Asidosis Metabolik: Algoritma Klinis dengan Pendekatan Diagnosis

asidosis metabolikAsidosis metabolik adalah gangguan klinis yang memiliki karakteristik peningkatan keasaman plasma (darah). Asidosis metabolik harus dipertimbangkan sebagai suatu tanda dari sebuah proses penyakit yang mendasari. Identifikasi kondisi yang menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa ini sangat penting untuk pemberian tatalaksana yang tepat.

Senyawa yang asam dapat mendonasikan ion hidrogen (H+). Sedangkan senyawa basa sebaliknya menerima ion hidrogen. Ion dapat mengalami pergantian sepanjang waktu tergantung pada senyawa yang berperan pada proses tersebut.

Asam kuat akan terionisasi penuh pada cairan tubuh sedangkan asam lemah sebaliknya tidak terionisasi penuh pada cairan tubuh. Akbatnya, konsentrasi ion hidrogen pada cairan tubuh akan dipertahankan pada rentang yang sempit, dengan konsentrasi fisiologis normal adalah 40 nEq/L.

Konsentasi ion hidrogen akan sangat menentukan tingkat asam basa cairan tubuh. Pada orang yang sehat, pH darah akan dipertahankan pada nilai 7,39-7,41 dimana peningkatan pH berarti penurunan ion hidrogen dan sebaliknya. Penurunan pH (peningkatan ion hidrogen) darah disebut sebagai asidemia sedangkan peningkatan pH (penurunan ion hidrogen) disebut sebagai alkalemia. Gangguan yang menyebabkan asidemia dan alkalemia masing-masing disebut sebagai asidosis dan alkalosis.

Asidosis metabolik terjadi secara primer akibat penurunan serum konsentrasi HCO3-, dalam bentuk sederhana, dan memiliki manifestasi sebagai asidemia (pH<7,40).

Pada kondisi yang jarang asidosis metabolik dapat menjadi bagian dalam gabungan gangguan keseimbangan asam dan basa. Pada kondisi tersebut, pH mungkin tidak mengalami penurunan dan konsentrasi HCO3- tetap.

Tubuh juga memiliki mekanisme kompensasi terhadap segala bentuk gangguan keseimbangan elektrolit.  Pada asidosis metabolik kompensasi ini akan memunculkan hiperventilasi dimana terjadi penurunan nilai PaCO2. Dalam keadaan normal PaCO2 akan turun 1-1,3 mmHg untuk setiap penurunan 1-mEq/L HCO3. Respons kompensasi ini akan terjadi sangat cepat. Jika perubahan nilai PaCO2 tidak lagi berada pada rentang tersebut maka gangguan keseimbangan asam basa akan terjadi.

Algoritma Klinis

Kondisi ini umumnya diklasifikasikan terkait dengan Anion Gap (AG). Apakah AG normal atau AG tinggi. Untuk lebih jelasnya terkait penyebab asidosis metabolik maka dapat menggunakan algoritma berikut.

[decisiontree id=”829″]

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Anda Juga Mungkin Suka
Pasien Aritmia di UGD: Prinsip Tatalaksana

Pasien Aritmia di UGD: Prinsip Tatalaksana

Diagnosis Iskemia Jantung Akut dengan ACI-TIPI

Diagnosis Iskemia Jantung Akut dengan ACI-TIPI

Analisa Gas Darah – Interpretasi & Decision Tree

Analisa Gas Darah – Interpretasi & Decision Tree