Selfie Sebagai Metode Diagnostik Masa Depan

Pada tahun 2050, ketika anda merasa sakit. Alih-alih anda pergi menemui dokter; profesi yang mungkin menjadi tidak terkenal di masa depan. Anda mengeluarkan ponsel anda dan mengambil selfie diagnostik. Apakah hal di atas merupakan suatu “Fiksi” belaka? Bisa jadi dalam waktu dekat akan menjadi suatu fakta; peneliti telah mendesain suatu model komputer yang dapat memprediksi kesehatan secara akurat berdasarkan bentuk wajah.

otak dan diagnostik
Technology image created by Kjpargeter – Freepik.com

Jika paragraf di atas terlalu tidak masuk akal bagi anda, tapi model komputer ini tidak hanya berhasil menebak aspek kesehatan hanya dengan melihat wajah tapi pola yang sama juga dapat diterapkan pada otak untuk menemukan diagnosis penyakit dengan pola yang sama.

Dr. Ian Stephen, dari Macquarie University di Sydney, Australia, dan rekan-rekannya menggunakan analisis bentuk wajah untuk mendeteksi secara tepat tanda kesehatan fisiologis di lebih dari 270 individu dari etnis yang berbeda.

“Kami telah mengembangkan model komputer,” Dr. Stephen menjelaskan, “yang dapat menentukan informasi tentang kesehatan seseorang hanya dengan menganalisis selfie wajah mereka, mendukung gagasan bahwa wajah berisi isyarat yang benar dan jelas terhadap kesehatan fisiologis.”

Temuan ini sekarang telah dipublikasikan di jurnal Frontiers in Psychology, dan mereka membuat gagasan tentang super-doctor yang disempurnakan dengan komputer dimana otaknya telah dioptimalkan untuk diagnosa tanpa cela. Hal ini tampak lebih ilmiah daripada fiksi.

 

Model komputer selfie ini memprediksi lemak tubuh, indeks massa tubuh, tekanan darah

Dr. Stephen menjelaskan bagaimana penelitian ini dilakukan: “Pertama, kami menggunakan foto selfie 272 wajah Asia, Afrika, dan Kaukasia untuk melatih komputer mengenali lemak tubuh, indeks massa tubuh, dan tekanan darah dari bentuk wajah mereka.”

 

“Kami kemudian meminta komputer untuk memprediksi ketiga variabel kesehatan ini di wajah lain, dan menemukan bahwa model komputer ini bisa melakukannya,” kata Dr. Stephen.

 

Selanjutnya, para peneliti ingin melihat apakah manusia mendeteksi isyarat kesehatan dengan cara yang sama. Jadi, Dr. Stephen dan rekan-rekannya merancang sebuah aplikasi yang memungkinkan peserta penelitian mengubah tampilan selfie wajah sehingga mereka terlihat sehat semaksimal mungkin.

Parameter aplikasi bisa diubah sesuai model komputer.

“Kami menemukan bahwa para partisipan mengubah wajah agar terlihat lebih rendah lemak, memiliki indeks massa tubuh yang lebih rendah dan tekanan darah rendah, agar mereka terlihat lebih sehat,” kata Dr. Stephen.

 

“Metode aplikasi ini menunjukkan bahwa beberapa fitur yang menentukan seberapa sehat tampilan wajah pada manusia adalah fitur yang sama dengan model komputer yang digunakan untuk memprediksi lemak tubuh, indeks massa tubuh, dan tekanan darah.”

selfie
Design vector created by Freepik

Dengan kata lain, otak kita bekerja dengan cara yang sama seperti model komputer, dan bisa memprediksi kesehatan dari bentuk wajah dengan akurasi yang mengejutkan.

Dr. Stephen melanjutkan dengan berspekulasi tentang signifikansi evolusioner temuan tersebut. Dia mengatakan, “Hasilnya menunjukkan bahwa otak kita telah mengembangkan mekanisme untuk mengekstrak informasi kesehatan dari wajah orang-orang, memungkinkan kita untuk mengidentifikasi orang sehat untuk dikawinkan dengan atau untuk membentuk hubungan kerja sama dengan.”

“Ini mengisi sebuah tautan penting yang hilang dalam teori daya tarik evolusioner saat ini,” tambahnya.

 

“Temuan ini,” Dr. Stephen menyimpulkan, “memberikan dukungan kuat untuk hipotesis bahwa wajah mengandung isyarat yang benar dan jelas terhadap kesehatan fisiologis, dan sementara model pada tahap awal, kami berharap dapat digunakan untuk membantu diagnosis masalah kesehatan di masa depan. “

 

Apakah masih ada profesi dokter di masa depan atau digantikan oleh teknologi pelayan kesehatan super yang melakukan pekerjaan lebih akurat dan lebih singkat dari pada yang seorang dokter dapat lakukan?

 

Referensi: Diterjemahkan dari https://www.medicalnewstoday.com/articles/320316.php

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Anda Juga Mungkin Suka
Hari TB Sedunia 2021 – Jam Terus Berdetak

Hari TB Sedunia 2021 – Jam Terus Berdetak

Viral Load SARS-CoV-2 Paling Rendah pada Anak

Viral Load SARS-CoV-2 Paling Rendah pada Anak

Vaksin Johnson & Johnson COVID-19 Tersedia April di Eropa

Vaksin Johnson & Johnson COVID-19 Tersedia April di Eropa

Serangan Jantung Lebih Fatal Pada Wanita

Serangan Jantung Lebih Fatal Pada Wanita

Manfaat Pemberian Probiotik untuk Diare pada Anak?

Manfaat Pemberian Probiotik untuk Diare pada Anak?

Alasan Lain Mengapa Tidak Perlu Mengkonsumsi Kalsium

Alasan Lain Mengapa Tidak Perlu Mengkonsumsi Kalsium