Cerita Bohong Flouridasi: Fakta atau Fiksi? (Bagian 1)

Cerita Bohong Flouridasi: Fakta atau Fiksi? (Bagian 1)

Tulisan ini merupakan ringkasan tulisan karangan Dr. Ronald S. Laura dan John F. Ashton profesor pendidikan pada Universitas Newcastle dan Harvard tentang flouridasi.

            Beberapa saat yang lalu kita dikejutkan dengan beberapa artikel yang menunjukkan adanya misi terselubung dibalik pemurnian air mineral dengan menggunakan flouridasi di Indonesia. Tulisan ini akan menceritakan asal mula bagaimana flouridasi digunakan untuk beberapa hal yang sangat terkait dengan keseharian manusia.flouridasi

Apakah Flouridasi Menguntungkan Anda? Atau Merupakan Sebuah Bisnis Besar!

Kontroversi seputar flouridasi memunculkan sejumlah isu sosioetika penting yang tidak bisa diabaikan. Salah satu pertanyaan yang paling panas apakah program ini memberikan manfaat dalam menigkatkan kesehatan masyarakat, atau hasil opurtunitas dari lobi yang kuat, yang sebagian besarnya terkain dengan mengedepankan kepentingan sendiri dengan dalih kepentingan masyarakat? Asal mula flouridasi saat ini memang sedang mengemuka, walaupun demikian tulisan ini tidak akan menafsirkan pengungkapan itu sendiri, tetapi lebih untuk mengusik beberapa kebetulan yang luar biasa yang terjadi di balik asal muasal flouridasi tersebut

Meskipun demikian, dalam pendekatan yang lebih langsung terkait isu ini, kita harus membicarakan tentang risiko kesehatan yang cukup potensial dan aktual terkait dengan flouridasi belum cukup dihargai oleh mereka yang mengurusi masalah tersebut. Pengenalan flourida secara sengaja dalam air minum tentu saja belum melalui penelitian dan pengujian yang cermat seperti yang dilakukan terhadap beberapa pengobatan medis, yang banyak bisa kita beli tanpa memerlukan resep dokter. Apabila kita mengetahui efek positif flourida ditambahkan ke air minum adalah hilangnya karang gigi pada anak-anak, maka dosis flourida yang pas tidak bisa dibatasi begitu saja untuk memastikan bahwa efek flourida yang berbahaya tidak melalampaui efek manfaatnya.

Lahirnya Flouridasi

Banyak diantara kita akan terkejut bila mendengar bahwa flourida telah digunakan sejak lama, tetapi tidak untuk pencegah kerusakan gigi. Flourida, atas nama kesehatan, yang kini ditambahkan dalam air minum selama lebih dari lima dekade telah digunakan sebagai racun lambung, insektisida, dan rodentisida. Flourida diyakini mengeluarkan racunnya pada hama dengan bergabung pada tubuh hama dan menghambat banyak enzim yang mengandung elemen seperti besi, kalsium, dan magnesium. Untuk alasan yang sama, flourida sangat bersifat racun bagi tanaman, mengganggu keseimbangan biokimia yang halus dalam hal terjadinya proses fotosintesis.  Tidak ada alasan untuk mencurigai bahwa manusia akan kebal terhadap efek racun yang potensial ini. Tapi jika kita merujuk pada indeks toksikologi insdustrial (keracunan produk industri) mendata sebagian tentang penangan senyawa flourida. Dalam menilai tingkat keracunan flourida ini, seorang ahli kimia bernama Sax menegaskan bahawa dosis 25 sampai 50 mg harus dipandang sebagai “sangat bersifat beracun” dan bisa menyebabkan muntah-muntah hebat, diare dan manifestasinya dapat berupa gangguan sistem saraf pusat.

Penting untuk mengenali bahwa flourida adalah zat yang mengandung racun tinggi. Pengakuan akan hal sederhana ini akan memudahkan penolakan ilmiah terhadap bagian atau sesuatu yang menerima tanpa mempertanyakan bagaimana pencernaan manusia dapat menerima racun ini. Derajat potensial peracunan flourida ini dan batas sempit toleransi manusia terhadap flourida menimbulkan pertanyaan mengapa flouridasi di izinkan?

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.