Kanker Usus Besar – Kenali Gejala & Pencegahannya

Kanker Usus Besar – Kenali Gejala & Pencegahannya

“Wakanda Forever”.  Kita pasti pernah mendengar istilah tersebut. Siapa sangka tokoh utama yang memerankan raja T’Challa atau Superhero Black Panther meninggal dunia karena kanker usus besar. Keganasan yang telah ia derita bahkan sebelum ia memerankan tokoh Raja Wakanda.

logo black panther
logo black panther (sumber: Walt Disney Studios Motion Pictures / Public domain)

Tiada yang tahu bahwa Chadwick Boseman telah lama menderita penyakit yang menempati peringkat 3 penyebab kematian karena keganasan di seluruh dunia. Termasuk Spike Lee, sutradara film Da 5 Bloods, film terakhir yang diperankan oleh Chadwick pada tahun 2020.

 

Trailer film yang tayang awal tahun 2020 tersebut bahkan tidak menunjukkan tanda bahwa Chadwick adalah penyintas kanker usus besar. Padahal shooting film tersebut dilakukan dipanasnya hutan dan pegunungan Thailand.

 

 

Pemeran Superhero dengan kostum Vibranium serba hitam ini telah terdiagnosis kanker usus besar stadium 3 sejak tahun 2016. Sejak saat itu pula dia memerankan berbagai peran dalam film di sela ketatnya pengobatan. Termasuk pembedahan dan beberapa siklus kemoterapi.

Chadwick Boseman
Chadwick Boseman (Sumber: Gage Skidmore / CC BY-SA)

Berbagai pertanyaan muncul seputar kondisi keganasan yang menyebabkan kematian salah satu tokoh utama dalam Marvel Universe ini:

  • Mengapa Chadwick tampak begitu kuat menjalani pengobatan kankernya?
  • Mengapa Chadwick baru terdiagnosis kanker usus besar stadium 3?
  • Apakah kita bisa mengenali kanker ini lebih cepat?
  • Bagaimana pencegahan terhadap kondisi ini?

 

Mari kita mulai mengenali salah satu penyebab kematian terbesar dari kelompok penyakit keganasan ini.

 

Sebelum kita mengenal penyakitnya, ada baiknya kita kenali lebih dulu organ usus besar kita dan bagaimana fungsinya.

 

Struktur dan Fungsi Usus Besar

Usus besar adalah bagian dari saluran pencernaan. Fungsi utama bagian usus ini adalah menyerap air. Usus besar terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

  • Sekum
  • Usus buntu
  • Usus besar
  • Rektum
  • Anus

 

Bagian usus besar mulai dari akhir ileum. Terdapat celah yang membatasi usus halus dan usus besar yang disebut sebagai ileocaecal junction.

Kolon
Kolon (Sumber: https://smart.servier.com)

Untuk lebih jelasnya silakan lihat gambar di bawah ini.

Struktur Usus Besar
Struktur Usus Besar (sumber: public domain)

 

Secara anatomi, suplai darah arteri, aliran balik vena, dan sistem saluran getah bening menjadi pembagi bagian usus besar.

Pembuluh Darah Usus Besar
Pembuluh Darah Usus Besar (Sumber: StatPearls Publishing LLC)

Getah bening adalah cairan kaya protein. Saluran getah bening (limfatik) mengangkut getah bening berjalan berdampingan dengan pembuluh darah arteri pada usus besar.

 

Kanker dapat menyebar ke tempat lain dengan masuk ke dalam sistem getah bening atau aliran darah.

 

Fungsi Usus Besar

Fungsi utama usus besar atau kolon adalah:

  1. Penyerapan air dan nutrisi
  2. Penyerapan vitamin
  3. Memadatkan tinja
  4. Sekresi kalium dan klorida
  5. Memindahkan limbah saluran pencernaan ke arah rektum

 

Beberapa Penyakit Penting Pada Usus Besar

Pembuluh darah arteri marginalis pada usus besar atau disebut arteri Drummond adalah pembuluh darah besar yang mengalirkan darah ke bagian usus besar yang penting. Bila terdapat sumbatan pembuluh darah ini maka usus besar kehilangan sumber pasokan darah utama ke usus besar.

 

Beberapa penyakit yang dapat ditemukan pada usus besar antara lain:

  • Penyakit diverkulitis
  • Kanker usus besar
  • Obstruksi usus
  • Perdarahan saluran cerna bagian bawah
  • Polip usus besar
  • Perforasi usus besar

 

Selanjutnya mari kita bahas apa itu kanker usus besar.

 

Apa itu Kanker Usus Besar?

Sel Kanker Usus Besar
Sel Kanker Usus Besar (Sumber: NIH Image Gallery from Bethesda, Maryland, USA / Public domain)

Kanker usus besar adalah penyakit dengan perkembangan sel ganas pada lapisan dalam atau epitel usus besar. Gambar di bawah ini menunjukkan lapisan epitel usus besar.

 

Sel ganas akan kehilangan mekanisme kontrol normal untuk mengatur pertumbuhan, pembelahan dan kematian sel. Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana proses sel kanker ganas berkembang.

Perkembangan Kanker Usus Besar
Perkembangan Kanker Usus Besar (Sumber: Servier.com)

Sel-sel keganasan ini menyerang jaringan lokal di sekitarnya atau menyebar ke seluruh tubuh dan menyerang orang lainnya.

Sel Kanker Masuk Ke Dalam Pembuluh Darah atau Pembuluh Getah Bening untuk Menyerang Bagian Lain Tubuh
Sel Kanker Masuk Ke Dalam Pembuluh Darah atau Pembuluh Getah Bening untuk Menyerang Bagian Lain Tubuh (sumber: https://smart.servier.com)

Siapa yang Lebih Mudah Terkena Kanker Usus Besar?

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang lebih mudah mengalami keganasan ini antara lain:

  • bertambahnya usia; kebanyakan kasus kanker usus besar didiagnosis pada orang yang berusia di atas 50 tahun
  • riwayat polip usus besar atau kanker kolorektal
  • Riwayat penyakit radang usus (kolitis ulserativa atau penyakit Crohn)
  • Riwayat keluarga dengan kanker kolorektal, terutama pada kerabat tingkat pertama (orang tua atau saudara kandung)
  • adanya sindrom bawaan seperti poliposis adenomatosa familial (FAP) dan kanker kolorektal nonpolyposis herediter (HNPCC), juga dikenal sebagai sindrom Lynch. Antara 5% dan 10% orang memiliki gen yang diturunkan terkait dengan kanker kolorektal.
  • Mengonsumsi daging merah terlalu sering, daging olahan, dan memasak makanan pada suhu tinggi
  • Kurang berolahraga
  • kegemukan
  • riwayat merokok atau perokok
  • riwayat peminum alkohol berat
  • riwayat kencing manis (diabetes mellitus tipe 2)

 

Bagaimana Perkembangan Kanker Usus Besar?

Seperti yang telah kami sampaikan di atas, kanker adalah sel ganas yang dapat membelah diri tanpa kendali. Sel ini kemudian tumbuh dan membentuk tumor.

 

Istilah kanker mengacu pada pertumbuhan yang berbahaya. Pertumbuhan sel ganas yang menyerang jaringan di sekitarnya. Sel ini juga menyebar ke bagian tubuh lainnya.

 

Sampai saat ini, kita belum memahami secara jelas bagaimana kanker dapat muncul. Namun, interaksi antara faktor genetik, lingkungan, dan faktor risiko yang kami sampaikan di atas menyebabkan kemunculan kanker ini.

 

Sel ganas pertama sekali tumbuh secara lokal dan dapat menembus sebagian atau seluruhnya melalui dinding usus. Sel ganas ini bahkan dapat berpindah ke dalam organ berdekatan.

 

Sel ganas seperti yang telah kami sampaikan di atas dapat berpindah juga ke bagian tubuh lain. Metastasis adalah istilah untuk perpindahan sel kanker ke bagian tubuh yang lain.

 

Pada sebagian besar kasus, kanker usus besar berkembang secara perlahan dalam beberapa tahun.

 

Untuk kasus Chadwick, kanker usus besar ini berkembang dari stadium 3 ke stadium 4 dalam waktu kurang dari 4 tahun. Sebelum kanker muncul, polip non kanker dapat tumbuh pada epitel usus besar.

 

Polip merupakan pertumbuhan jaringan jinak (bukan kanker). Seiring perjalanan waktu, polip dapat berkembang menjadi tumor hingga kanker.

Polip Usus Besar
Polip Usus Besar (sumber: https://smart.servier.com)

Terdapat 2 jenis polip usus besar, yaitu:

  1. polip adenomatosa (adenoma)
  2. polip hiperplastik dan inflamasi

 

Lesi prakanker sering terkait dengan polip adenomatosa sedangkan polip hiperplastik dan inflamasi umumnya bukan pra-kanker.

 

Beberapa orang mungkin memiliki bukti adanya displasia (sel yang terlihat tidak normal) pada lapisan usus besar. Sel yang abnormal ini dapat berubah menjadi sel kanker seiring waktu.

 

Seseorang dengan riwayat penyakit Crohn atau kolitis ulserativa mungkin menunjukkan bukti displasia usus besar.

 

Adenokarsinoma adalah klasifikasi lebih dari 95% kanker kolorektal. Jenis kanker ini berasal dari kelenjar yang mengeluarkan lendir yang melumasi lapisan dalam usus besar.

 

Apa Gejala Kanker Usus Besar?

Mirip seperti kanker lainnya, kanker usus besar baru akan memunculkan gejala bila stadiumnya telah berat.

 

Seperti kasus Chadwick, dia bahkan tidak tampak seperti penyintas kanker bahkan ketika syuting di hutan dan pegunungan Thailand.

 

Kanker usus besar menyebabkan gejala yang berkaitan dengan keberadaan lokalnya di usus besar atau dengan efeknya pada organ lain jika telah menyebar. Gejala-gejala ini dapat terjadi masing-masing atau kombinasi:

  • perubahan kebiasaan buang air besar
  • darah pada tinja
  • kembung atau perut kembung terus menerus
  • sembelit
  • perasaan kenyang bahkan setelah buang air besar (tenesmus)
  • kelelahan kronis yang terus-menerus
  • perasaan tidak nyaman pada perut
  • penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
  • (sangat jarang) mual dan muntah

 

Sebagian besar gejala ini disebabkan oleh keberadaan massa tumor di usus besar secara fisik. Gejala serupa dapat disebabkan oleh proses atau gangguan lain; mereka tidak spesifik untuk kanker usus besar.

 

Kuncinya adalah menyadari bahwa gejala-gejala yang terus-menerus tanpa penjelasan.

 

Jika tumor berkembang di usus besar, itu akan mulai menimbulkan gejala saat mencapai ukuran tertentu. Gejala tersebut disebabkan oleh tumor yang menghalangi lubang di usus besar.

 

Selain itu, tumor biasanya mengeluarkan darah pada tinja. Kondisi ini menyebabkan anemia dan kelelahan kronis. Penurunan berat badan merupakan gejala lanjut, sering kali menyiratkan obstruksi substansial atau adanya penyakit sistemik.

 

Bagaimana Dokter Mendiagnosis Kondisi Ini?

Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan seseorang dengan sangkaan kanker usus besar. Jawaban wawancara medis dan hasil pemeriksaan fisik mungkin mengarah pada kanker usus besar.

 

Dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan berupa:

  • Pemeriksaan colok dubur — dokter akan merasakan adanya benjolan dengan jari dengan pelumas dan sarung tangan melalui anus
  • Tes darah
  • Endoskopi seperti:
    • Kolonoskopi
    • Sigmoidoskopi
  • Tes pencitraan seperti:
    • CT scan
    • CT kolonografi
    • MRI
    • USG transrektal
    • Barium enema
    • Pemindaian PET/CT
  • Biopsi — sampel jaringan usus diuji di laboratorium (dilakukan selama endoskopi)

 

Pemeriksaan dan hasil tes seseorang akan membantu mengetahui stadium kanker yang dialami.  Stadium kanker akan menjadi panduan pengobatan.

 

Stadium kanker usus besar dimulai dari 0 sampai 4. Stadium 0 adalah kanker yang sangat terlokalisasi. Stadium 4 adalah penyebaran ke bagian tubuh lainnya.

 

Bagaimana Pengobatan Kanker Dilakukan?

Untuk memulai pengobatan kanker maka diagnosis kanker harus terkonfirmasi. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan biopsi, stadium klinis kanker dapat ditentukan.

 

Stadium ditentukan berdasarkan karakteristik tumor primer, kedalaman penetrasi melalui usus, dan ada atau tidak adanya metastasis regional atau jauh. Sering kali, kedalaman penetrasi melalui usus atau keberadaan kelenjar getah bening regional tidak dapat ditentukan sebelum operasi.

 

Stadium Kanker Usus Besar

Kanker usus besar ditentukan stadium I sampai IV, berdasarkan kriteria umum berikut:

  • Stadium I: Tumor terbatas pada epitel atau belum menembus lapisan pertama otot di dinding usus.
  • Stadium II: Tumor telah menembus ke dinding luar usus besar atau telah menembusnya, kemungkinan menyerang jaringan lokal lainnya.
  • Stadium III: Tumor telah berkembang hingga mencakup keterlibatan kelenjar getah bening regional.
  • Stadium IV: Kanker telah menyebar ke setidaknya satu organ jauh (seperti hati atau paru-paru) atau kelenjar getah bening, atau telah menyebar ke bagian yang jauh dari peritoneum.
Penyebaran Metastasis Beberapa Jenis Kanker Secara Umum
Penyebaran Metastasis Beberapa Jenis Kanker Secara Umum (Sumber: Mikael Häggström / CC0)

 

Dengan banyak kanker selain kanker usus besar, penentuan stadium berperan penting untuk menentukan pilihan pengobatan terbaik.

 

Kanker usus besar juga dinilai berdasarkan seberapa mirip sel kanker dengan sel normal. Skala penilaiannya adalah G1 hingga G4 dengan sel yang dinilai sebagai G1 terlihat paling normal dan sel dengan peringkat G4 terlihat paling abnormal.

 

Tumor tingkat rendah (G1) cenderung tumbuh lebih lambat dan cenderung tidak bermetastasis ke organ jauh. Namun, dapat menghasilkan prognosis yang lebih baik.

 

Pengobatan bila Stadium Kanker telah Ditentukan

Pembedahan untuk Kanker Usus Besar

Hampir semua kanker usus besar mendapatkan penatalaksanaan berupa pembedahan terlebih dahulu, apa pun stadiumnya.

 

Kanker usus besar melalui stadium III, dan bahkan beberapa kanker usus besar stadium IV, dapat diobati dengan pembedahan terlebih dahulu sebelum mempertimbangkan pengobatan lain.

 

Operasi pengangkatan segmen usus besar yang terlibat (kolektomi) bersama dengan suplai darah dan kelenjar getah bening regional adalah terapi utama untuk kanker usus besar.

 

Pembedahan merupakan terapi utama untuk kanker usus besar stadium I sampai III kecuali ada tanda-tanda bahwa invasi lokal tidak memungkinkan pengangkatan tumor secara menyeluruh, seperti yang mungkin terjadi pada tumor stadium III lanjut. Namun, keadaan ini jarang terjadi, terjadi pada kurang dari 2% dari semua kanker jenis ini.

 

Setelah reseksi selesai, ujung usus besar yang tersisa direkonstruksi. Anastomosis merupakan sebutan untuk tindakan menyatukan kembali usus. Setelah penyembuhan terjadi, mungkin ada sedikit peningkatan frekuensi buang air besar.

Anastomosis Usus
Anastomosis Usus (Sumber: US gov / Public domain)

Efek ini biasanya hanya berlangsung selama beberapa minggu. Kebanyakan pasien terus mengembangkan fungsi usus yang normal.

 

Kadang-kadang, anastomosis berisiko dan tidak dapat dilakukan. Jika anastomosis tidak dapat dilakukan, maka dilakukan kolostomi.

 

Kolostomi dilakukan dengan mengeluarkan ujung usus besar melalui dinding perut dan menjahitnya ke sayatan di kulit yang disebut stoma. Pasien harus memakai alat (kantong kolostomi) untuk mengumpulkan tinja.

Kolostomi dan Stoma
Kolostomi dan Stoma (Sumber: Cancer Research UK / CC BY-SA)

Kolostomi mungkin bersifat sementara dan pasien mungkin menjalani tindakan anastomosis kembali di kemudian hari atau kolostomi mungkin permanen. Dalam kebanyakan kasus, kolostomi yang muncul bersifat permanen.

 

Terapi Radiasi untuk Kanker Usus Besar

Terapi radiasi adalah pengobatan tambahan untuk operasi jika ada kekhawatiran tentang potensi kekambuhan lokal pasca operasi dan area yang menjadi perhatian akan mentolerir radiasi.

 

Misalnya, jika tumor menyerang otot dinding perut tetapi tidak diangkat seluruhnya, area ini akan dipertimbangkan untuk radiasi.

 

Radiasi juga dapat diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi sebelum operasi (terapi neoadjuvan) untuk mengecilkan ukuran tumor.

 

Radiasi memiliki batas dosis yang signifikan ketika sisa usus terpapar karena usus kecil dan besar tidak mentolerir radiasi dengan baik.

 

Kemoterapi Kanker Usus Besar

Kemoterapi berguna untuk pasien yang telah melakukan tindakan pengangkatan semua tumor yang teridentifikasi dan berisiko kambuh (kemoterapi adjuvan).

 

Kemoterapi dapat direkomendasikan untuk pasien dengan kanker stadium II jika kanker memiliki potensi kekambuhan yang tinggi.

 

Pemberian kemoterapi adjuvan setelah operasi adalah standar pengobatan terkini untuk stadium III.

 

Regimen kemoterapi FOLFOX adalah rejimen umum yang diberikan sebagai terapi adjuvan dalam pengobatan kanker jenis ini.

 

Regimen ini termasuk obat oxaliplatin, 5-FU, dan leucovorin.

 

Obat 5-FU dan leucovorin yang diberikan dalam kombinasi atau obat capecitabine yang diberikan tunggal juga dapat digunakan.

Regimen kemoterapi umum lainnya yang digunakan dalam pengobatan adalah CapeOx (capecitabine dalam kombinasi dengan oxaliplatin).

 

Kemoterapi adjuvan yang diberikan setelah operasi dapat dilanjutkan selama total enam bulan kemoterapi.

 

Beberapa pasien dengan kanker usus besar stadium III yang tidak cukup sehat untuk menjalani tindakan pembedahan dapat diobati dengan kemoterapi dan/atau terapi radiasi.

 

Kemoterapi sebelum (neoadjuvan) dan/atau setelah operasi (adjuvan) dapat digunakan untuk mengobati pasien yang didiagnosis dengan kanker usus stadium IV.

 

Jika kanker telah menyebar terlalu luas, kemoterapi tanpa pembedahan dapat menjadi pilihan pengobatan utama pada stadium IV.

 

Beberapa pasien dengan kanker usus besar stadium IV dapat diobati dengan kombinasi kemoterapi dan terapi yang ditargetkan.

 

Terapi Bertarget

Terapi bertarget bekerja dengan cara yang berbeda dari cara kerja kemoterapi.

 

Terapi bertarget, sesuai namanya, menargetkan protein spesifik pada struktur seluler sel kanker dalam upaya membunuh sel kanker.

 

Keuntungan dari terapi target adalah bahwa sel normal yang tidak mengandung protein abnormal yang ditemukan pada sel kanker biasanya tidak terpengaruh oleh terapi target.

 

Oleh karena itu, efek samping obat-obatan ini lebih tidak terasa dibandingkan efek samping kemoterapi.

 

Obat terapi bertarget yang digunakan untuk mengobati kanker usus besar termasuk:

  • bevacizumab
  • cetuximab, dan
  • panitumumab

 

Imunoterapi untuk Kanker Usus Besar

Obat baru yang digunakan dalam pengobatan kanker usus besar yang dikenal sebagai penghambat checkpoint imun menargetkan protein PD-1 pada sel kekebalan tubuh.

 

Imunoterapi menghalangi efek PD-1 membantu merangsang respons kekebalan pasien untuk melawan efek sel kanker.

 

Respons akan memperkecil ukuran tumor atau memperlambat pertumbuhan kanker. Pasien kanker usus besar yang dites positif untuk perubahan gen dapat diobati dengan imunoterapi berupa pembrolizumab (Keytruda) atau nivolumab (Opdivo). Obat-obatan ini digunakan ketika kanker jenis ini tidak merespons pengobatan dengan kemoterapi.

 

Pencegahan yang Dapat Kita Lakukan

Beberapa upaya pencegahan yang dapat kita lakukan agar terhindar dari kanker usus besar antara lain skrining dan perubahan gaya hidup. Mari kita bahas satu per satu.

 

Skrining Kanker Usus Besar

Tujuan dari skrining adalah menemukan dan mengobati kanker secara dini. Jika seseorang berusia 50 tahun ke atas dan tidak berisiko tinggi maka perlu mendiskusikan tindakan skrining yang tepat terkait kondisi ini. Beberapa organisasi profesi merekomendasikan skrining terhadap kanker ini antara lain:

  1. Kolonoskopi — setiap 10 tahun
  2. Sigmoidoskopi — setiap 5-10 tahun
  3. CT kolonografi — setiap 5 tahun
  4. Barium enema — setiap 5 tahun
  5. Tes DNA feses setiap 3 tahun
  6. Tes darah samar tinja (FOBT) —setiap tahun
  7. Uji imunokimia tinja (FIT) —setiap tahun

 

Seseorang dengan faktor risiko perlu menjalani skrining lebih sering. Kita dapat mendiskusikan hal ini dengan dokter. Faktor risiko yang membuat seseorang harus menjalani skrining lebih sering antara lain:

  • Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker usus besar atau rektal, atau polip usus besar
  • Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit bawaan pada usus besar atau rektum
  • Orang yang menderita kanker usus besar atau rektal, dan polip sebelumnya
  • Orang dengan penyakit radang usus

 

Perubahan Gaya Hidup

Kita harus melakukan perubahan gaya hidup agar menurunkan kemungkinan kita terkena kanker usus besar. Perubahan gaya hidup yang dapat kita lakukan antara lain:

  • Berhenti merokok
  • Makan makanan yang seimbang dan sehat.
  • Lakukan setidaknya 30 menit aktivitas fisik sehari 5 hari dalam seminggu.
  • Alkohol
  • Jaga berat badan yang sehat.

 

Kesimpulan

Kanker usus besar bisa menjadi penyakit yang sulit untuk dibicarakan. Diagnosis, stadium, dan pengobatannya sering kali rumit dan intensif.

 

Kabar baiknya adalah bahwa insiden kanker usus besar menurun karena semakin banyak orang yang berisiko terkena skrining.

 

Selain itu, dengan perbaikan dalam skrining dan perawatan yang tersedia, tingkat kelangsungan hidup kanker jenis ini terus meningkat.

 

Terakhir, para ahli menemukan semakin banyak cara bagi orang untuk mencegah kanker. Beberapa dari strategi sederhana ini termasuk makan lebih banyak serat dan lebih sedikit daging merah, berolahraga, menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan atau obesitas, dan menghindari merokok serta konsumsi alkohol berlebihan.

 

Referensi

Klik di Sini

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.