Guidelines Anafilaksis NICE 2011 dan EACCI 2014

Guidelines Anafilaksis NICE 2011 dan EACCI 2014

Anafilaksis adalah reaksi alergi sistemik akut yang mengancam jiwa yang dapat berkembang dengan cepat menuju obstruksi jalan napas dan kegagalan (kolaps) kardiovaskular. Anafilaksis dapat dikaitkan dengan kondisi alergi lainnya. Pemicu umum meliputi alergen makanan, obat-obatan, sengatan serangga, media kontras, dan paparan lateks dan anamnesis adalah modalitas yang paling penting dalam menentukan apakah anafilaksis telah terjadi dan apa yang menjadi penyebabnya. Artikel ini memberikan ringkasan guidelines anafilaksis NICE 2011 dan EACCI 2014.

Populasi yang termasuk dalam guidelines anafilaksis

  • Anak-anak dan dewasa

Rekomendasi guidelines anafilaksis NICE 2011 dan EACCI 2014

  • NICE 2011, EACCI 2014
    • Uji sel mast triptase dilakukan pada saat onset dan setelah 1-2 jam kemudian
    • Pada pasien ≥16 tahun dengan sangkaan reaksi anafilaksis harus diobservasi 6-12 jam sebelum dipulangkan
    • Semua pasien <16 tahun dengan sangkaan reaksi anafilaksis harus dirawat untuk observasi
    • Pasien yang telah mendapatkan pengobatan reaksi anafilaksis harus dirujuk ke konsultan alergi
    • Obati anafilaksis dengan epinefrin (1:1000/0,1%) 0,01 mg/kg (maksimal 0,5 mg) SC; jika diperlukan dapat diulang setiap 15 menit.
    • Pasien harus diberikan reseo epinefrin injektor (Cth: EpiPen)
    • Pasien dengan kardiovaskular tidak stabil harus diposisikan supine dengan kedua tungkai bawah ditinggikan dan bolus NaCl 0,9 IV 20mL/kg
    • Direkomendasikan pemberian agonis β-2 dan glukokortikoid pada pasien dengan wheezing atau tanda bronkokontriksi
    • H1– dan H2blockers dapat ditambahkan untuk mengatasi tanda kutaneus anafilaksis.

 

Poin Kunci Guidelines Anafilaksis:

Anafilaksis didefinisikan sebagai reaksi hipersensitivitas general berat, mengancam jiwa dengan karakteristik berupa perkembangan cepat dari: reaksi hipersensitivitas pada kulit atau mukosa, edema saluran napas, bronkospasme, dan disfungsi vaskular.

 

Pengobatan/Medikasi berdasarkan Guidelines Anafilaksis NICE 2011 dan EACCI 2014

guidelines anafilaksis
Background image created by Www.slon.pics – Freepik.com
  1. Epinefrin
  • Lini pertama
  • Diberikan setiap 5-15 menit untuk mengontrol gejala dan meningkatkan tekanan darah
    • Dosis dewasa (epinefrin 1: 1.000 atau 1mg/mL): 0,2-0,5 mL
    • Dosis anak : 0,01 mg/kg (Maks. 0,3 mg atau 0,3 mL)
    • Waktu antar injeksi hars semakin diperpendek
    • Pengulangan dosis diperlukan pada sekitar 35% kasus anafilaksis
  • Injeksi IM pada paha memungkinkan kadar plasma epinefrin tercapai lebih cepat dibandingkan dengan SC atau IM pada bahu.
  • Pada pasien yang tidak respons pemberian epinefrin IM maka perlu diberikan epinefrin IV.
  • Epinefrin IV
    • Potensial beriko untuk mengembangkan aritmia letal.
    • Hanya digunakan jika henti jantung atau hipotensi berkepanjangan yang tidak respons terhadap pemberian epinefrin IM berulang dan resusitasi cairan.
    • Rejimen epinefrin (dilusi 1:100.000)
      • Dosis inisial 2-10 mcg/menit
      • Titrasi dosis berdasarkan respons klinis dan efek samping
      • Lakukan monitoring hemodinamik
    • Jika terjadi Henti Jantung (Cardiac Arrest) maka pemberian epinefrin pada resusitasi jantung paru adalah sebagai berikut:
      • Dewasa: Epinefrin (1:10.000) 1 mg IV, Ulangi setiap 3-5 menit selama henti jantung
      • Anak: Epinefrin (1:10.000) 0,01 mg/kg (0,1 ml/kg hingga 1 mg dosis tunggal), ulangi setiap 3-5 menit selama henti jantung.

 

  1. Antihistamin
  • Terapi lini kedua
    • Antihistamin H1 (Difenhidramin)
      • Dewasa: 25-50 mg IV berikan selama 10-15 menit
      • Anak: 1 mg/kg (maks 50 mg) berikan selama 10-15 menit
    • Antihistamin H2 (Ranitidin)
      • Dewasa: 12,5-50 mg IV bolus lambat atau IM
      • Anak: 1 mg/kg IV bolus lambat atau IM

 

  1. Glukokortikoid
  • Diberikan sebagai terapi adjuvan epinefrin
  • Tidak membantu dalam mengurangi gejala akut akan tetapi mencegah rekurensi dan durasi anafilaksis
  • Pilihan Obat berupa:
    • Dewasa:
      • Hidrokortison 200 mg IV
      • Metilprednisolone 50-100 mg IV
      • Prednison PO dosis ekuivalen metilprednisolon
    • Anak
      • Metilprednisolon 1mg/kg IV (maks 50 mg)
      • Hidrokortison 2 mg/kg IV (maks 100 mg)
      • Prednison PO dosis ekuivalen metilprednisolon

 

  1. Agonis β-2
  • Untuk pengobatan bronkospasme berikan agonis β-2 inhalasi
  • Albuterol/salbutamol
    • 2-6 puff MDI atau 2,5-5 mg nebule+3 mL NaCl 0,9%
    • Dapat diulang jika diperlukan

 

  1. Vasopresor
  • Hanya diberikan pada pasien dengan hipotensi refrakter pasca pemberian epinefrin dan cairan resusitasi
  • Diberikan hanya jika tersedia alat monitoring hemodinamik
  • Dosis vasopresor
    • Dopamin 2-20 mcg/kg/menit titrasi hingga target tekanan darah tercapai
    • Norepinefrin 0,05-0,1 mcg/kg/menit (titrasi maksimal 2 mcg/kg/menit) juga dapat digunakan.

 

Referensi:

  1. Lieberman P, Nicklas RA, Randolph C, et al. American Academy of Allergy, Asthma, and Immunology/American College of Allergy, Asthma, and Immunology (AAAAI/ACAAI) Joint Task Force: Anaphylaxis – a practice parameter update 2015. Ann Allergy Asthma Immunol. 2015 Nov;115(5):341-84
  2. Campbell RL, Li JT, Nicklas RA, Sadosty AT, Members of the Joint Task Force, Practice Parameter Workgroup. Emergency department diagnosis and treatment of anaphylaxis: a practice parameter. Ann Allergy Asthma Immunol. 2014 Dec;113(6):599-608

 

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.