Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiografi, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti “menulis”. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
Dasar-Dasar Elektrokardiografi
Elektrokardiografi merupakan suatu metode diagnostik terutama pada bidang penyakit kardiovaskular. EKG akan memberikan representasi (waktu dengan amplitudo proyeksi vektor elektris jantung) aktivitas elektrik jantung.
Grafik EKG terdiri dari 2 sumbu, yaitu sumbu horizontal dan sumbu vertikal yang disebut juga sebagai Axis.
sumbu horizontal mempresentasikan waktu (pada kecepatan kertas 25mm/s), dimana:
1 mm ( 1 kotak kecil) = 40 ms
5 mm (1 kotak besar) = 200 ms
sumbu vertikal mempresentasikan voltase (setelan standar 10 mm/mV), dimana:
1 mm (1 kotak kecil) = 0,1 mV
10 mm (2 kotak besar) = 1 mV
Pada EKG terdapat sadapan (lead) yang berperan untuk menerima aktivitas listrik dari jantung. Sadapan pada elektrokardiografi standar berjumlah 12 dan dibagi menjadi dua jenis sadapan berupa:
sadapan ekstremitas: I, II, III, aVL, aVR, dan AVF
V3R-V6R atau V7-V9 dengan lokasi pemasangan sama seperti sadapan V3-V6 tapi pada sisi dada sebelah kanan (bergunan untuk infark ventrikel kanan dan pada pasien dengan dekstrokardia atau situs inversus)
Indikasi dan Kontraindikasi Pemeriksaan Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG diindikasikan untuk:
mendeteksi adanya suatu cedera otot jantung (miokard), dan suatu infark miokard
pada pasien palpitasi, sinkop, monitoring obat anti aritmia
deteksi aritmia pada pasien dengan risiko irama jantung yang abnormal
tidak ada kontraindikasi absolut pemeriksaan EKG kecuali pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan atau pasien alergi dengan elektroda dari latex.
Pendekatan Klinis Elektrokardiografi.
Untuk menentukan apakah suatu hasil elektrokardiogram normal atau terdapat kelainan maka diperlukan beberapa penilaian terhadap hasil EKG. Penilaian tersebut antara lain:
Irama
irama pada EKG dikelompokkan menjadi reguler dan irreguler atau sinus dan asinus/aritmia
irama disebut reguler apabila interval atau jarak dari gelombang R ke gelombang R berikutnya (R’) adalah sama sepanjang perekaman EKG
irama irreguler apabila terdapat variasi jarak antara R-R’ bervariasi
irama sinus normal (NSR) adalah:
setiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS
axis gelombang P normal (positif pada 2 dari 3 sadapan I, II, aVF)
frekuensi jantung yang normal adalah 60-100 kali per menit. Pada beberapa kondisi akan ditemukan frekuensi yang kurang dari 60 (bradikardia) atau lebih dari 100 (takikardia)
takikardia (frekuensi atrial)
takikardia paroksismal: 150-250 kali per menit
atrial flutter: 250-350 kali per menit
atrial fibrilasi > 350 kali per menit
bradikardia
atrial escape rhythm= 60-80 kali per menit
junctional escape rhythm= 40-60 kali per menit
ventrikular escape rhythm = 20-40 kali per menit
Menghitung rate/frekuensi pada elektrokardiografi
reguler
untuk menghitung rate, bagi 300 dengan jumlah kotak besar antara R-R’ atau 1500 dengan jumlah kotak kecil antara R-R’
ireguler
pada EKG dengan irama ireguler maka hitung rate dengan menghitung jumlah gelombang R yang muncul selama 10 detik lalu dikalikan dengan 6
Axis
axis merupakan istilah yang digunakan untuk menilai arah vektor listrik jantung
axis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai gelombang (P, QRS, dan T)
pada EKG standar axis biasanya merujuk kepada nilai R-S pada lead I dan aVF
Beberapa karekteristik gangguan konduksi dapat dilihat pada tabel berikut:
Blok Cabang Berkas Kiri (LBBB)
Blok Cabang Berkas Kanan (RBBB)
LBBB Komplit
Durasi QRS > 120 ms
Gelombang R Lebar di Lead V4 & V5 dan biasanya pada Lead I, aVL
Gelombang S lebar di V1-V2
Perubahan segmen ST biasanya terlihat
LBBB dapat tersamar pada Infark Miokard
RBBB Komplit
Durasi QRS > 120 ms
QRS positif pada lead V1
Gelombang S lebar pada Lead I, V5-V6 (> 40 ms)
Inversi gelombang T sekunder biasanya pada V1-V2
Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.