Penanganan Luka Robek: Apa Yang Harus Dilakukan?

Luka robek (laserasi) merupakan inkontinuitas jaringan berupa robekan atau potongan jaringan lunak yang dapat disebabkan oleh trauma tumpul (jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor), insisi benda tajam, atau gigitan mamalia.

 

Perdarahan dapat terjadi pada luka robek mulai dari perdarahan minimal hingga perdarahan masif yang menyebabkan sudut luka tidak tampak jelas

Pada luka gigitan atau luka tusuk yang dalam, perdarahan biasanya terjadi secara internal dibandingkan eksternal. Kondisi mengakibatkan perubahan warna kulit disekitar luka.

Luka robek ini pada umumnya membutuhkan penutupan luka dengan metode penjahitan luka. Berdasarkan definisi penutupan luka robek dapat diklasifikasikan menjadi:

  1. Penutupan primer – penutupan luka pada saat presentasi awal.
  2. Penutupan luka primer tertunda (delayed) – penutupan luka dilakukan 3-5 hari setelah dressing awal luka pada luka yang harus dibiarkan terbuka karena risiko tinggi terinfeksi (misalnya luka gigitan).
  3. Penyembuhan luka intensi sekunder – membiarkan luka sembuh alami melalui kontraksi, tanpa upaya untuk membantu penutupan luka.
Luka Robek
by Jannoon028 – Freepik.com

Pertimbangan Sebelum Pengobatan dan Indikasi Rujukan Bedah

  • Pertimbangkan hal ini sebelum membersihkan atau menutup luka
    • Mekanisme dan waktu cedera
    • Riwayat pasien, termasuk:
      • Infeksi HIV
      • Riwayat diabetes dan kadar gula darah terakhir
      • Alergi khususnya terhadap obat anastesia, lateks, antibiotik, dan perban
      • Riwayat imunisasi tetanus
    • Pemeriksaan awal status neurovaskular dan status fungsional bagian tubuh
    • Keparahan luka
    • Ada atau tidaknya benda asing pada luka
  • Indikasi rawat inap atau rujukan ke spesialis bedah
    • Luka dalam pada tangan dan kaki
    • Luka robek besar pada kelopak mata, bibir, atau telinga
    • Luka yang melibatkan nervus, arteri besar, tulang, sendi, dan tendon.
    • Luka penetrasi yang tidak diketahui kedalamannya
    • Cedera remuk berat
    • Luka terkontaminasi yang membutuhkan drainase
    • Luka dengan outcome terkait dengan kosmetik
    • Benda asing dekat pembuluh darah, sendi, dan nervus.

 

Manajemen Nyeri Peri Prosedural

Infiltrasi anestesia lokal

  • Anestetik lokal yang digunakan untuk infiltrasi seperti lidokain 1% (Xylocaine 10 mg / mL) atau bupivacaine 0,25% (Marcaine 2,5 mg / mL) sering digunakan untuk penutupan luka
  • Epinefrin dapat ditambahkan ke lidokain atau bupivakain untuk membantu mengendalikan perdarahan luka melalui vasokonstriksi di daerah dengan pasokan vaskular yang cukup banyak
  • Selain memberikan hemostasis, durasi kerja lidokain dengan epinefrin (sekitar 10,4 jam) dilaporkan dua kali lebih lama dibandingkan lidokain tanpa epinefrin (sekitar 4,9 jam)
  • Penambahan epinefrin tidak dianjurkan untuk daerah yang berisiko terkena iskemia karena suplai darah yang bervariasi, seperti ujung hidung distal, pinna, dan penis, namun dapat digunakan dengan suntikan pada daerah jari dan tangan.
  • Pilihan obat / dosis yang disarankan meliputi
    • Lidokain 3-5 mg / kg tanpa epinefrin, atau sampai 7 mg / kg dengan epinefrin
    • Bupivakain 1-2 mg / kg tanpa epinefrin, dan sampai 3 mg / kg dengan epinefrin
    • Luka besar pada ekstremitas mungkin memerlukan blok regional untuk mencegah dosis anestesi toksik
    • Pada pasien alergi terhadap bentuk amida anestesi lokal, pertimbangkan diphenhydramine intradermal 1%

Metode untuk meminimalkan rasa sakit injeksi lokal

  • Buffer lidocaine dan epinefrin dengan 10 mL : 1 mL bikarbonat 8,4%
  • Hangatkan obat anestesi lokal
  • Mengalihkan perhatian pasien (menggunakan musik atau berpaling dari pasien) dan / atau menarik perhatian dari area injeksi (jepit atau tekanan ringan di dekat tempat suntikan)
  • Gunakan jarum ukuran 27- atau 30-gauge
  • Masukkan jarum yang lebih tegak lurus dibandingkan sejajar dengan kulit
  • Menstabilkan spuit dengan tangan lain untuk menghindari goyangan jarum, dan letakkan ibu jari di ujung spuit sebelum menembus kulit.
  • Suntikkan 0,5 mL di bawah dermis (bukan di dermis), lalu tunggu sampai pasien mengatakan bahwa rasa sakit sudah hilang sebelum melanjutkan
  • Suntikkan 2 mL tambahan sebelum menggerakkan jarum, dan kemudian menyuntikkan secara anterior sambil menggerakkan jarum perlahan (pastikan 1 cm anestesi lokal selalu teraba atau terlihat di depan jarum)
  • Tusukkan kembali jarum 1 cm pada kulit yang pucat
luka laserasi
by Luis_molinero – Freepik.com

Pembersihan Luka Robek

Rekomendasi Umum

  • Persiapan yang dilakukan pada daerah yang mengalami laserasi dan area sekitarnya termasuk:
    • Pembersihan luka dengan ≥ 1 irigasi, kompres, atau perendaman berdasarkan jenis cedera, pertimbangan lingkungan, dan keparahan luka
    • Bersihkan semua benda asing yang tampak dengan menggunakan klem
    • Debridement jaringan
    • Cukur rambut sekitar untuk mencegah kontaminasi (hindari mencukur alis mata)

Irigasi

  • Irigasi menggunakan air atau normal saline dialirkan secara perlahan melalui permukaan luka dan merupakan langkah yang penting untuk optimalisasi penyembuhan luka
  • Keuntungan irigasi antara lain:
    • Membersihkan debris dalam
    • Hidrasi luka
    • Membantu dalam inspeksi luka
  • Sesuaikan volume irigasi berdasarkan karakteristik luka dan derajat kontaminasi untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
    • Jika tekanan irigasi terlalu tinggi, dapat menyebabkan risiko:
      • Kerusakan jaringan lebih lanjut, khususnya luka yang memiliki vaskularisasi besar seperti daerah kulit kepala dan wajah
      • Infeksi jika bakteri masuk ke kompartemen yang lebih dalam
    • Volume dan tekanan irigasi yang optimal masih tidak jelas
      • Volume irigasi 50-100 ml per cm laserasi dilaporkan cukup adekuat
      • Tekanan irigasi dapat dicapai denga menggunakan spuit volume 30 atau 60 mL dengan menggunakan jarum yang berukuran 18G
    • Pertimbangan tambahan:
      • Irigasi semua permukaan luka, termasuk yang membutuhkan pembukaan sisi kulit atau skin flap
      • Cairan irigasi yang dihangatkan lebih nyaman bagi pasien
      • Hindari penggunaan povidone-iodine, hidrogen peroksida, dan detergen karena dapat menghalangi proses penyembuhan

 

Antibiotik Profilaksis

  • Antibiotik profilaksis diindikasikan pada gigitan mamalia, luka tusuk dalam, atau luka yang melibatkan tangan atau jari, tapi tidak dibutuhkan pada jenis luka bersih lainnya, atau luka non gigitan pada pasien yang sehat.
  • Rekomendasi dari Infectious Disease Society of America (IDSA) 2014 untuk penggunaan antibiotik pada luka gigit:
    • Pilihan antibiotik oral atau parenteral bergantung pada kedalaman dan keparahan luka serta waktu sejak gigitan (> 8 ham berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi)
    • Untuk gigitan binatang, rejimen antibiotiknya berupa
      • Amoksisilin-klavulanat 875 mg setiap 12 jam PO
      • Bila alergi terhadap beta-laktam gunakan doksisiklin PO atau IV, Kotrimoksazol PO atau fluorokuinolon ditambahkan dengan klindamisin atau metronidazole
      • Pada ibu hamil yang alergi beta laktam pertimbangkan pemberian Azitromisin dan observasi ketat terkait toleransi obat
      • Pilihan IV adalah ampicillin-sulbactam 1.5-3 g setiap 6 jam
    • Gigitan manusia
      • Oral Amoksisilin-klavulanat 875 mg setiap 12 jam PO
      • Jika alergi penisilin, gunakan siprofloksasin atau levofloksasin ditambahkan dengan metronidazole
      • Pada ibu hamil yang alergi penisilin berikan kotrimoksazol
      • Pilihan IV adalah ampicillin-sulbactam 1.5-3 g setiap 6 jam

 

Profilaksis Tetanus Pada Luka Robek

  • Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan profilaksis tetanus pada:
    • Berikan vaksinasi tetanus booster segera jika
      • Tidak ada riwayat imunisasi tetanus
      • Pasien dengan riwayat imunisasi < 3 dosis atau jumlah dosis yang tidak pasti
      • Dosis pemberian terakhir > 10 tahun yang lalu
      • Dosis pemberian terakhir dalam 5-10 tahun dengan laserasi berat
    • Berikan tetanus immune globulin pada pasien dengan luka tusuk atau luka terkontaminasi dan tanpa riwayat imunisasi, riwayat imunisasi < 3 dosis, atau riwayat imunisasi yang tidak pasti.

 

Penutupan Luka Robek

Waktu Penutupan Luka Robek

  • Bukti yang menyarankan bahwa waktu optimal dari cedera hingga perbaikan laserasi tidak cukup baik, tapi rekomendasi menyarankan penutupan luka segera dan berhubungan dengan pembuhan luka yang lebih baik.
    • Laserasi non kontaminasi pada daerah dengan suplai pembuluh darah yang banyak, seperti kepala dan wajah, dapat ditutup hingga 24 jam dari waktu cedera
    • Laserasi non kontaminasi pada daerah tubuh dan ekstremitas harus ditutup < 12 jam pasca cedera. Beberapa bukti menunjukkan penyembuhan yang adekuat setelah 19 jam pasca cedera.
  • Luka robek karena gigitan harus dibiarkan terbuka karena risiko infeksi kecuali pada daerah wajah karena berpotensi menyebabkan cacat
  • Pertimbangkan penutupan luka primer tertunda pada hari ke 3-5 setelah dressing pada luka gigitan

 

Refensi

  1. Worster B, Zawora MQ, Hsieh C. Common questions about wound care. Am Fam Physician. 2015 Jan 15;91(2):86-92
  2. Nicks BA, Ayello EA, Woo K, Nitzki-George D, Sibbald RG. Acute wound management: revisiting the approach to assessment, irrigation, and closure considerations. Int J Emerg Med. 2010 Aug 27;3(4):399-407
  3. Forsch RT. Essentials of skin laceration repair. Am Fam Physician. 2008 Oct 15;78(8):945-51full-text,
  4. Al Youha S, Lalonde DH. Update/Review: changing of use of local anesthesia in the hand. Plast Reconstr Surg Glob Open. 2014 May;2(5):e150

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Anda Juga Mungkin Suka
Menyoal Label Halal Pada Obat di Indonesia

Menyoal Label Halal Pada Obat di Indonesia

Pengukuran HbA1c pada Pasien Diabetes

Pengukuran HbA1c pada Pasien Diabetes

Alergi Obat – Pendekatan Diagnosis Pasien

Alergi Obat – Pendekatan Diagnosis Pasien

ASIA Impairment Scale: Standar Emas dalam Mengevaluasi Cedera Tulang Belakang

ASIA Impairment Scale: Standar Emas dalam Mengevaluasi Cedera Tulang Belakang

Endnote – Aplikasi Manajemen Daftar Pustaka Efisien

Endnote – Aplikasi Manajemen Daftar Pustaka Efisien

ABCD2 – Alat Skoring Penilaian Risiko Penting Stroke

ABCD2 – Alat Skoring Penilaian Risiko Penting Stroke