Diagnosis banding gangguan asam-basa cukup luas (Tabel 1) akan tetapi dapat disusun menjadi 4 kondisi utama tanpa memperhatikan kelainan primer, yaitu:
Fitur penting yang dapat klinis gunakan untuk memperkecil kemungkinan diagnosis gangguan asam-basa menjadi sedikit dan merupakan salah satu dari empat kondisi di atas adalah yang pertama sekali evaluasi pH lalu HCO3– dan PaCO2.
Langkah-langkah menentukan diagnosis pada gangguan asam-basa
Langkah 1: Tentukan manakah yang menjadi gangguan primer: Asidosis atau alkalosis dengan menilai pH
pH < 7,4 mengindikasikan gangguan primer berupa asidosis
pH > 7,4 mengindikasikan gangguan primer berupa alkalosis
Langkah 2: tentukan apakah asidosis atau alkalosis primer disebabkan oleh gangguan metabolik atau respiratorik dengan menilai HCO3– dan PaCO2
ingat kembali bahwa CO2 + H2O ⟺ H2CO3 ⟺ HCO3− + H+, sehingga:
perubahan PaCO2 akan membuat perubahan pH sebagai berikut:
peningkatan PaCO2 akan menggeser reaksi ke kanan: kondisi ini akan membuat kadar ion H+ meningkat sehingga pH menjadi lebih rendah dan menghasilkan asidosis respiratorik
penurunan PaCO2 akan menggeser reaksi ke kiri: kondisi ini akan membuat kadar ion H+ menurun sehinga pH menjadi lebih tinggi dan menghasilkan alkalosis respiratorik
perubahan HCO3− akan menyebabkan perubahan pH sebagai berikut:
peningkatan HCO3− akan menggeser reaksi ke kiri: kondisi ini akan menurunkan kadar H+ sehingga meningkatkan pH dan menghasilkan alkalosis metabolik
penurunan HCO3− akan menyebabkan reaksi bergeser ke kanan: Kondisi ini akan meningkatkan kadar H+ sehingga menurunkan pH dan menghasilkan asitodis metabolik. Kondisi dapat terjadi karena 2 hal, yaitu:
proses produksi ion H+ dan konsumsi HCO3− (contohnya pada ketoasidosis dan asidosis laktat)
proses yang menyebabkan hilangnya HCO3− (misalnya diare).
Untuk asidosis (pH < 7,4)
HCO3− < 24 mEq/L; gangguan primer adalah asidosis metabolik
PaCO2 > 40 mmHg; gangguan primer adalah asidosis respiratorik
Untuk alkalosis (pH > 7,4)
HCO3− > 24 mEq/L; gangguan primer adalah alkalosis metabolik
PaCO2 < 40 mmHg; gangguan primer adalah alkalosis respiratorik
Diagnosis banding gangguan asam-basa khususnya asidosis metabolik cukup banyak akan tetapi dapat dipersempit berdasarkan anion gap apakah normal atau meningkat. Anion gap merupakan estimasi anion yang tidak terukur. Asidosis metabolik dapat disebabkan proses yang memproduksi asam (misalnya, ketoid, asam laktat, sulfat, fosfat, atau asam organik lainnya) atau disebabkan oleh proses hilangnya HCO3− melalui urin atau feses (misalnya, diare). Proses-proses yang menghasilkan asam juga berhubungan dengan anion yang tidak terukur sehingga menyebabkan peningkatan anion gap.
Langkah 3: Batasi diagnosis asidosis metabolik dengan menghitung anion gap
Anion gap = Na+ – (HCO3− + Cl–)
12 ± 4 mEq/L merupakan nilai ideal untuk anion gap akan tetapi beberapa literatur menetapkan anion gap normal pada rentang 7-9 mEq/L
Anion gap juga berhubungan dengan kadar albumin
Albumin akan memberikan efek negatif; penurunan kadar albumin akan berhubungan dengan nilai anion gap yang lebih rendah
Anion gap normal akan turun sekitar 2,5 mEq/L untuk setiap penurunan kadar serum albumin sebesar 1 gr/dL (bila kadar albumin < 4,4 gr/dL)
Peningatan anion gap menunjukkan suatu asidosis metabolik yang disebabkan oleh entitas asidosis metabolik dengan peningkatan anion gap
Langkah 4: Kembangkan diangnosis banding berdasarkan gangguan asam-basa primer
Setelah memilih gangguan asam-basa primer berdasarkan langkah-langkah di atas, maka selanjutnya membatasi diagnosis banding berdasarkan Tabel 1 dan kemudian kembangkan kemungkinan diagnosis berdasarkan hasil anamnesis (faktor demografis, faktor risiko, gejala dan tanda terkait penyakit). Informasi ini juga memungkinkan klinisi untuk membuat peringkat diagnosis berdasarkan gangguan asam-basa primer dan kemudian menentukan strategi pemeriksaan tambahan yang mendukung.
Langkah 5: Diagnosis gangguan asam-basa primer
Simpulkan informasi klinis dan laboratorium untuk menuntukan diagnosis kerja
Langkah 6: Periksa kembali kemungkinan gangguan lainnuya
Langkah 6A: hitung anion gap (bahkan pada pasien tanpa asidosis) untuk menilai asidosis metabolik dengan anion gap yang tersembunyi
Selalu cek anion gap. Peningkatan anion gap menunjukkan suatu asidosis metabolik dengan anion gap bahkan ketika nilai HCO3− dalam batas normal
Langkah 6B: Hitung apakah gangguan asam-basa mengalami kompensasi atau tidak
Sistem keseimbangan asam-basa dipertahankan dengan mekanisme homeostatis. Gangguan pada satu sistem (respiratorik atau metabolik) akan mencetuskan perubahan terkompensasi sistem lainnya untuk meminimalisir dampak ketidakseimbangan pH pada gangguan asam-basa
Formula untuk memprediksi perubahan PaCO2 yang diharapkan untuk mengkompensasi proses metabolik dan perubahan HCO3− untuk mengkompensi proses respiratorik (Tabel 2)
Kompensasi lebih besar atau lebih kecil dibandingkan kompensasi yang diharapkan menunjukkan kehadiaran gangguan asam-basa lainnya, bukan hanya kompensasi
Jika proses tambahan terlibat maka diagnosis banding untuk gangguan tambahan tersebut harus dieksplorasi.
Tabel 2 Kompensasi pada gangguan asam-basa
Gangguan primer
Durasi
Kompensasi yang diharapkan
Asidosis metabolik
Akut/kronik
PaCO2 ↓ 1,2 mmHg setiap 1 mEq/L ↓ HCO3−
(untuk PaCO2 minimal sekitar 10-15 mmHg)
Alkalosis metabolik
Akut/kronik
PaCO2 ↑ 0,7 mmHg untuk 1 mEq/L ↑ HCO3−
Asidosis respiratorik
Akut
HCO3− ↑ 1 mEq/L untuk 10 mmHg ↑ PaCO2
Kronik
HCO3− ↑ 4,0 mEq/L untuk 10 mmHg ↑ PaCO2
Alkalosis respiratorik
Akut
HCO3− ↑ 2 mEq/L untuk 10 mmHg ↓ PaCO2
Kronik
HCO3− ↑ 4 mEq/L untuk 10 mmHg ↓ PaCO2
Langkah 7: Tentukan diagnosis gangguan asam-basa
Untuk langkah mudahnya anda dapat menggunakan algoritma diagnosis gangguan asam-basa pada link berikut ini.
Bates DW, Cook EF, Goldman L, Lee TH. Predicting bacteremia in hospitalized patients. A prospectively validated model. Ann Intern Med. 1990;113(7):495–500.
Drage LA. Life-threatening rashes: dermatologic signs of four infectious diseases. Mayo Clin Proc. 1999;74(1):68–72.
Fall PJ, Szerlip HM. Lactic acidosis: from sour milk to septic shock. J Intensive Care Med. 2005;20(5):255–71.
Figge J, Jabor A, Kazda A, Fencl V. Anion gap and hypoalbuminemia. Crit Care Med. 1998;26(11):1807–10.
Howell MD, Donnino MW, Talmor D, Clardy P, Ngo L, Shapiro NI. Performance of severity of illness scoring systems in emergency department patients with infection. Acad Emerg Med. 2007;14(8):709–14.
Jaimes F, Arango C, Ruiz G et al. Predicting bacteremia at the bedside. Clin Infect Dis. 2004;38(3):357–62.
Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, Kreisberg RA. Hyperglycemic crises in adult patients with diabetes: a consensus statement from the American Diabetes Association. Diabetes Care. 2006;29(12):2739–48.
Leibovici L, Cohen O, Wysenbeek AJ. Occult bacterial infection in adults with unexplained fever. Validation of a diagnostic index. Arch Intern Med. 1990;150(6):1270–2.
Leibovici L, Greenshtain S, Cohen O, Mor F, Wysenbeek AJ. Bacteremia in febrile patients. A clinical model for diagnosis. Arch Intern Med. 1991;151(9):1801–6. Levraut J, Bounatirou T, Ichai C et al. Reliability of anion gap as an indicator of blood lactate in critically ill patients. Intensive Care Med. 1997;23(4):417–22. CrossRef [PubMed: 9142581]
Mellors JW, Horwitz RI, Harvey MR, Horwitz SM. A simple index to identify occult bacterial infection in adults with acute unexplained fever. Arch Intern Med. 1987;147(4):666–71.
Naunheim R, Jang TJ, Banet G, Richmond A, McGill J. Point-of-care test identifies diabetic ketoacidosis at triage. Acad Emerg Med. 2006;13(6):683–5. CrossRef [PubMed: 16690813]
Safdar N, Maki DG. Inflammation at the insertion site is not predictive of catheter-related bloodstream infection with short-term, noncuffed central venous catheters. Crit Care Med. 2002;30(12):2632–5.
Slovis CM, Mork VG, Slovis RJ, Bain RP. Diabetic ketoacidosis and infection: leukocyte count and differential as early predictors of serious infection. Am J Emerg Med. 1987;5(1):1–5.
Tokuda Y, Miyasato H, Stein GH, Kishaba T. The degree of chills for risk of bacteremia in acute febrile illness. Am J Med. 2005;118(12):1417.
Umpierrez G, Freire AX. Abdominal pain in patients with hyperglycemic crises. J Crit Care. 2002;17(1):63–7.
Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I.
Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.