Puskesmas tempat kami bekerja telah membuka poli lanjut usia dalam satu bulan belakangan. Poli ini dibuka khusus untuk melayani pasien dengan usia > 59 tahun. Pada usia tersebut sebagian besar dari kita akan mengalami kondisi yang disebut sebagai sindrom lanjut usia. Salah satu sindrom lanjut usia tersebut adalah gangguan makan. Beberapa keluarga pasien menanyakan kepada kami apakah untuk zat gizi pasien lansia dapat diganti dengan produk susu sapi?
Bukan hanya populasi lanjut usia, produk susu sapi juga sering kali dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak. Selain itu, ada pula produk susu yang mengkhususkan diri untuk pasien-pasien dengan kondisi tertentu misalnya pasien dengan diabetes.
Ada lagi produk susu dengan klaim dapat meningkatkan kepadatan tulang.
Lalu, sejauh apakah ilmu kedokteran membuktikan manfaat produk-produk susu sapi ini?
Sebuah artikel kedokteran terbaru mengumpulkan seluruh informasi ilmiah terkait manfaat susu dan kesehatan.
Jujur ketika kami pertama sekali membaca artikel ini maka kami terkejut dengan fakta-fakta manfaat susu dan kesehatan yang dirangkum.
Kami mulai berpikir apakah rekomendasi konsumsi susu sapi sebagai salah satu kebutuhan harian yang bermanfaat bagi kesehatan merupakan suatu hal yang tidak benar.
Untuk itu kami berusaha merangkum fakta-fakta tersebut dengan bahasa yang ringan agar teman-teman juga dapat mengetahuinya.
Produk susu dapat kita temukan dimana-mana saat ini. Meskipun, orang-orang yang menjalani diet vegan menghindari mengonsumsinya. Bayi juga merupakan populasi yang paling sering mengonsumsi susu sapi.
Selain itu, susu juga telah menjadi primadona gaya hidup modern dan jumlah konsumsinya mendekati jumlah konsumsi daging merah.
Konsumsi susu, keju, yogurt, dan produk susu lainnya direkomendasikan di Amerika Serikat setidaknya 3 porsi satu hari.
Sedangkan di Indonesia, Kementerian Kesehatan melalui program ISI PIRINGKU merekomendasikan lauk pauk sejumlah termasuk susu dan produk olahannya sebanyak 1/3 sampai 1/2 piring.
Berdasarkan penelitian sebelum, konsumsi susu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kalsium harian dan mengurangi risiko patah tulang.
Penelitian di Republik Rakyat Tiongkok yang dilakukan oleh T. Colin Campbell merekomendasikan untuk menghindari seluruh produk olahan daging dan susu. Peneliti ini mengklaim bahwa kasein dalam susu berbahaya.
Peneliti ini juga menunjukkan hubungan antara kasein dengan kemunculan kanker. Bukti ilmiah lainnya cukup beragam dan menunjukkan kesimpulan yang berbeda.
Nah, bukti ilmiah yang saling bertentangan ini menunjukkan bahwa berbagai orang menyampaikan kesimpulan yang berbeda.
Mari kita lihat apa yang dirangkum salah satu jurnal terbaru dari The New England Journal of Medicine terkait manfaat susu dan kesehatan.
Sebelum melihat beberapa kesimpulan jurnal mereka, mari kita lihat komposisi nutrisi antara air susu ibu, susu sapi, dan keju Cheddar.
Komposisi Nutrisi (setiap 237 mL/satu gelas) | ||||
Komponen | ASI | Susu Sapi (Whole-Fat) | Susu Sapi
(Bebas Lemak) |
Keju Cheddar |
Jumlah Kalori | 172 | 149 | 83 | 149 |
Protein (gr) | 2,5 | 7,7 | 8,2 | 8,4 |
Lemak total (gr) | 10,8 | 7,9 | 0,2 | 12,3 |
Lemak Bebas (gr) | 4,9 | 4,6 | 0,1 | 7,0 |
Karbohidrat (gr) | 16,9 | 11,7 | 12,1 | 1,1 |
Kalsium (mg) | 78,7 | 276,0 | 298,0 | 262,0 |
Kalium (mg) | 125,0 | 322,0 | 381,0 | 28,0 |
Fosfat (mg) | 34,4 | 205,0 | 246,0 | 167,9 |
Apakah teman-teman berpikir bayi membutuhkan susu tambahan? Mereka sebenarnya tidak butuh.
Bayi bisa mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang tanpa susu. Asalkan kebutuhan diet dan asupan vitamin cukup dari ASI atau makanan pendamping ASI.
Susu juga dikatakan dapat meningkatkan tinggi badan, risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah.
Benarkah demikian?
Ayo kita bahas satu persatu.
Tahukah teman-teman bahwa rekomendasi pemerintah Amerika Serikat untuk konsumsi susu hanya didasarkan penelitian kecil terhadap manfaat kalsium pada susu terhadap tulang.
Sementara negara lain, menyarankan tingkat konsumsi kalsium yang lebih rendah.
Amerika serikat merekomendasikan konsumsi kalsium 1000-1200 mg kalsium untuk orang dewasa, Inggris 700 mg, dan organisasi kesehatan dunia merekomendasikan 500 mg setiap hari.
Fakta penelitian menunjukkan bahwa negara-negara dengan tingkat asupan kalsium yang tinggi malah memiliki risiko tingkat patah tulang panggul yang lebih tinggi.
Uji klinis terkait hubungan asupan kalsium dengan pencegahan patah tulang juga cukup rumit.
Terlalu banyak faktor perancu yang dapat membuat bias kesimpulan pada penelitian seperti vitamin D, fosfor, dan tinggi badan orang dewasa.
Asupan kalsium yang tinggi selama masa kanak-kanak dan remaja dianggap berfungsi sebagai cara “menyimpan kalsium”. Tapi, penelitian belum mendukung pernyataan ini.
Faktanya, risiko patah tulang pinggul pada laki-laki meningkat sebesar 9% untuk setiap satu gelas susu tambahan yang dikonsumsi selama masa remaja.
Banyak penelitian bagus yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara konsumsi susu dengan berat badan.
Konsumsi yogurt terkadang dikaitkan dengan peningkatan berat badan namun kesimpulan ini dapat dikacaukan oleh gaya hidup sehat orang yang mengonsumsi yogurt.
Fakta mengejutkan lainnya adalah mengonsumsi susu sapi rendah lemak malah terkait dengan peningkatan berat badan yang lebih tinggi daripada konsumsi susu whole-fat atau susu dengan kadar lemak 2%.
Penelitian menunjukkan hasil yang beragam terkait dengan pengaruh susu terhadap tekanan darah.
Baik susu rendah lemak atau susu sapi murni dikaitkan secara tidak jelas dengan penurunan risiko penyakit jantung koroner dan stroke.
Risikonya bergantung pada makanan yang dikonsumsi. Pada orang yang mengonsumsi daging merah risiko penyakit jantung koronernya lebih tinggi dari pada yang mengonsumsi ikat.
Susu whole-fat meningkatkan risiko penyakit jantung yang lebih tingi karena lebih banyak mengandung lemak tak jenuh atau lemak nabati.
Bisakah susu sapi menyebabkan diabetes tipe 1?
Belum ada penelitian yang menjawab pertanyaan di atas. Beberapa penelitian menunjukkan risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah bila mengonsumsi produk susu.
Tapi, risiko tersebut dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi minuman manis atau jus buah. Tapi, risiko diabetes tetap lebih tinggi pada orang yang mengonsumsi susu dibandingkan orang yang mengonsumsi kopi.
Hubungan konsumsi susu dengan diabetes masih belum pasti.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi susu dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker (misalnya kanker prostat) tapi tampaknya dapat menurunkan risiko kanker usus besar dan rektum.
Namun, kesimpulan penelitian ini sulit untuk ditafsirkan sebab faktor risiko kanker yang sangat beragam.
Penegasan dari penulis, dr. Campbell yang paling sederhana bahwa susu terkait dengan kanker hampir pasti salah.
Sebanyak 4% bayi alergi terhadap susu sapi, dan laporan yang tersebar menunjukkan bahwa konsumsi susu dapat berpengaruh pada penderita alergi dan eksim.
Pada orang dewasa, konsumsi susu dapat memperburuk serangan asma.
Intoleransi laktosa menyebabkan pembatasan konsumsi susu sapi di seluruh dunia.
Seperti banyak hal dalam ilmu kedokteran, manfaat susu sapi untuk kesehatan tidaklah sederhana.
Sebab tergantung dari pola diet kita lainnya dan apa yang kita konsumsi.
Satu hal, susu tidak membentuk tulang yang kuat tapi malah meningkatkan risiko patah tulang.
Tidak ada bukti bahwa susu rendah lemak bermanfaat terhadap kesehatan dibandingkan dengan susu sapi murni.
Artikel ulasan yang kami jadikan referensi utama ini sangat baik karena mengutip 121 referensi lainnya.
Ilmu pengetahuan mungkin tidak dapat menentukan apa yang harus kita konsumsi untuk tetap sehat. Tapi, ilmu pengetahuan bisa membedakan mitos, mengoreksi informasi yang salah, dan memberikan informasi yang kita butuhkan untuk membuat pilihan berdasarkan informasinya.
Minum susu atau tidak, pilihannya tetap berada pada diri teman-teman.
Kami hanya memaparkan informasi dan mencoba meluruskan fakta yang salah.
Semoga bermanfaat.
[su_spoiler title=”Klik di Sini“]
Willett WC dan Ludwig DS. Milk and Health. N Engl J Med 2020; 382:644-654
[/su_spoiler]