Pemanis Buatan: Teman Atau Musuh Untuk Diet

Peneliti dari Universitas Manitoba George dan Fay Yee Pusat Inovasi Pelayanan Kesehatan di Kanada menemukan bahwa pemanis buatan tanpa nutrisi berhubungan dengan peningkatan risiko obesitas, peningkatan tekanan darah, diabetes, dan penyakit jantung.

pemanis buatan

Obesitas hingga saat ini masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat. Obesitas dialamai 1 dari 3 orang dewasa di Amerika Serikat. Selain itu, obesitas juga menyebabkan peningkatan insiden diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

 

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gula akan cenderung meningkatkan epidemi obesitas. Gula buatan (non-nutrive) seperti aspartame, stevioside, dan sukralose juga menunjukkan risiko peningkatan obesitas. Faktanya, lebih dari 30 persen penduduk Amerika Serikat menggunakan pemanis non nutrisi dan proporsi ini akan terus meningkat.

 

Bukti terbaru juga menunjukkan bahwa produk tersebut dapat menyebabkan efek samping pada proses metabolisme tubuh, bakteri saluran pencernaan, dan nafsu makan. Penelitian juga menunjukkan bahwa paparan kronik gula buatan dapat meningkatkan konsumsi makanan dan penambahan berat badan.

 

Academy of Nutrition and Dietetics menyatakan bahwa pemanis buatan dapat digunakan untuk mengatur berat badan dan gula darah dengan membantu membatasi asupan energi. Meskipun demikian, konsumsi produk tersebut berhubungan dengan peningkatan berat badan dan obesitas.

 

Penelitian yang dilakukan pada Universitas Manitoba bertujuan untuk menentukan apakah konsumsi pemanis buatan berhubungan dengan efek samping jangka panjang terhadap berat badan dan penyakit jantung. Penelitian ini dipublikasikan pada CMAJ.

 

Peneliti melakukan tinjauan sistematis terhadap 37 penelitian yang melibatkan lebih dari 400.000 individu selama kurang lebih 10 tahun. Dari seluruh penelitian tersebut, 7 penelitian merupakan uji klinis acak, yang mempertimbangkan standar baku emas untuk penelitian klinis. Uji klinis acak ini melibatkan sekitar 1.003 orang selama 6 bulan.

 

Pemanis Buatan Terkait dengan Peningkatan Berat Badan

gula buatanUji klinis acak dengan periode tindak lanjut jangka pendek menunjukkan bahwa asupan pemanis buatan tidak konsisten berhubungan dengan penurunan berat badan, indeks massa tubuh, dan lingkar pinggang. Pada penelitian observasional jangka panjang, temuan penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara konsumsi pemanis buatan dan peningkatan pada pengukuran berat badan, indeks massa tubuh, dan lingkar pinggang.

 

Peneliti juga melaporkan hubungan antara konsumsi pemanis buatan  dengan peningkatan risiko diabetes, obesitas, tekanan darah tinggi, stroke dan penyakit jantung.

 

“Meskipun fakta bahwa jutaan orang rutin mengkonsumsi pemanis buatan, yang sedikit pasien yang telah dilibatkan pada uji klinis terhadap produk ini. Penelitian kami menemukan data dari uji klinis tidak menunjukkan bukti yang jelas untuk mendukung keuntungan produk tersebut dengan manajemen berat badan.”– Dr. Ryan Zarychanski (Ketua Tim Peneliti)  

 

Selain itu, Dr. Azad salah seorang pimpinan peneliti juga menyatakan bahwa, kita harus lebih waspada untuk mengkonsumsi pemanis buatan hingga efek kesehatan jangka panjang dari konsumsi produk tersebut dapat dijelaskan secara nyata berdasarkan bukti penelitian. Dr. Azad juga menyatakan bahwa mengkonsumsi pemanis buatan pada ibu hamil dapat mempengaruhi berat badan lahir, metabolisme, dan bakteri saluran cerna bayi.

 

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah dengan peningkatan dan penyebaran konsumsi pemanis buatan, dan epidemik obesitas serta penyakit terkait lainnya, dibutuhkan penelitian lainnya untuk menentukan risiko jangka panjang dan keuntungan dari produk turunan gula tersebut.

 

Referensi:

Azad MB. Nonnutritive sweeteners and cardiometabolic health: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials and prospective cohort studies. CMAJ July 17, 2017 vol. 189 no. 28.

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Anda Juga Mungkin Suka
Hari TB Sedunia 2021 – Jam Terus Berdetak

Hari TB Sedunia 2021 – Jam Terus Berdetak

Viral Load SARS-CoV-2 Paling Rendah pada Anak

Viral Load SARS-CoV-2 Paling Rendah pada Anak

Vaksin Johnson & Johnson COVID-19 Tersedia April di Eropa

Vaksin Johnson & Johnson COVID-19 Tersedia April di Eropa

Serangan Jantung Lebih Fatal Pada Wanita

Serangan Jantung Lebih Fatal Pada Wanita

Manfaat Pemberian Probiotik untuk Diare pada Anak?

Manfaat Pemberian Probiotik untuk Diare pada Anak?

Alasan Lain Mengapa Tidak Perlu Mengkonsumsi Kalsium

Alasan Lain Mengapa Tidak Perlu Mengkonsumsi Kalsium