal balik di sadapan III
Gelombang Q terdapat pada sadapan septum V1-2
Fitur-fitur ini menunjukkan STEMI anteroseptal hiperakut
Contoh 2a
Keterangan untuk Gambar elektrokardiografi di Atas:
Ada gelombang T hiperakut di V2-6 (paling ditandai di V2 dan V3) dengan hilangnya tinggi gelombang R.
Irama sinus normal dengan blok AV derajat 1
Ada kompleks atrium prematur (ketukan 4 pada strip ritme) dan ektopi ventrikel multifokal (PVC dari dua jenis berbeda), yang menunjukkan miokardium “iritasi” yang berisiko mengalami fibrilasi ventrikel
Contoh 2b
EKG dari pasien yang sama dengan gambar 2a diambil sekitar 40-50 menit kemudian:
Ada elevasi ST progresif dan pembentukan gelombang Q di V2-5
ST elevasi sekarang juga ada pada I dan aVL
Ada beberapa depresi ST timbal balik di sadapan III
Contoh 3
Keterangan untuk Gambar elektrokardiografi di Atas:
ST elevasi di V2-6, I dan aVL.
Depresi ST resiprokal pada III dan AVF.
Contoh 4
Keterangan untuk Gambar elektrokardiografi di Atas:
ST elevasi di V1-6 ditambah I dan aVL (paling ditandai di V2-4)
Depresi ST resiprokal minimal pada III dan aVF
Gelombang Q di V1-2, mengurangi tinggi gelombang R (ekuivalen gelombang-Q) di V3-4
Ada kompleks ventrikel prematur (PVC) dengan fenomena “R on T” di akhir EKG; ini menempatkan pasien pada risiko aritmia ventrikel maligna
Contoh 5
Keterangan untuk Gambar elektrokardiografi di Atas:
Gelombang Q dalam di V1-3 dengan tinggi gelombang R yang sangat berkurang di V4.
Residu elevasi ST pada V1-3 (morfologi (“aneurisma ventrikel kiri”)
Gelombang T bifasik/terbalik pada V1-5
Perkembangan gelombang R yang buruk (tinggi gelombang R <3mm di V3)
Gelombang Q abnormal dan inversi gelombang T pada I dan aVL
Pola tersebut menunjukkan infark sebelumnya pada dinding anteroseptal dan lateral
Contoh 6
Keterangan untuk Gambar elektrokardiografi di Atas:
Elevasi ST masif dengan morfologi “batu nisan” terdapat di seluruh sadapan prekordial (V1-6) dan sadapan lateral tinggi (I, aVL)
Pola ini terlihat pada oklusi LAD proksimal dan menunjukkan infark wilayah yang luas dengan fraksi ejeksi LV yang buruk dan kemungkinan besar syok kardiogenik dan kematian.
Contoh 7
Keterangan untuk Gambar elektrokardiografi di Atas:
ST elevasi hadir di seluruh sadapan prekordial dan inferior
Ada gelombang T hiperakut, paling menonjol di V1-3
Gelombang Q terbentuk di V1-3, serta sadapan III dan aVF
Pola ini menunjukkan oklusi yang terjadi pada LAD “tipe III” atau “wraparound” (yaitu yang membungkus di sekitar apeks jantung untuk mensuplai dinding inferior)
EKG STEMI Inferior
Infark miokard inferior (MI) menyumbang 40-50% dari semua MI. Ini umumnya memiliki prognosis yang lebih menguntungkan daripada infark miokard anterior (mortalitas di rumah sakit hanya 2-9%), namun fitur terkait tertentu menunjukkan hasil yang lebih buruk.
Kriteria diagnostik EKG
ST elevasi di sadapan II, III, aVF
Gelombang T hiperakut dapat mendahului perubahan ini
Depresi ST resiprokal pada aVL
Perkembangan progresif gelombang Q pada II, III, aVF
Fitur terkait, yang semuanya memberikan prognosis yang lebih buruk, meliputi:
Infark ventrikel kanan bersamaan (40% pasien); pasien ini dapat mengalami hipotensi berat sebagai respons terhadap nitrat
Bradikardia yang signifikan akibat blok AV derajat kedua atau ketiga (20%)
Infark posterior akibat perluasan area infark
Contoh 1
Keterangan untuk Gambar elektrokardiografi di Atas:
Gelombang T hiperakut (memuncak) pada II, III dan aVF dengan kehilangan relatif tinggi gelombang R
Elevasi ST awal dan pembentukan gelombang Q di sadapan III
Depresi ST resiprokal dan inversi gelombang T pada aVL
ST elevasi di sadapan III > sadapan II menunjukkan oklusi RCA; elevasi ST halus di V4R akan konsisten dengan ini.
Perhatikan bagaimana morfologi segmen ST pada aVL merupakan bayangan cermin yang tepat dari sadapan III. Konsep perubahan timbal balik dapat lebih ditekankan dengan mengambil lead aVL dan membalikkannya. Perhatikan bagaimana morfologi ST sekarang terlihat identik dengan sadapan III
Contoh 2
Keterangan untuk Gambar elektrokardiografi di Atas:
ST elevasi pada II, III dan aVF.
Pembentukan gelombang-Q pada III dan aVF.
Depresi ST resiprokal dan inversi gelombang T pada aVL
ST elevasi di sadapan II = sadapan III dan tidak adanya perubahan resiprokal di sadapan I (segmen ST isoelektrik) menunjukkan oklusi arteri sirkumfleksa kiri
Contoh 3
Keterangan untuk Gambar elektrokardiografi di Atas:
Ditandai ST elevasi di II, III dan aVF dengan pembentukan gelombang-Q awal.
Perubahan timbal balik dalam aVL.
ST elevasi di sadapan III > II dengan perubahan resiprokal pada sadapan I dan ST elevasi di sadapan V1-2 menunjukkan oklusi RCA dengan infark RV terkait: Pasien ini harus memiliki sadapan sisi kanan untuk memastikan hal ini.
Contoh 4
Keterangan untuk Gambar elektrokardiografi di Atas:
Gelombang T hiperakut pada II, III dan aVF.
Elevasi ST awal dan hilangnya tinggi gelombang R pada II, III dan aVF.
Perubahan timbal balik pada aVL dan sadapan I.
Contoh 5
Keterangan untuk Gambar elektrokardiografi di Atas:
Ditandai ST elevasi di II, III dan aVF dengan morfologi “batu nisan”.
Perubahan timbal balik dalam aVL
ST elevasi juga terdapat pada sadapan lateral V5-6, menunjukkan infark luas pada dinding inferior dan lateral
Pada pasien dengan STEMI inferior, elevasi ST 2 mm atau lebih pada sadapan V5 dan V6 merupakan prediksi penyakit arteri koroner yang luas dan area infark yang luas.
EKG STEMI Lateral
Bagaimana mengenali STEMI lateral:
ST elevasi di sadapan lateral (I, aVL, V5-6).
Depresi ST resiprokal pada sadapan inferior (III dan aVF).
ST elevasi terutama terlokalisasi di sadapan I dan aVL disebut sebagai STEMI lateral tinggi.
Contoh 1
Keterangan untuk Gambar EKG di Atas:
ST elevasi muncul di lead lateral yang tinggi (I dan aVL).
Ada juga elevasi ST halus dengan gelombang T hiperakut di V5-6.
Terdapat depresi ST timbal balik pada sadapan inferior (III dan aVF) dengan depresi ST terkait pada V1-3 (yang dapat menunjukkan iskemia anterior atau perubahan timbal balik).
Pola ini konsisten dengan infark akut yang terlokalisasi pada bagian superior dinding lateral ventrikel kiri (STEMI lateral tinggi).
Pembuluh darah yang tersumbat dalam kasus ini adalah cabang diagonal pertama LAD.
Contoh 2
Keterangan untuk EKG di atas:
ST elevasi hadir di lead lateral yang tinggi (I dan aVL).
Terdapat depresi ST timbal balik pada sadapan inferior (III dan aVF).
Gelombang QS pada sadapan anteroseptal (V1-4) dengan perkembangan gelombang R yang buruk mengindikasikan adanya infark anteroseptal sebelumnya.
Pola ini menunjukkan penyakit LAD proksimal dengan oklusi akut cabang diagonal pertama (D1).
Contoh 3
Keterangan untuk elektrokardiografi di atas:
Terdapat elevasi ST halus pada sadapan lateral tinggi (I dan avL).
Ada gelombang Q patologis di aVL plus gelombang T terbalik di I dan aVL.
Pola ini merupakan diagnostik dari MI lateral tinggi yang baru (“selesai”).
Pasien dalam kasus ini mengalami oklusi 90% dari arteri marginal tumpulnya (= cabang dari LCx yang mensuplai dinding lateral LV).
Contoh 4
Keterangan untuk Elektrokardiografi STEMI di atas:
ST elevasi terdapat pada sadapan anterior (V2-4) dan lateral (I, aVL, V5-6).
Gelombang Q hadir di sadapan anterior dan lateral, paling menonjol di V2-4.
Terdapat depresi ST timbal balik pada sadapan inferior (III dan aVF).
Pola ini menunjukkan infark luas yang melibatkan dinding anterior dan lateral ventrikel kiri
Contoh 5
Keterangan untuk Elektrokardiografi STEMI di atas:
Terdapat elevasi ST dini dengan gelombang T hiperakut pada sadapan anteroseptal (V1-4).
Terdapat juga elevasi ST halus pada sadapan lateral tinggi (I dan aVL); ini mungkin mudah dilewatkan.
Namun, adanya depresi ST resiprokal pada sadapan inferior (III dan aVF) membuat elevasi ST lateral lebih jelas.
EKG ini merupakan tahap awal dari infark anterolateral besar.
Seperti pada kasus sebelumnya, kombinasi elevasi ST pada sadapan prekordial dan sadapan lateral tinggi merupakan indikasi oklusi LAD proksimal.
Contoh 6
Keterangan untuk Elektrokardiografi STEMI di atas:
Terdapat ST elevasi di sadapan inferior (II, III, aVF) dan lateral (I, V5-6).
Elevasi ST prekordial memanjang hingga V4, namun STE maksimal ada di V6.
Depresi ST pada V1-3 menunjukkan infark posterior terkait (rasio R/S > 1 pada V2 konsisten dengan hal ini).
Ini adalah STEMI inferolateral akut dengan kemungkinan ekstensi posterior.
Konstelasi kelainan EKG ini biasanya dihasilkan oleh oklusi arteri sirkumfleksa proksimal.
Contoh 7
Keterangan untuk Elektrokardiografi STEMI di atas:
ST elevasi terdapat pada sadapan inferior (II, III dan aVF) dan lateral (I, V5-6).
Depresi ST pada V1-3 dengan gelombang R tinggi dan lebar serta gelombang T tegak dan rasio R/S > 1 pada V2 mengindikasikan infark posterior bersamaan (pasien ini juga mengalami elevasi ST pada sadapan posterior V7-9).
Perubahan ini konsisten dengan infark masif yang melibatkan dinding inferior, lateral, dan posterior ventrikel kiri.
Pembuluh penyebab sekali lagi sangat mungkin adalah arteri sirkumfleksa proksimal yang tersumbat.
Kriteria Elevasi Segmen ST pada EKG STEMI
Kriteria elevasi segmen ST pada EKG digunakan untuk membantu dokter atau tenaga medis dalam menentukan apakah terdapat perubahan aktivitas listrik pada otot jantung yang terkena infark. Beberapa kriteria elevasi segmen ST yang dapat ditemukan pada EKG antara lain:
Segmen ST elevasi lebih dari 1 mm pada dua atau lebih lead di dada (V1-V6).
Segmen ST elevasi lebih dari 2 mm pada dua atau lebih lead di dada (V1-V6).
Segmen ST elevasi lebih dari 1 mm pada lead I, aVL, atau lead II, III, aVF.
Segmen ST elevasi lebih dari 2 mm pada lead II, III, aVF.
Selain itu, ada juga kriteria elevasi segmen ST yang disebut dengan kriteria Sgarbossa, yang digunakan untuk membantu membedakan STEMI pada pasien dengan adanya blokade cabang kiri (LBBB). Kriteria Sgarbossa meliputi:
Elevasi segmen ST lebih dari 1 mm pada lead V1, V2 atau V3 pada pasien dengan LBBB.
Depresi segmen ST lebih dari 1 mm pada lead I, aVL, atau V5, V6 pada pasien dengan LBBB.
Elevasi segmen ST lebih dari 5 mm pada lead V1, V2 atau V3 pada pasien dengan LBBB.
Kriteria elevasi segmen ST pada EKG merupakan salah satu faktor yang digunakan dalam penentuan diagnosis STEMI dan menentukan tindakan medis yang tepat untuk pasien. Namun, perlu diingat bahwa penilaian EKG harus dilakukan secara komprehensif dan harus dipertimbangkan bersamaan dengan gejala klinis pasien dan tes diagnostik lainnya untuk membuat diagnosis yang akurat.
Menentukan Lokasi Sumbatan Arteri Koroner dari Hasil EKG STEMI
Menentukan lokasi sumbatan arteri koroner dari hasil EKG STEMI merupakan hal yang penting dalam menentukan tindakan medis yang tepat dan segera. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan lokasi sumbatan arteri koroner dari hasil EKG STEMI, di antaranya:
Melihat lokasi elevasi segmen ST pada EKG STEMI
Elevasi segmen ST pada EKG STEMI biasanya terlihat pada beberapa lead tertentu. Oleh karena itu, dokter atau tenaga medis dapat menentukan lokasi sumbatan arteri koroner dengan melihat lead atau rangkaian lead yang menunjukkan elevasi segmen ST. Misalnya, elevasi segmen ST pada lead V1 dan V2 dapat menunjukkan sumbatan arteri koroner kiri anterior (LAD), sedangkan elevasi segmen ST pada lead II, III, dan aVF dapat menunjukkan sumbatan arteri koroner kanan (RCA).
Melihat kompleks QRS dan gelombang T pada EKG STEMI
Kompleks QRS dan gelombang T pada EKG STEMI juga dapat memberikan petunjuk tentang lokasi sumbatan arteri koroner. Misalnya, kompleks QRS yang lebar dan mendalam dapat menunjukkan sumbatan pada arteri koroner kanan, sedangkan gelombang T yang melebar atau terbalik dapat menunjukkan adanya kerusakan otot jantung yang lebih luas.
Menggunakan skor Selvester pada EKG STEMI
Skor Selvester adalah metode numerik yang dapat digunakan untuk memprediksi lokasi sumbatan arteri koroner pada pasien dengan STEMI. Skor Selvester menghitung nilai numerik berdasarkan elevasi segmen ST, depresi segmen ST, dan kompleks QRS pada beberapa lead tertentu, dan dapat membantu menentukan lokasi sumbatan arteri koroner dengan tingkat keakuratan yang cukup tinggi.
Pada umumnya, menentukan lokasi sumbatan arteri koroner dari hasil EKG STEMI dilakukan oleh dokter atau tenaga medis yang terlatih dan berpengalaman dalam interpretasi EKG. Namun, pemahaman dasar tentang cara menentukan lokasi sumbatan arteri koroner dari hasil EKG STEMI dapat membantu pasien dan keluarganya untuk memahami kondisinya dan tindakan medis yang diperlukan.
Lebih Rinci Tentang Skor Selvester pada EKG STEMI
Skor Selvester atau Selvester QRS score adalah algoritma numerik yang digunakan untuk memprediksi lokasi sumbatan arteri koroner (coronary artery occlusion) pada pasien dengan STEMI (ST-segment elevation myocardial infarction) dengan menggunakan data EKG (elektrokardiogram). Skor Selvester dikembangkan oleh Dr. William J. Selvester pada tahun 1970-an.
Skor Selvester terdiri dari enam parameter, yaitu:
amplitudo QRS pada lead I
amplitudo QRS pada lead aVL
amplitudo QRS pada lead V5
amplitudo R-wave pada lead V1
amplitudo S-wave pada lead III
ST-elevation pada lead aVR
Setiap parameter dinilai dengan menggunakan nilai numerik, yang kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor total. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, semakin besar kemungkinan sumbatan terjadi pada arteri koroner tertentu.
Berikut adalah nilai numerik yang digunakan untuk setiap parameter:
Jika amplitudo QRS pada lead I ≤ -1, skor = 0. Jika QRS amplitudo pada lead I > -1, skor = 3.
Jika amplitudo QRS pada lead aVL ≤ -1, skor = 0. Jika QRS amplitudo pada lead aVL > -1, skor = 3.
Jika amplitudo QRS pada lead V5 ≤ 7, skor = 0. Jika QRS amplitudo pada lead V5 > 7, skor = 3.
Jika amplitudo R-wave pada lead V1 < 3, skor = 0. Jika R-wave amplitudo pada lead V1 ≥ 3, skor = 3.
Jika amplitudo S-wave pada lead III < 3, skor = 0. Jika S-wave amplitudo pada lead III ≥ 3, skor = 3.
Jika ST-elevation pada lead aVR ≤ -1, skor = 0. Jika ST-elevation pada lead aVR > -1, skor = 5.
Skor Selvester dapat digunakan untuk memprediksi lokasi sumbatan pada arteri koroner kiri anterior (LAD), arteri koroner kanan (RCA), dan arteri koroner sirkumfleks (LCX). Skor Selvester yang tinggi pada lead I, aVL, dan V5 menunjukkan kemungkinan sumbatan pada LAD, sedangkan skor Selvester yang tinggi pada lead III dan aVF menunjukkan kemungkinan sumbatan pada RCA. Skor Selvester yang tinggi pada lead V1 dan V2 menunjukkan kemungkinan sumbatan pada LCX.
Namun, perlu diingat bahwa skor Selvester bukanlah satu-satunya faktor yang digunakan dalam menentukan lokasi sumbatan arteri koroner pada pasien dengan STEMI. Interpretasi EKG secara komprehensif dan evaluasi klinis pasien juga diperlukan untuk membuat diagnosis yang akurat dan menentukan tindakan medis yang tepat.
Tatalaksana STEMI
Penatalaksanaan STEMI (ST-segment elevation myocardial infarction) dengan strategi ACLS (Advanced Cardiac Life Support) adalah suatu pendekatan medis yang bertujuan untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas pasien dengan STEMI melalui tindakan-tindakan medis yang tepat dan terkoordinasi.
Strategi ACLS dalam tatalaksana STEMI meliputi tiga tahap utama, yaitu:
Evaluasi dan stabilisasi pasien
Tahap pertama dalam tatalaksana STEMI adalah evaluasi dan stabilisasi pasien. Hal ini meliputi pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan fisik, dan evaluasi EKG untuk menentukan diagnosis dan tingkat keparahan kondisi pasien. Selain itu, pasien juga diberikan oksigenasi yang adekuat, dipasang infus, dan diberikan terapi antinyeri yang sesuai.
Terapi reperfusi sebagai tatalaksana STEMI
Tahap kedua dalam tatalaksana STEMI adalah terapi reperfusi. Terapi ini dilakukan untuk mengembalikan aliran darah ke jantung yang terganggu akibat sumbatan arteri koroner. Terapi reperfusi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Terapi fibrinolitik: obat fibrinolitik seperti streptokinase, alteplase, reteplase, dan tenekteplase diberikan untuk melarutkan bekuan darah yang menyebabkan sumbatan arteri koroner.
Terapi PCI (Percutaneous Coronary Intervention): prosedur invasif yang dilakukan dengan memasukkan kateter ke dalam arteri koroner untuk melonggarkan bekuan darah dan memperbaiki aliran darah ke jantung. Prosedur ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis kardiologi atau intervensi jantung.
Tatalaksana Stemi lanjutan
Setelah terapi reperfusi, pasien memerlukan manajemen lanjutan yang mencakup pemberian obat-obatan, pemantauan EKG dan tanda-tanda vital, serta penanganan komplikasi seperti aritmia dan gagal jantung.
Obat-obatan yang diberikan pada pasien STEMI meliputi antiplatelet, antikoagulan, beta-blocker, dan ACE inhibitor. Pemantauan EKG dan tanda-tanda vital dilakukan untuk memantau perkembangan kondisi pasien dan menentukan apakah tindakan medis tambahan diperlukan. Selain itu, penanganan komplikasi seperti aritmia dan gagal jantung juga dilakukan untuk mengurangi risiko komplikasi dan meningkatkan prognosis pasien.
Secara keseluruhan, tatalaksana STEMI dengan strategi ACLS memerlukan kerja sama dan koordinasi antara tim medis yang terdiri dari dokter spesialis kardiologi, ahli intervensi jantung, perawat, dan teknisi medis. Tindakan medis yang tepat dan terkoordinasi dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan memperbaiki prognosis pasien STEMI.
Algoritma ACLS untuk Tatalaksana STEMI
Daftar Guideline STEMI Terlengkap
Guideline STEMI (ST-segment elevation myocardial infarction) merupakan panduan praktik klinis yang dirancang untuk memberikan panduan kepada dokter dan tenaga medis dalam penanganan pasien dengan STEMI. Guideline STEMI terlengkap saat ini adalah panduan yang dirilis oleh American College of Cardiology (ACC), American Heart Association (AHA), dan European Society of Cardiology (ESC) pada tahun 2020.
European Society of Cardiology/American College of Cardiology/American Heart Association/World Heart Federation (ESC/ACC/AHA/WHF) expert consensus on fourth universal definition of myocardial infarction can be found in Circulation 2018 Nov 13;138(20):e618, correction can be found in Circulation 2018 Nov 13;138(20):e652
AHA 2013 consensus recommendations on strategies for improving survival after in-hospital cardiac arrest in the United States can be found in Circulation 2013 Apr 9;127(14):1538
American Heart Association (AHA) recommendations of core components of cardiac rehabilitation/secondary prevention can be found in Circulation 2007 May 22;115(20):2675
American Heart Association/European Society of Cardiology (AHA/ESC) consensus document on sexual counseling for individuals with cardiovascular disease and their partners can be found in Circulation 2013 Oct 29;128(18):2075
American Heart Association (AHA) scientific statement on management of cocaine-associated chest pain and myocardial infarction can be found in Circulation 2008 Apr 8;117(14):1897
American Heart Association/American College of Cardiology/Heart Rhythm Society (AHA/ACC/HRS) guidelines on
American College of Cardiology/American Association for Thoracic Surgery/American Heart Association/American Society of Echocardiography/American Society of Nuclear Cardiology/Society for Cardiovascular Angiography and Interventions/Society of Cardiovascular Computed Tomography/Society of Thoracic Surgeons (ACC/AATS/AHA/ASE/ASNC/SCAI/SCCT/STS) appropriate use criteria for coronary revascularization in patients with acute coronary syndromes can be found in J Am Coll Cardiol 2017 Feb 7;69(5);570full-text and J Nucl Cardiol 2017 Apr;24(2);439
American College of Cardiology/American Heart Association/Society for Cardiovascular Angiography and Interventions (ACC/AHA/SCAI) guideline on coronary artery revascularization can be found in J Am Coll Cardiol 2022 Jan 18;79(2):e21
American College of Cardiology Foundation Appropriate Use Criteria Task Force, Society for Cardiovascular Angiography and Interventions, American Association for Thoracic Surgery, American Heart Association, American Society of Echocardiography, American Society of Nuclear Cardiology, Heart Failure Society of America, Heart Rhythm Society, Society of Critical Care Medicine, Society of Cardiovascular Computed Tomography, Society for Cardiovascular Magnetic Resonance, and Society of Thoracic Surgeons (ACCF/SCAI/AATS/AHA/ASE/ASNC/HFSA/HRS/SCCM/SCCT/SCMR/STS) appropriate use criteria for diagnostic catheterization can be found in J Thorac Cardiovasc Surg 2012 Jul;144(1):39full-text or in Catheter Cardiovasc Interv 2012 Sep 1;80(3):E50 or in J Am Coll Cardiol 2012 May 29;59(22):1995full-text
American Heart Association/Society of Geriatric Cardiology (AHA/SGC) 2007 guideline on acute coronary care of elderly with STEMI can be found in Circulation 2007 May 15;115(19):2570full-text
American College of Cardiology Foundation/American Society of Nuclear Cardiology/American College of Radiology/American Heart Association/American Society of Echocardiography/Society of Cardiovascular Computed Tomography/Society for Cardiovascular Magnetic Resonance/Society of Nuclear Medicine (ACCF/ASNC/ACR/AHA/ASE/SCCT/SCMR/SNM) 2009 appropriate use criteria for cardiac radionuclide imaging can be found in Circulation 2009 Jun 9;119(22):e561full-text, J Am Coll Cardiol 2009 Jun 9;53(23):2201full-text, commentary can be found in J Am Coll Cardiol 2010 Jan 19;55(3):268
American College of Emergency Physicians (ACEP) clinical policy on emergency department management of patients needing reperfusion therapy for acute ST-segment elevation myocardial infarction can be found in Ann Emerg Med 2017 Nov;70(5):724
American College of Radiology (ACR) Appropriateness Criteria for nontraumatic aortic disease can be found at ACR 2013 PDF
American College of Chest Physicians (ACCP) Evidence-Based Clinical Practice Guidelines for Antithrombotic Therapy and Prevention of Thrombosis (9th ed.) recommendations on primary and secondary prevention of cardiovascular disease can be found in Chest 2012 Feb;141(2 Suppl):e637Sfull-text, correction can be found in Chest 2012 April 1;141(4):1129
National Academy of Clinical Biochemistry (NACB) laboratory medicine practice guideline on biomarkers of acute coronary syndromes and heart failure can be found at NACB 2007
European Society of Cardiology (ESC) practice guideline on management of acute myocardial infarction in patients presenting with persistent ST-segment elevation can be found in Eur Heart J 2018 Jan 7;39(2):119
European Society of Cardiology (ESC) guideline on management of patients with ventricular arrhythmias and prevention of sudden cardiac death can be found in Eur Heart J 2022 Oct 21;43(40):3997
European Society of Cardiology/European Association for Cardio-Thoracic Surgery (ESC/EACTS) guideline on myocardial revascularization can be found in Eur J Cardiothorac Surg 2019 Jan 1;55(1);4
German Cardiac Society/German Society of Intensive Care and Emergency Medicine/German Society for Thoracic and Cardiovascular Surgery/Austrian Society of Internal and General Intensive Care Medicine/German Interdisciplinary Association of Intensive Care and Emergency Medicine/Austrian Society of Cardiology/German Society of Anaesthesiology and Intensive Care Medicine/German Society of Preventive Medicine and Rehabilitation S3 guideline on cardiogenic shock due to myocardial infarction: diagnosis, monitoring, and treatment can be found in Dtsch Arztebl Int 2012 May;109(19):343
Finnish Medical Society Duodecim evidence-based guideline on acute coronary syndrome and myocardial infarction can be found at EBM 2017 Mar 16
Finnish Medical Society Duodecim/Finnish Cardiac Society guidelines on
diagnostics of acute myocardial infarction can be found at Duodecim 2014 Jan PDF [Finnish]
Society of Specialists in Emergency Cardiology guidelines on acute myocardial infarction with an elevation of ST segment of the electrocardiogram can be found at Ministry of Health Russia 2016 PDF [Russian]
Indian expert consensus statement on early reperfusion and pharmaco-invasive approach in patients presenting with chest pain diagnosed as STEMI (ST elevation myocardial infarction) in an Indian setting can be found in J Assoc Physicians India 2014 Jun;62(6):473
Indian expert consensus on role of omega-3 ethyl ester concentrate in reducing sudden cardiac death following myocardial infarction and in management of hypertriglyceridemia can be found in Indian Heart J 2012 Sep-Oct;64(5):503full-text
China Society of Cardiology of the Chinese Medical Association guideline on diagnosis and therapy of patients with ST-elevation myocardial infarction can be found in Zhonghua Xin Xue Guan Bing Za Zhi 2015 May;43(5):380 [Chinese]
Taiwan Society of Cardiology (TSOC) guideline for management of ST-elevation myocardial infarction can be found at TSOC 2012 PDF
Japan Circulation Society
Japanese Circulation Society (JCS) clinical practice guideline on acute coronary syndrome can be found at JCS 2018 PDF [Japanese]
Japanese Circulation Society (JCS) guidelines on clinical use of cardiac nuclear medicine can be found in Circ J 2012;76(3):761PDF
Pesan dr. Rifan untuk EKG STEMI
Dalam artikel ini, kita telah membahas tentang STEMI (ST-segment elevation myocardial infarction), yang merupakan kondisi medis gawat darurat akibat sumbatan pada arteri koroner. EKG (elektrokardiogram) merupakan alat penting untuk mendiagnosis STEMI dengan melihat adanya elevasi segmen ST pada rekaman EKG.
Untuk penanganan STEMI, strategi ACLS (Advanced Cardiac Life Support) menjadi acuan dalam memberikan terapi reperfusi dengan terapi fibrinolitik atau PCI (Percutaneous Coronary Intervention). Selain itu, pasien dengan STEMI juga perlu mendapatkan manajemen lanjutan seperti pemberian obat-obatan, penanganan komplikasi, dan program rehabilitasi jantung.
Guideline STEMI terlengkap dari ACC, AHA, dan ESC dapat digunakan sebagai panduan dalam penanganan pasien dengan STEMI. Namun, setiap pasien memiliki kondisi yang unik dan penanganan yang tepat harus disesuaikan dengan kondisi pasien masing-masing.
Dengan pengenalan yang tepat, diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat, serta perawatan lanjutan yang sesuai, pasien dengan STEMI memiliki peluang untuk pulih dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi dokter dan tenaga medis untuk terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka dalam penanganan STEMI untuk memberikan perawatan yang terbaik bagi pasien.
Referensi EKG STEMI
O’Gara PT, Kushner FG, Ascheim DD, et al. 2013 ACCF/AHA Guideline for the management of ST-elevation myocardial infarction: a report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. 2013 Jan 29;127(4):e362-425, correction can be found in Circulation 2013 Dec 24;128(25):e481, also published in J Am Coll Cardiol 2013 Jan 29;61(4):e78
Ibanez B, James S, Agewall S, et al. ESC Scientific Document Group. 2017 ESC Guidelines for the management of acute myocardial infarction in patients presenting with ST-segment elevation: The Task Force for the management of acute myocardial infarction in patients presenting with ST-segment elevation of the European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J. 2018 Jan 7;39(2):119-177, commentary can be found in Eur Heart J Cardiovasc Pharmacother 2018 Jul 1;4(3):133
Thygesen K, Alpert JS, Jaffe AS, et al; Executive Group on behalf of the Joint European Society of Cardiology/American College of Cardiology/American Heart Association/World Heart Federation (ESC/ACC/AHA/WHF) Task Force for the Universal Definition of Myocardial Infarction. Fourth Universal Definition of Myocardial Infarction (2018). 2018 Nov 13;138(20):e618-e651, correction can be found in Circulation 2018 Nov 13;138(20):e652
Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.