Banyak pasien dengan diagnosis kanker saat ini menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer. Fakta ini memunculkan pertanyaan bahwa seberapa sering pengobatan alternatif dan komplementer digunakan oleh pasien kanker. Serta, alasan apa yang menyebabkan pasien kanker lebih memilih metode pengobatan ini.
Kanker atau tumor ganas merupakan salah satu diagnosis medis yang paling menakutkan.
Bila seorang pasien didiagnosis dengan kondisi kanker, pasien mungkin akan bertanya apakah terdapat perawatan non medis atau non konvensional yang memiliki manfaat apa pun.
Sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh Martin Keene dan rekan-rekannya dari Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi di James University Australia memberikan beberapa penjelasan terbaru terkait jawaban pertanyaan di atas.
Tapi, sebelum saya menjabarkan apa temuan penelitian tersebut ada baiknya kita terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan pengobatan alternatif dan komplementer dalam bidang kedokteran.
Sebagian orang menganggap suatu pengobatan yang cukup “alami” sebagai pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer.
Sebagian lainnya beranggapan bahwa metode pengobatan ini cenderung diberikan oleh profesional non kesehatan jadi berdasarkan oleh siapa yang memberikannya.
Pengobatan alternatif telah menjalani evolusi dari yang sebelumnya disebut sebagai metode perdukunan kini berkembang menjadi terapi alternatif.
Istilah pengobatan alternatif lebih sering didengar dan memiliki arti bahwa metode ini merupakan alternatif dari pengobatan konvensional.
Para pendukung metode ini tidak setuju dengan pernyataan di atas sehingga menambahkan pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer.
Dampaknya, intervensi yang tidak masuk akal, tidak terbukti, atau bisa dibilang berbahaya dapat masuk ke dalam kategori pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer.
Penggunaan pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer yang luas tetapi tidak dinyatakan secara jujur berpotensi membahayakan pengobatan kanker.
Banyak pasien kanker meninggalkan perawatan kanker berbasis ilmu pengetahuan dan beralih menggunakan pelayanan kesehatan alternatif atau bahkan menggunakan keduanya secara bersamaan.
Beberapa produk obat alternatif dapat mempengaruhi atau meningkatkan risiko perdarahan atau bahkan menyebabkan kemoterapi yang diberikan menjadi tidak efektif.
Khususnya pada pasien yang masih menjalani pengobatan konvensional dengan kemoterapi namun menyembunyikan fakta bahwa ia juga menggunakan obat alternatif.
Kondisi di atas adalah hal yang sering ditemukan. Publikasi ilmiah menunjukkan sekitar 20 hingga 77 persen pasien kanker tidak mengungkapkan bahwa mereka juga menggunakan obat alternatif atau komplementer.
Penelitian yang akan saya tampilkan dalam artikel ini adalah sebuah tinjauan sistematis.
Sebuah pencarian komprehensif terhadap literatur medis untuk seluruh penelitian yang kemudian dirangkum menjadi analisis tunggal.
Penelitian yang dirangkum adalah penelitian berbahasa Inggris dengan tujuan menentukan penggunaan pengobatan alternatif dan komplementer yang setidaknya melibatkan 100 pasien kanker aktif.
Lalu, apa yang menjadi hasil tinjauan sistematis ini?
Publikasi ilmiah ini berjudul Complementary and alternative medicine use in cancer: A systematic review dan diterbitkan dalam jurnal Complementary Therapies in Clinical Practice.
Para penulis mengidentifikasi 61 studi yang relevan yang mencakup lebih dari 20.000 pasien kanker secara total.
Pasien kanker payudara adalah kelompok pasien yang paling umum dipelajari, diikuti oleh kanker hematologi (darah).
Menariknya, topik ini sedang diteliti di Amerika Utara. Negara yang paling umum di antara 61 studi adalah Jerman (9), Turki (6), Australia (5), dan Malaysia (5).
Ada 4 dari Italia dan Amerika Serikat, dengan beberapa negara lain diwakili oleh 3 atau kurang. Dalam sebagian besar studi, kuesioner yang diisi sendiri adalah sumber data.
Yang paling penting, 53 dari 61 studi memiliki definisi pengobatan alternatif dan komplementer yang mencakup terapi pikiran/tubuh.
Hanya 5 studi yang meneliti “terapi biologis” seperti obat herbal atau suplemen makanan.
Secara keseluruhan, keragaman dan definisi pengobatan alternatif berfungsi untuk memperkirakan populasi pengguna obat alternatif secara berlebihan.
Lalu, apa yang menjadi hasil tinjauan sistematis ini:
Rata-rata, 51% pasien kanker menggunakan pengobatan alternatif & komplementer dengan rentang prevalensi mulai dari 16,5% hingga 93,4%.
Para penulis berusaha memecah pasien kanker ini berdasarkan jenis kanker, tetapi analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan antara kelompok.
Selain itu, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara negara yang berbeda dalam hal prevalensi penggunaan.
56 dari 61 studi melihat demografi pengguna. Prediktor paling umum penggunaan obat alternatif dan komplementer adalah:
Keinginan untuk mengobati atau menyembuhkan kanker adalah alasan yang paling sering dikutip untuk digunakan, tercatat dalam 74% penelitian.
Alasan lain yang diberikan termasuk niat untuk mengobati komplikasi (misalnya, efek samping kemoterapi) (61%), mempengaruhi kesehatan umum (misalnya, meningkatkan kekebalan tubuh) (57%), pengobatan holistik (57%), “Mengambil Kontrol” atau “Tidak ingin ketinggalan sebuah peluang untuk kesembuhan”(46%) dan kepercayaan pada obat alternatif dan komplementer atau ketidakpuasan dengan pengobatan konvensional (34%).
Jika Pengobatan alternatif berfungsi dan sesuai dengan prinsip ilmiah maka dapat dijadikan pertimbangan serta bukan sekedar alternatif dari pengobatan konvensional.
Sayangnya, tidak terdapat banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa perawatan kesehatan alternatif dan komplementer bermanfaat untuk pasien kanker bahkan bila diberikan bersamaan dengan terapi konvensional.
Yang paling penting harus diingat bahwa apa pun metode pengobatannya semuanya memiliki risiko termasuk pengobatan alternatif & komplementer.
Namun, pasien kanker mungkin lebih bersedia menerima risiko dari obat alternatif dan komplementer.
Penelitian tinjauan sistematis yang saya gambarkan pada artikel ini mengonfirmasi bahwa sebagian besar pasien kanker menggunakan pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer.
Peran dokter seharusnya dapat membuat pasien kanker nyaman untuk mendiskusikan pengobatan alternatif & komplementer dengan dokter mereka.
Dokter harus melakukan pendekatan untuk tidak menghakimi pandangan pasien terhadap penggunaan pengobatan alternatif & komplementer sambil memberikan informasi ilmiah terbaik.
Tujuan hal di atas adalah untuk mendukung prinsip etik autonomi pada pasien dan perawatan kanker yang optimal dan aman.
[su_spoiler title=”Klik di Sini”]
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1744388118307679?via%3Dihub
https://sciencebasedmedicine.org/integrative-medicine-versus-alternative-medicine/
[/su_spoiler]