Cedera Akibat Listrik: Diangnosis & Tatalaksana

Cedera Akibat Listrik: Diangnosis & Tatalaksana

cedera akibat listrikCedera akibat listrik terjadi sebagai akibat dari arus listrik atau konversi panas dari benda yang dapat menghasilkan energi listrik. Cedera akibat listrik dapat mengakibatkan kerusakan organ yang fatal dan atau kerusakan jaringan permanen atau temporer. Kematian yang diakibatkan karena cedera akibat listrik (biasanya disebut sebagai elektrokusi) dilaporkan meningkat pada anak < 6 tahun dan begitu pula pada orang dewasa.

 

 

 

Klasifikasi Cedera Akibat Listrik

Berdasarkan voltase listrik yang mengakibatkan cedera, cedera akibat listrik dapat diklasifikasikan menjadi:

  • Voltase tinggi: kejutan listrik ≥ 1.000 volt (misalnya pada lelaki dewasa yang mengalami cedera akibat kecelakaan kerja, atau tersembar petir)
  • Voltase rendah: kejutan listrik < 1.000 volt (umumnya cedera pada anak-anak karena terkena kejutan yang berasal dari peralatan rumah, atau kabel listrik)

 

Berdasarkan jenis arusnya maka dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

  • Arus bolak-balik (AC)
    • Aliran elektron non kontinu, dapat berupa voltase rendah atau tinggi, akan tetapi pada umumnya yang terdapat pada peralatan rumah atau bangunan komersial bersifat voltase rendah
    • Berhubungan dengan kontraksi otot tetanik, menghubungkan korban dengan sumber listrik yang kemundian menyebabkan pemanjangan durasi paparan dan peningkatan risiko aliran dan mempengaruhi periode refrakter pada irama jantung
  • Arus searah (DC)
    • Aliran elektron kontinu, umumnya berbentuk voltase tinggi seperti pada petir atau jalur kereta listrik
    • Menyebabkan kontraksi otot tunggal, sering mengakibatkan korban terlempar dari sumber listrik setelah menerima kejutan

 

Sekitar 3% pasien yang datang ke unit penanganan trauma di Amerika Serikat merupakan korban cedera akibat listrik. Cedera ini sendiri berhubungan dengan berbagai komplikasi yang bahkan dapat muncul lebih lama (tertunda) seperti:

  • Luka bakar mayor
  • Cedera miokardial
  • Cedera neurologis
  • Cedera tulang belakang
  • Fraktur
  • Komplikasi pulmuner termasuk henti napas
  • Komplikasi okular, termasuk katarak
  • Gangguan pendengaran
  • Rabdomiolisis
  • Gejala prilaku dan psikososial
  • Perdarahan Sublingual tertunda

cedera listrik

Diagnosis Cedera Akibat Listrik

Diagnosis ditegakkan secara klinis pada pasien yang datang dengan presentasi konsisten terkait cedera akibat listrik. Presentasi klinis ini dapat berupa luka bakar minor hingga henti jantung atau bahkan kematian. Cedera yang fatal dapat terjadi meskipun tidak ada tanda luka bakar atau gejala cedera eksternal atau internal lainnya.

 

Evaluasi jantung pada pasien dengan cedera akibat listrik dapat berupa:

  • Fibrilasi ventrikel merupakan cedera jantung yang paling sering. Fibrilasi ventrikel dapat terjadi pada paparan voltase rendah ataupun tinggi. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kematian jantung mendadak.
  • Lakukan pemeriksaan elektrokardiografi pada pasien yang datang ke unit gawat darurat karena kejutan listrik, tanpa mempertimbangkan apapun voltase paparannya
  • Monitoring jantung kontinu harus dilakukan pada selama ≥ 24 jam pada pasien dengan:
    • Kejutan voltase tinggi
    • Penurunan kesadaran
    • Aritmia
    • Elektrokardiografi abnormal
    • Peningkatan troponin jantung signifikan
  • Lakukan pemeriksaan darah (hitung darah lengkap, elektrolit, koagulasi, troponin, serum kreatinin kinase) pada pasien dengan paparan voltase tinggi dan/atau pasien dengan luka bakar berat untuk menilai komplikasi
  • Uji urin disptik dapat dilakukan untuk mengevaluasi kemunculan pigmen heme (mioglobinuria) pada pasien dengan cedera voltase tinggi
  • Pertimbangkan pemeriksaan radiologis untuk menilai trauma terkait jika pasien terlempar dan untuk menilai cedera neurologis secara keseluruahan pada sistem saraf pusat
    • Jangan menunda pengobatan untuk melakukan pemeriksaan radiologis
    • MRI dan CT Scan hanya dilakukan pada pasien dengan gangguan neurologis tertunda (terjadi seminggu sampai beberapa bulan setelah mengalami cedera akibat listrik)
  • Lakukan monitoring janin pada seluruh wanita hamil dengan usia kehamilan ≥ 20 minggu

 

Tatalaksana Cedera Akibat Listrik

kejutan listrik

  • Pastikan lokasi aman, pasien harus diekspos (buka seluruh pakaian yang dikenakan) untuk mencegah kerusakan termal yang lebih parah
  • Pada pasien dengan henti jantung berikan resusitasi segera, agresif, dan memanjang karena pemulihan dilaporkan terjadi setelah dukungan kehidupan memanjang
    • Segera lakukan penilain bantuan kehidupan jika tidak ditemukan respirasi atau sirkulasi spontan, termasuk menggunakan AED untuk mengidentifikasi dan mengobati takikardia ventrikel atau fibrilasi ventrikel
    • Amakan jalan napas dan berikan ventilasi serta oksigen; intubasi awal diindikasikan jika terdapat bukti luka bakar ekstensif pada wajah muluh atau leher bagian anterior (meskipun pasien datang dengan pernapasan spontan)
    • Resusitasi jantung dan normotermia atau hipotermia teurapetik harus mengikuti pedoman perawatan pasca henti jantung.
  • Segera berikan resusitasi cairan cepat pada pasien dengan cedera voltase tinggi atau kerusakan jaringan signifikan
    • Kebutuhan cairan dapat sekitar 1,7 dikalikan dengan kebutuhan cairan dari persentase permukaan tubuh yang mengalami luka bakar berdasarkan formula standar karena kerusakan jaringan
    • Pada pasien tanpa mioglobinuria gross, tujuan dari resusitasi cairan adalah untuk mempertahankan tanda vital normal dan output urin 30-50cc/jam
    • Pada pasien dengan mioglobinuria gross, pemberian resusitasi cairan agresif dan manitol harus dipertimbangkan jika pigmen tidak jelas
      • Kecepatan tetesan bervariasi berdasarkan keparahan mioglobinuria; Gunakan kecepatan tetesan yang mampu memenuhi kebutuhan output urin sebesar 1-2 cc/KgBB/Jam
      • Penambahan manitol 12,5-25 gram intravena adalah hal yang umum dilakukan
      • Pertimbangkan pemberian natrium bikarbonat pada cairan infus untuk meminimalisis tumpukan pigmen pada tubulus renal.
    • Tatalaksana luka bakar
      • Berikan kontrol nyeri yang adekuat, pertimbangkan opioid parenteral
      • Cuci luka bakar secara halus dan lakukan dressing dengan NaCl 0,9% dingian untuk membantu menghentikan proses kerusakan dan mengurangi nyeri
      • Luka bakar superfisial umumnya sembuh cepat dan dapat diobati dengan perawatan luka bakar rutin atau minor
      • Pada pasien dengan luka bakar berat, antibakteri topikal digunakan untuk mengontrol pertumbuhan bakteri dan mencegah infeksi invasif pada luka yang terkontaminasi hingga skin grafting dilakukan
      • Pembedahan dibutuhkan pada pasien dengan luka bakar berat dan/atau asidosis metabolik persisten atau mioglobinuria refrakter meskipun telah diberikan resusitasi cairan agresif termasuk:
        • Debridement
        • Skin grafting
        • Fasiotomi jika terjadi pembengkakan pada ekstremitas dan menyebabkan sindrom kompartemen tungkai akut
      • Direkomendsikan untuk merujuk pasien pada senter luka bakar khusus pada pasien dengan luka bakar karena cedera listrik
    • Pasien dapat dipertimbangkan tidak dirawat pada pasien dengan:
      • Cedera voltase rendah
      • Tidak ada sinkop
      • EKG normal
      • Tidak ada indikasi lainnya untuk rawatan seperti cedera jaringan lunak
    • Follow up jangka panjang dan konsisten penting untuk menilai presentasi awal dan memantau berbagai perubahan
      • Rujukan ke psikiater dapat disarankan untuk merencanakan pemulihan trauma dan pemulihan jangka panjang
      • Minta pasien untuk kontrol ulang ke pusat pelayanan kesehatan primer setelah 3-4 hari kunjungan unit gawat darurat
      • Rujuk semua pasien dengan cedera akibat listrik voltase tinggi pada spesialis mata dan spesalis telingan 2-3 hari setelah rawtan untuk menilai komplikasi terkait mata dan audiovestibular.

 

Daftar Pustaka

  1. Vanden Hoek TL, Morrison LJ, Shuster M, et al. Part 12: cardiac arrest in special situations: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010 Nov 2;122(18 Suppl 3):S829-61 full-text, corrections can be found in Circulation 2011 Feb 15;123(6):e239, Circulation 2011 Oct 11;124(15):e405
  2. Sanford A, Gamelli RL. Lightning and thermal injuries. Handb Clin Neurol. 2014;120:981-6
  3. da Silva IR, Frontera JA. Neurologic complications of acute environmental injuries. Handb Clin Neurol. 2017;141:685-704
  4. Roberts S, Meltzer JA. An evidence-based approach to electrical injuries in children. Pediatr Emerg Med Pract. 2013 Sep;10(9):1-16
  5. Waldmann V, Narayanan K, Combes N, Jost D, Jouven X, Marijon E. Electrical cardiac injuries: current concepts and management. Eur Heart J. 2017 Apr 20 early online

 

 

 

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.