Menyoal Buah Tanpa Biji & Efeknya Bagi Kesehatan

Dalam beberapa bulan terakhir, berbagai informasi tentang buah tanpa biji kerap mencuat di berbagai media sosial, terutama melalui video YouTube dan platform berbagi video lainnya. Sejumlah konten kreator, baik yang mengulas tentang pangan, kesehatan, herbal maupun isu pertanian, kerap menyampaikan pandangan beragam mengenai buah tanpa biji. Beberapa di antaranya memunculkan kekhawatiran dengan menyoroti cara pembudidayaan buah ini, yang mereka sebut-sebut melibatkan rekayasa genetik atau penggunaan bahan kimia tertentu. Narasi seperti ini, meski belum tentu didasarkan pada fakta ilmiah, seringkali lebih menarik perhatian dan mendapatkan respons tinggi dari publik. Akibatnya, muncul banyak asumsi bahwa buah tanpa biji mungkin kurang aman atau kurang bergizi dibandingkan buah berbiji.

Ilustrasi Buah Buahan
Ilustrasi Buah Buahan

Keresahan ini diperkuat oleh berbagai teori yang diangkat di platform-platform tersebut, yang kadang mencampuradukkan antara fakta dan opini. Beberapa kreator bahkan menyebut buah tanpa biji sebagai “buah rekayasa genetik” atau “produk buatan,” yang diasumsikan memiliki komposisi kimia yang tidak alami dan dianggap berbahaya bagi kesehatan. Klaim-klaim ini kerap tidak disertai bukti ilmiah yang jelas, namun tetap menyebar luas di media sosial. Di sisi lain, ada pula konten yang mencoba meluruskan informasi ini, tetapi sayangnya sering kali kurang populer dibandingkan dengan video yang bernada provokatif.

 

Akibat paparan informasi yang beragam ini, masyarakat menjadi bingung dan banyak yang meragukan keamanan konsumsi buah jenis ini . Terlebih, dengan makin meluasnya pilihan buah tanpa biji di pasaran, seperti semangka, anggur, dan jeruk tanpa biji, konsumen dihadapkan pada dilema tentang apakah buah-buahan tersebut aman atau tidak untuk dikonsumsi sehari-hari. Pertanyaan tentang kandungan gizi dan dampak kesehatan jangka panjang dari buah jenis ini pun semakin sering ditanyakan, terutama karena sebagian besar masyarakat belum memahami proses pertanian di baliknya.

 

Di tengah maraknya disinformasi ini, penting untuk memiliki pemahaman yang benar mengenai buah yang tidak memiliki biki ini, termasuk tentang cara pembudidayaannya dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Artikel ini akan mengulas secara mendalam asal-usulbuah jenis ini, teknik-teknik yang digunakan untuk menghasilkannya, serta menjawab berbagai mitos yang berkembang. Dengan begitu, diharapkan masyarakat dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dan objektif, sehingga mereka dapat menikmati manfaat buah jenis ini tanpa rasa khawatir yang tidak perlu.

 

Apa Itu Buah Tanpa Biji?

Buah tanpa biji merupakan hasil dari inovasi pertanian yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi konsumen. Jenis buah ini banyak diminati karena memberikan kemudahan dalam konsumsi, terutama bagi masyarakat yang lebih menyukai buah yang langsung bisa dimakan tanpa harus membuang biji, seperti anggur, jeruk, dan semangka. Buah tanpa biji sebenarnya bukan fenomena baru. Beberapa buah alami seperti pisang dan anggur tertentu bahkan sudah lama dikenal dalam versi tanpa biji. Meskipun tampak berbeda, buah jenis ini biasanya memiliki rasa dan tekstur yang sama dengan buah berbiji, tanpa perubahan signifikan dalam rasa.

Ilustasi Buah Tanpa Biji
Ilustasi Buah Tanpa Biji

Secara umum, ada dua alasan utama mengapa buah bisa menjadi tanpa biji. Pertama, beberapa buah alami mengalami mutasi genetik alami yang menyebabkan ketidakmampuan mereka untuk membentuk biji, seperti pada pisang liar yang telah mengalami proses pemuliaan selama berabad-abad. Kedua, buah tanpa biji seringkali dihasilkan dari metode budidaya modern yang mencakup teknik hibridisasi atau manipulasi hormon. Hibridisasi adalah proses menggabungkan dua varietas tanaman untuk menghasilkan tanaman yang memiliki karakteristik diinginkan, termasuk ketidakmampuan membentuk biji. Teknik ini sudah lama digunakan dan dilakukan tanpa melibatkan rekayasa genetik yang kompleks atau menambahkan unsur kimia yang berbahaya.

 

Teknologi Pertanian di Balik Buah Tanpa Biji

Proses menghasilkan buah tanpa biji didasarkan pada prinsip biologi dan ilmu agrikultur yang mendalam, terutama dalam penggunaan metode hibridisasi atau persilangan antara varietas tanaman yang berbeda. Berikut adalah beberapa metode utama yang digunakan untuk menghasilkan buah tanpa biji:

 

Hibridisasi dan Persilangan Varietas Tanaman

Hibridisasi adalah salah satu metode utama yang digunakan dalam pertanian untuk menghasilkan buah tanpa biji. Dalam metode ini, dua varietas tanaman dari spesies yang sama atau berbeda dikawinkan untuk menghasilkan tanaman hibrida dengan karakteristik tertentu. Sebagai contoh, semangka tanpa biji dihasilkan dengan menyilangkan varietas tetraploid (yang memiliki empat set kromosom) dengan varietas diploid (dua set kromosom). Persilangan ini menghasilkan tanaman triploid yang tidak mampu membentuk biji. Hasilnya adalah buah yang sama lezatnya dengan semangka berbiji tetapi dengan tekstur yang lebih mudah dinikmati tanpa biji.

 

Manipulasi Hormon pada Tanaman

Selain hibridisasi, teknik manipulasi hormon juga digunakan untuk menghasilkan buah tanpa biji. Dengan menambahkan zat tertentu yang berfungsi sebagai hormon pertumbuhan, petani dapat mempengaruhi proses penyerbukan dan pembuahan tanaman. Salah satu hormon yang sering digunakan adalah auksin, yang dapat merangsang perkembangan buah tanpa proses pembuahan lengkap, menghasilkan buah tanpa biji. Hormon ini hanya digunakan pada tahap awal pertumbuhan dan tidak menimbulkan efek jangka panjang yang membahayakan pada buah.

 

Poliploidi pada Tanaman

Poliploidi adalah kondisi di mana tanaman memiliki lebih dari dua set kromosom dalam sel-selnya. Buah tanpa biji pada semangka, misalnya, dihasilkan melalui persilangan poliploidi yang menghasilkan ketidakmampuan tanaman untuk membentuk biji. Teknik ini tidak melibatkan rekayasa genetika dalam arti menambah atau mengurangi DNA, melainkan lebih kepada manipulasi jumlah kromosom yang menyebabkan ketidakmampuan tanaman tersebut untuk melakukan reproduksi secara normal.

 

Perbanyakan Vegetatif

Sebagian besar tanaman buah tanpa biji diproduksi melalui teknik perbanyakan vegetatif seperti stek atau cangkok, di mana tanaman baru dihasilkan dari bagian tubuh tanaman induk. Teknik ini memastikan bahwa karakteristik tanaman induk, termasuk ketidakmampuan membentuk biji, akan diwariskan ke tanaman baru. Proses ini sepenuhnya alami dan tidak melibatkan perubahan genetik.

 

Dengan teknik-teknik ini, buah tanpa biji dapat dihasilkan tanpa menambahkan zat-zat kimia berbahaya atau melakukan modifikasi genetika yang signifikan. Teknologi ini justru bertujuan meningkatkan kenyamanan dan kemudahan bagi konsumen dalam menikmati buah. Selain itu, teknik ini membantu meningkatkan efisiensi produksi pertanian dengan menciptakan buah-buahan yang lebih sesuai dengan permintaan pasar, serta membuka peluang bagi petani untuk memenuhi preferensi konsumen yang semakin beragam.

 

Disinformasi Tentang Buah Tanpa Biji

Meskipun buah tanpa biji telah menjadi populer dan diterima luas, terutama karena kemudahan konsumsinya, masih banyak disinformasi yang beredar di kalangan masyarakat terkait keamanan, kualitas, dan nilai gizi buah ini. Berbagai platform media sosial seperti YouTube, Facebook, dan Instagram sering kali menjadi tempat bagi beredarnya klaim-klaim menyesatkan, yang dapat menyebabkan kebingungan dan bahkan ketakutan tak berdasar terhadap buah jenis ini. Berikut adalah beberapa jenis disinformasi yang kerap muncul terkait buah jenis ini dan penjelasan ilmiah di baliknya.

Ilustrasi Disinformasi VS Misinformasi dan Hoaks
Ilustrasi Disinformasi VS Misinformasi dan Hoaks

Hasil Rekayasa Genetik (GMO) yang Berbahaya

Salah satu klaim yang sering disebarluaskan adalah bahwa buah tanpa biji adalah hasil rekayasa genetik atau genetically modified organism (GMO) yang dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia. Narasi ini seringkali muncul tanpa dasar ilmiah yang jelas, dan banyak orang mengasosiasikan rekayasa genetik dengan risiko kesehatan yang tinggi. Namun, faktanya, sebagian besar buah jenis ini dihasilkan melalui teknik hibridisasi dan manipulasi hormon pada tanaman, bukan melalui modifikasi genetik yang mengubah DNA tanaman secara langsung. Teknik hibridisasi sendiri telah lama digunakan dalam ilmu pertanian dan melibatkan persilangan antara varietas tanaman tertentu, tanpa penambahan gen asing yang berasal dari spesies lain.

 

Dalam proses pertanian modern, produk yang dihasilkan dari rekayasa genetik (GMO) tunduk pada regulasi yang ketat oleh berbagai lembaga pengawas pangan di seluruh dunia. Di Indonesia, pengawasan terhadap produk GMO berada di bawah tanggung jawab Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Pertanian. Sejauh ini, buah jenis ini seperti anggur, semangka, atau jeruk yang dijual di pasar bukanlah hasil rekayasa genetik, melainkan dari teknik pemuliaan tanaman yang aman dan sudah teruji.

 

Lebih Rendah Gizinya Dibandingkan Buah Berbiji

Disinformasi lain yang sering beredar adalah bahwa buah tanpa biji memiliki kandungan nutrisi yang lebih rendah dibandingkan dengan buah berbiji. Klaim ini, walaupun sering dipercaya, sebenarnya tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Pada kenyataannya, kandungan gizi dalam buah lebih banyak dipengaruhi oleh varietas, kondisi tanah, dan cara pembudidayaannya daripada ada atau tidaknya biji. Misalnya, vitamin C, serat, dan mineral dalam buah anggur tanpa biji memiliki jumlah yang hampir sama dengan anggur berbiji dari varietas yang sama.

 

Penelitian menunjukkan bahwa proses pemuliaan atau hibridisasi yang menghasilkan buah tanpa biji tidak menghilangkan kandungan gizi dari buah tersebut. Di sisi lain, kandungan biji itu sendiri memang mengandung senyawa-senyawa tertentu, namun biji biasanya tidak dikonsumsi secara langsung dan tidak menjadi faktor utama penentu nilai gizi buah. Sehingga, mengonsumsi buah tanpa biji tetap memberikan manfaat nutrisi yang lengkap dan tidak mengurangi asupan vitamin atau mineral yang diperlukan tubuh.

 

Buah Tanpa Biji Mengandung Bahan Kimia Berbahaya

Ketakutan terhadap penggunaan bahan kimia dalam proses pembudidayaan buah tanpa biji juga menjadi topik yang sering dibahas di media sosial. Banyak video dan artikel yang menyatakan bahwa buah tanpa biji dihasilkan dengan menyuntikkan bahan kimia tertentu yang berbahaya bagi kesehatan. Klaim ini tidak sepenuhnya benar dan sering kali berlebihan. Pada kenyataannya, proses pemuliaan untuk menghasilkan buah jenis ini umumnya melibatkan penggunaan hormon auksin dalam jumlah yang sangat kecil, yang berfungsi merangsang perkembangan buah tanpa melalui proses pembuahan penuh.

 

Penggunaan hormon ini dilakukan secara selektif pada tahap awal pertumbuhan tanaman dan tidak mengendap di dalam buah sehingga tidak menimbulkan risiko berbahaya bagi manusia. Selain itu, zat hormon yang digunakan dalam proses ini sudah teruji keamanannya dan digunakan dalam takaran yang sangat kecil, jauh di bawah batas yang dapat membahayakan konsumen. Di samping itu, kebijakan keamanan pangan yang ketat mengharuskan semua produk pertanian untuk lolos pengujian sebelum bisa dipasarkan, memastikan bahwa buah jenis ini aman untuk dikonsumsi.

 

Mitos tentang Kesehatan dan Efek Jangka Panjang

Beberapa klaim yang lebih ekstrem menyatakan bahwa konsumsi buah tanpa biji bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, seperti infertilitas atau gangguan hormonal. Klaim ini kerap diangkat dalam narasi menakut-nakuti tanpa dasar bukti medis. Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa konsumsi buah jenis ini memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia dalam jangka panjang. Buah jenis ini , seperti buah lainnya, mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh, dan tidak ada komponen di dalamnya yang terbukti berpengaruh pada hormon atau kesuburan manusia.

 

Efek jangka panjang dari konsumsi buah tanpa biji telah dipelajari dalam berbagai penelitian, dan hingga saat ini tidak ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa buah ini membahayakan kesehatan. Justru sebaliknya, konsumsi buah-buahan, baik yang berbiji maupun tanpa biji, dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan serat, vitamin, dan antioksidan yang penting bagi tubuh. Narasi ketakutan seperti ini lebih sering dimanfaatkan sebagai strategi untuk menarik perhatian, dan sayangnya dapat membuat masyarakat ragu untuk mengonsumsi buah-buahan secara umum.

 

Dampak Disinformasi Buah Tanpa Biji terhadap Konsumsi Masyarakat

Maraknya disinformasi mengenai buah tanpa biji berpotensi memengaruhi pola konsumsi masyarakat dan menimbulkan kekhawatiran tak berdasar. Jika masyarakat terus terpapar informasi yang salah, mereka mungkin akan menghindari konsumsi buah jenis ini, bahkan mengurangi asupan buah secara keseluruhan. Hal ini bisa berdampak pada penurunan asupan gizi yang diperlukan, seperti serat, vitamin, dan mineral yang penting bagi kesehatan. Selain itu, disinformasi semacam ini bisa mengurangi kepercayaan terhadap teknologi pertanian modern, padahal inovasi dalam pertanian bertujuan untuk memberikan kemudahan, ketersediaan pangan, dan produk berkualitas tinggi bagi konsumen.

 

Untuk mengatasi hal ini, penting bagi konsumen untuk memahami proses di balik produksi buah jenis ini melalui edukasi yang tepat dan sumber informasi yang terpercaya. Di samping itu, peran pemerintah dan ahli kesehatan sangat dibutuhkan untuk meluruskan berbagai disinformasi yang berkembang di masyarakat agar mereka dapat membuat keputusan yang lebih sadar dan tidak terpengaruh oleh klaim yang tidak berdasar.

 

Pesan dr. Rifan

Sebagai seorang praktisi kesehatan, saya melihat pentingnya memahami informasi yang akurat mengenai buah tanpa biji, terutama di tengah maraknya disinformasi yang beredar di media sosial. Buah jenis ini bukanlah produk berbahaya, melainkan hasil dari perkembangan teknologi pertanian yang bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam konsumsi buah. Proses pembuatannya melalui metode-metode seperti hibridisasi dan manipulasi hormon yang telah teruji aman dan sesuai regulasi.

 

Mitos yang mengatakan bahwa buah jenis ini mengandung bahan kimia berbahaya atau kurang bergizi, bahkan berdampak buruk bagi kesehatan, tidak memiliki dasar ilmiah. Kandungan gizi pada buah ini pada dasarnya setara dengan buah berbiji, dan justru dapat membantu memenuhi kebutuhan serat, vitamin, dan mineral yang esensial bagi tubuh kita. Menghindari buah tanpa biji akibat disinformasi justru dapat mengurangi asupan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan kita.

 

Sebagai konsumen yang bijak, mari kita pastikan untuk selalu memeriksa kebenaran informasi dari sumber yang kredibel sebelum mempercayainya. Masyarakat yang teredukasi dengan baik akan lebih mudah dalam mengidentifikasi mitos dan fakta, sehingga dapat memilih pola makan yang sehat tanpa rasa khawatir yang tidak perlu. Buah, baik yang berbiji maupun tanpa biji, merupakan salah satu sumber nutrisi terbaik yang seharusnya tetap menjadi bagian dari pola makan kita sehari-hari.

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Anda Juga Mungkin Suka
Remisi Penyakit Spontan & Efek Placebo

Remisi Penyakit Spontan & Efek Placebo

Mengapa Kita Mudah Tertipu Disinformasi Kesehatan?

Mengapa Kita Mudah Tertipu Disinformasi Kesehatan?

Klaim Menakjubkan Membutuhkan Fakta Ilmiah yang Menakjubkan Pula

Klaim Menakjubkan Membutuhkan Fakta Ilmiah yang Menakjubkan Pula

Penipuan Alat Kesehatan & Cara Menghindarinya

Penipuan Alat Kesehatan & Cara Menghindarinya

Pseudosains dan Ilmu Kedokteran – Mitos VS Fakta Ilmiah

Pseudosains dan Ilmu Kedokteran – Mitos VS Fakta Ilmiah

Kebohongan Air Heksagonal: Mengungkap Fakta di Balik Klaim Kontroversial

Kebohongan Air Heksagonal: Mengungkap Fakta di Balik Klaim Kontroversial