Pasien aritmia sering dijumpai pada praktik sehari-hari di unit gawat darurat. Terkadang cukup sulit untuk mengenali pasien aritmia karena rentang gejala yang luas dan terkait dengan ganguan irama jantung. Pasien aritmia dapat datang hanya dengan palpitasi atau dalam kondisi henti jantung (cardiac arrest). Diagnosis aritmia juga terkadang ditegakkan pada pasien yang datang ke unit gawat darurat dengan penyakit lainnya namun hasil pemeriksaan elektrokardiografi menunjukkan suatu aritmia.
Dokter di Unit Gawat darurat merupakan dokter yang pertama kali bertemu dengan pasien aritmia dan harus mengenali kondisi hemodinamik pasien yang mengalami aritmia. Kebutuhan untuk memahami stabilitas hemodinamik pasien aritmia merupakan target tatalaksana penting yang paling utama dan tidak dapat ditunda oleh pertimbangan lainnya.
Ketika stabilitas hemodinamik pasien telah tercapai, maka dokter dapat mengembangkan langkah diagnostik dan terapeutik lanjutan.
Triase pasien aritmia harus berfokus pada kondisi hemodinamik dan onset gejala serta tanda. Aritmia yang tidak stabil harus segera dirawat untuk evaluasi, pasien yang asimtomatis dapat menunggu tapi harus tetap di evaluasi serta di monitoring.
Kriteria hemodinamik dan kriteria rawatan pasien dengan aritmia antara lain:
Tekanan darah sistolik < 90 mmHg
Tekanan darah diastolik < 60 mmHg
Denyut jantung > 120 kali/menit atau < 50 kali/menit
Frekuensi napas > 30 kali/menit atau < 10 kali/menit
Suhu tubuh > 39,0 °C atau < 36,0 °C
Saturasi Oksigen (SpO2) < 90%
Langkah selanjutnya adalah evaluasi nyeri dada, dispneu, gagal jantung akut, penurunan status kesadaran, dan tanda syok selama triase dilakukan.
Pasien yang tidak stabil harus segera ditangani dan segera dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi serta harus ditatalaksana dengan adekuat sesuai dengan ketersediaan sumber daya serta obat yang ada pada unit gawat darurat.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi apakah pasien berada dalam kondisi “hemodinamik yang tidak stabil”, evaluasi segera beberapa parameter seperti tingkat kesadaran, ventilasi, oksigenasi, denyut jantung, dan tekanan darah. Evaluasi klinis berfokus pada gejala syok (penurunan kesadaran, kulit yang biru dan dingin, denyut nadi cepat dan lemah, penurunan output urin, haus dan mulut kering, hipoglikemia, kebingungan, nausea) dispneu dan takipneu atau desaturasi oksigen (SpO2 < 90%).
EKG, tekanan darah, dan saturasi oksigen harus segera diperiksa dan dilanjutkan dengan monitoring terus menerus serta dilakukan pemasangan infus dan pengambilan sampel darah. Jalan napas (airway) harus tetap paten, bantuan pernapasan atau oksigen diberikan pada pasien dengan SpO2 < 94%. Pemeriksaan EKG 12 lead harus segera dilakukan untuk menentukan evaluasi diagnosis aritmia segera. Anamnesis didapatkan setelah tindakan awal selesai dilakukan.
Secara sederhana, Pendekatan awal pasien aritmia di unit gawat darurat dapat dilakukan sebagai berikut:
Lihat dan nilai: | |
Tanda syok | |
Nyeri dada | |
Distres Pernapasan | |
Lakukan | |
Monitoring pasien, infus, sampel darah | |
Pastikan jalan napas pasien paten, ventilasi baik dan berikan oksigen jika diperlukan | |
Berikan dukungan untuk tekanan perfusi (gunakan rata-rata tekanan darah arteri) | |
Lakukan pemeriksaan EKG 12 lead dan setelahnya lakukan anamnesis | |
Tatalaksana penyebab reversibel |
Ketika terjadi henti jantung (Cardiac arrest) maka protokol dukungan hidup jantung lanjutan harus dilakukan. Pada kondisi ketidakstabilan hemodinamik, maka harus ditentukan pula kegagalan organ akut atau situasi yang mendekati henti jantung, dapat disebabkat oleh taki atau bradiaritmia.
Pada kejadian takiaritmia, defibrilasi segera atau kardioversi tersinkronisasi harus dilakukan tanpa mempertimbangkan mekanisme aritmia.
Sebagai tambahan, bradiaritmia dapat menyebabkan penurunan kardiak output berat yang menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik seperti hipotensi, penurunan kesadaran, sianosis, dispneu dan lain-lain.
Pengobatan berbasi atrofin, katekolamin, atau suatu stimulasi elektrikal dapat membantu atau bahkan menyelamatkan hidup.
Untuk seluruh pasien | Apa yang dilakukan | Bagaimana melakukannya |
Menilai status hemodinamik | Evaluasi klinis
Tekanan darah, Denyut nadi, frekuensi napas, saturasi oksigen, suhu tubuh dan akses intravena (infus) |
|
Identifikasi aritmia | EKG | |
Identifikasi kemungkinan penyebab | Anamnesis, evaluasi klinis, EKG, Laboratorium, Rongent Thoraks, Konsultasi kepada ahli kardiologi | |
Obati ketidakstabilan hemodinamik | Tatalaksana penyebab reversibel; berikan obat yang tepat; pertimbangkan kardioversi atau kemungkinan indikasi pemasangan pacemaker sementara (temporary pacemaker) | |
Takiaritmia | Tatalaksana ketidakstabilan hemodinamik | Lakukan kardioversi segera (dengan sedasi prosedural jika memungkinkan) |
Identifikasi aritmia | EKG | |
Jika QRS kompleks sempit | Manuver manual, pemberian adenosis jika reguler, beta bloker, atau penyekat kanal kalsium.
Pertimbangan untuk kontrol irama (dengan kardioversi atau obat) jika onset < 48 jam atau kontrol frekuensi nadi ± terapi antikoagulan jika onset > 48 jam. Konsultasi ke ahli kardiologi Rawat jika toleransi status hemodinamik buruk, patologi penyebab berat dan terus berkembang, dan denyut jantung tidak terkontrol dengan terapi awal |
|
Jika QRS kompleks lebar | Pertimbangkan pemberian adenosin hanya pada QRS kompleks monomorfik, infus antiaritmia, konsultasi ke ahli kardiologi.
Rawat jika kardiopati organik terus berkembang, takiaritmia persisten meskipun telah diberikan terapi antiaritmia, takikardia polimorfik, toleransi status hemodinamik buruk. |
|
Bradiaritmia | Tatalaksana ketidakstabilan hemodinamik | Gunakan atropin, dopamin, adrenalin, atau isoprenaline atau isoproterenol atau kemungkinan untuk melakukan pemasang pacemaker sementara (dengan teknik sedasi jika memungkinkan). Konsultasi ke ahli kardiologi |
Sinus bradikardi | Berikan dukungan hemodinamik, atropin. Identifikasi dan tatalaksana kemungkinan penyebab | |
Identifikasi aritmia | EKG | |
Sindrom sick sinus | Perekaman EKG loop dinamis, evaluasi ke ahli kardiologi, pertimbangan pemasangan pacemaker | |
Jika AV blok derajat I atau II tipe I | Identifikasi kemungkinan penyebab. Rawat jika toleransi status hemodinamik buruk, perkembangan patologi berat, denyut jantung tidak terkontrol setelah pemberian obat-obatan. | |
Jika AV blok berat (AV blok derajat II tipe II atau III atau AV blok derajat III) | Persiapkan untuk pemasangan pacemaker, konsultasi ke ahli kardiologi. Rawat untuk monitoring status hemodinamik dan evaluasi klinis. |
Daftar Pustaka: