Resistensi Antibiotik: Ancaman Bagi Setiap Orang

Resistensi Antibiotik: Ancaman Bagi Setiap Orang

Antibiotik merupakan golongan obat yang dapat menyelamatkan kehidupan. Akan tetapi, penggunaannya yang tidak rasional atau sembarangan akan menyebabkan malapetaka. Penggunaan yang tidak rasional menyebakan jumlah kuman yang resisten (kebal terhadap obat) semakin bertambah. Artikel ini akan memberikan gambaran terkait apa yang dimaksud dengan resistensi antibiotik, bagaimana pengaruhnya, dan apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah hal ini terus terjadi.

 

Sebelum membahas apa yang dimaksud dengan resistensi maka sebaiknya kita mengetahui fakta penting terkait hal ini:

  • Kondisi ini merupakan salah satu masalah kesehatan global, keamanan makanan dan perkembangan dunia saat ini
  • Dapat terjadi pada siapa pun, usia berapa pun dan di negara mana pun
  • Dapat terjadi secara natural, akan tetapi penggunaan obat yang tidak rasional pada manusia atau hewan dapat mempercepat proses ini
  • Meningkatkan angka kejadian infeksi seperti Pneumonia (radang paru-paru), tuberkulosis, gonorrhoea, dan infeksi tifoid. Selain itu, kondisi infeksi ini akan sulit diobati dengan antibiotik karena obat tersebut menjadi kurang efektif
  • Resistensi antibiotik menyebabkan lama rawatan di rumah sakit semakin panjang, biaya kesehatan yang semakin bertambah, dan meningkatkan angka kematian.
resistensi antibiotik
Background image created by Creativeart – Freepik.com

Antibiotik merupakan obat yang penting. Penisilin dan golongan obat lainnya berperan dalam mengatasi masalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, mencegah penularan penyakit, dan menurunkan risiko komplikasi dari penyakit infeksi.

 

Pengobatan dengan antibiotik juga memiliki masalah. Saat ini, obat yang digunakan sebagai pengobatan standar untuk infeksi bakteri tertentu terkadang kurang efektif atau bahkan tidak bekerja sama sekali. Ketika suatu jenis antibiotik tidak lagi memiliki efek pada beberapa jenis bakteri, maka bakteri tersebut dikatakan resisten antibiotik.

 

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional (penggunaan berlebihan atau penggunaan yang tidak tepat) merupakan faktor penting yang berkontribusi terhadap resistensi antibiotik. Kita semua, dokter, pusat layanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit, dan pelayan kesehatan lainnya harus berperan dalam penggunaan obat ini secara tepat dan mengurangi perkembangan resistensi antibiotik.

 

Apa yang menyebabkan resistensi antibiotik?

Bakteri atau kuman akan kebal terhadap obat (resisten) apabila kuman tersebut mengubah beberapa cara untuk melindungi diri mereka terhadap efek dari obat atau membuat obat menjadi tidak aktif (menetralkan kerja obat). Bakteri yang dapat bertahan dari pengobatan antibiotik dapat memperbanyak diri dan menurunkan kekebalan tersebut kepada bakteri hasil membelah diri tadi. Sehingga, kemampuan untuk resisten antibiotik pada bakteri dapat ditransfer ke bakteri lainnya. Mereka membuat suatu mekanisme untuk membantu satu sama lain bertahan dari antibiotik.

 

Fakta bahwa bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap suatu obat adalah kondisi yang normal dan dapat diprediksi. Meskipun demikian, cara penggunaan obat akan mempengaruhi seberapa cepat dan seberapa luas penyebaran resistensi obat tersebut berlangsung.

 

Penggunaan antibiotik secara berlebihan

Penggunaan antibiotik secara berlebihan, khususnya saat antibiotik tidak menjadi pilihan pengobatan yang tepat, meningkatkan peluang resistensi antibiotik. Antibiotik mengobati infeksi bakteri bukan infeksi virus.

 

pil antibiotik
Background image created by Dragana_Gordic – Freepik.com

Contohnya, antibiotik yang cocok untuk pengobatan nyeri tenggorokan hanya diberikan jika nyeri tenggorokan disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes atau spesies bakteri lainnya. Faktanya, sebagian besar nyeri tenggorokan itu dapat disebabkan oleh infeksi virus yang tidak membutuhkan pemberian antibiotik.

Bila anda mengkonsumsi antibiotik sedangkan anda sebenarnya mengalami infeksi virus maka obat ini tetap akan menyerang bakteri yang ada di dalam tubuh. Tanpa sakit pun tubuh sebenarnya telah memiliki bakteri yang menguntungkan dan tidak menimbulkan penyakit. Pengobatan yang salah menyebabkan kemampuan resisten antibiotik pada kuman normal lalu mereka akan menurunkan kemampuan tersebut dengan bakteri lainnya.

 

Beberapa infeksi virus yang tidak akan mendapatkan keuntungan dengan pemberian antibiotik termasuk:

  • Meriang
  • Flu
  • Bronkitis
  • Sebagian besar batuk
  • Sebagian besar nyeri tenggorokan
  • Beberapa infeksi teling
  • Beberapa infeksi sinus

 

Ada kemungkinan beberapa faktor yang berkontribusi terlalu banyak. Ketika penisilin dan antibiotik lainnya diperkenalkan pertama kali, obat-obatan tersebut dianggap sebagai obat ajaib karena mereka bekerja dengan cepat dan dengan efek samping yang relatif sedikit. Mereka tampak seperti jawaban untuk semua penyakit yang umumnya terjadi pada masa itu.

 

Terlepas dari meningkatnya kesadaran akan resistensi antibiotik dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan berlebihan masih terjadi karena beberapa alasan:

  • Dokter mungkin meresepkan antibiotik sebelum menerima hasil tes yang mengidentifikasi penyebab infeksi yang sebenarnya.
  • Orang yang menginginkan kesembuhan lebih cepat dari gejala, terlepas dari penyebab penyakitnya, dapat menekan dokter untuk memberikan antibiotik.
  • Orang mungkin menggunakan antibiotik yang dibeli sendiri di apotek tanpa resep dokter.
  • Orang mungkin menggunakan antibiotik yang merupakan sisa obat dari resep sebelumnya.

 

Masalah yang dihadapi apabila tidak mengikuti intruksi dokter

Kegagalan dalam mengkonsumsi antibiotik seperti yang diresepkan dapat berkontribusi terhadap resistensi antibiotik. Dokter yang memberikan antibiotik akan memberi tahu Anda berapa banyak pil yang dibutuhkan dan seberapa sering Anda harus meminumnya.

 

Resep yang diberikan harus rasinal sehingga Anda memiliki jumlah obat yang tepat yang Anda butuhkan untuk menyelesaikan pengobatan sehingga bila anda mengikuti anjuran minum obat maka tidak akan ada antibiotik yang tersisa.

 

Sebagian besar akan sangat tergoda untuk berhenti minum antibiotik begitu Anda merasa lebih baik. Tapi perawatan penuh diperlukan untuk membunuh bakteri penyebab penyakit. Kegagalan dalam membunuh bakteri dapat mengakibatkan kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan di masa akan datang dan dapat meningkatkan penyebaran sifat resisten antibiotik di antara bakteri yang berbahaya.

 

Konsekuensi Dari Resistensi antibiotik

DNA bakteri
Background image created by Kjpargeter – Freepik.com

Selama bertahun-tahun, pengenalan antibiotik baru melampaui perkembangan resistensi antibiotik. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, laju resistensi obat telah berkontribusi pada peningkatan jumlah masalah perawatan kesehatan.

Di Amerika Serikat, menurut sebuah laporan tahun 2013 oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), setidaknya 2 juta orang setiap tahunnya “mendapatkan infeksi serius dengan bakteri yang resisten terhadap satu atau lebih antibiotik yang merupakan standar pengobatan untuk mengobati infeksi tersebut.” Dan setidaknya 23.000 orang meninggal setiap tahun sebagai akibat dari infeksi bakteri resisten antibiotik.

 

Meningkatnya jumlah infeksi yang resisten terhadap obat menyebabkan:

  • Penyakit atau kecacatan yang lebih serius
  • Lebih banyak kematian akibat penyakit yang sebelumnya dapat diobati dengan mudah
  • Pemulihan yang berkepanjangan
  • Lebih sering atau lebih lama menjalani rawat inap
  • Lebih banyak kunjungan ke dokter
  • Perawatan kurang efektif atau lebih invasif
  • Perawatan lebih mahal

 

Penggunaan Secara Rasional Mencegah Resistensi Antibiotik

Penggunaan antibiotik yang tepat, yang sering disebut penggunaan antibiotik secara rasional, dapat membantu mempertahankan efektivitas antibiotik saat ini, memperpanjang masa hidup mereka dan melindungi masyarakat dari infeksi yang resisten terhadap antibiotik.

 

Banyak rumah sakit dan asosiasi medis telah menerapkan pedoman diagnostik dan pengobatan baru untuk memastikan perawatan yang efektif untuk infeksi bakteri dan mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak tepat.

bakteri batang
Background vector created by Katemangostar – Freepik.com

Masyarakat juga harus berperan dalam rasionalitas antibiotik. Anda dapat membantu mengurangi perkembangan resistensi antibiotik dengan melakukan langkah-langkah berikut:

  • Gunakan antibiotik hanya seperti yang ditentukan oleh dokter Anda.
  • Konsumsi obat dengan dosis harian yang sesuai dan selesaikan keseluruhan pengobatan (jangan sampai ada antibiotik yang tersisa).
  • Jika Anda diberikan antibiotik, tanyakan kepada dokter Anda apa yang harus Anda lakukan jika Anda lupa minum satu dosis antibiotik tersebut.
  • Jika karena beberapa alasan Anda memiliki sisa antibiotik, buang saja. Jangan pernah minum antibiotik sisa untuk penyakit selanjutnya. Obat tersebut mungkin bukan antibiotik yang tepat dan tidak akan menjadi pengobatan yang menyeluruh untuk infeksi berikutnya.
  • Jangan pernah minum antibiotik yang diresepkan untuk orang lain.
  • Jangan menekan dokter Anda untuk memberi resep antibiotik. Mintalah saran dari dokter Anda untuk mengobati gejala yang anda derita.
  • Terapkan pola hidup bersih dan sehat. Cuci tangan Anda secara teratur dengan sabun dan air, terutama setelah menggunakan toilet, sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan dan setelah mengolah daging daging segar. Cuci buah dan sayuran secara menyeluruh, dan jaga kebersihan permukaan dapur tetap bersih.
  • Pastikan Anda atau anak Anda mendapatkan vaksinasi yang direkomendasikan. Beberapa vaksin yang direkomendasikan melindungi dari infeksi bakteri, seperti difteri dan batuk rejan (pertusis).
  • Jika Anda berpikir Anda mungkin menderita alergi penisilin, sampaikan kepada dokter Anda tentang kemungkinan untuk melakukan tes alergi kulit. Penelitian telah menunjukkan bahwa alergi penisilin atau alergi antibiotik lainnya mungkin dilaporkan secara berlebihan. Mengesampingkan alergi antibiotik dapat membantu dokter meresepkan antibiotik yang paling tepat saat dibutuhkan.

 

Referensi:

  1. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/consumer-health/in-depth/antibiotics/art-20045720?pg=2
  2. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/antibiotic-resistance/en/

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Artikel Terkait