Mengapa Supir Identik untuk Melarikan Diri Setelah Kecelakaan

Kecelakaan lalu lintas adalah masalah serius yang dihadapi banyak negara, dan salah satu fenomena yang mencolok adalah tindakan pengemudi yang melarikan diri setelah terlibat dalam kecelakaan. Kasus terbaru yang terjadi di Tangerang menggambarkan dengan jelas bagaimana perilaku ini dapat berakibat fatal. Pada tanggal 31 Oktober 2024, sebuah truk wing box menabrak puluhan kendaraan di jalan Raya Cipondoh, menyebabkan enam orang luka, termasuk pengendara sepeda motor, pengemudi mobil, dan seorang pejalan kaki. Korban dibawa ke berbagai rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, sedangkan sopir truk mengalami luka dan harus dirawat setelah diamuk massa di lokasi kejadian​.

Ilustrasi Supir Truk Identik untuk Melarikan Diri Pasca Kecelakaan Lalu Lintas
Ilustrasi Supir Truk Identik untuk Melarikan Diri Pasca Kecelakaan Lalu Lintas

Faktor Penyebab Supir Identik untuk Melarikan Diri

Tindakan supir identik untuk melarikan diri setelah kecelakaan tidak hanya mencerminkan sifat impulsif pengemudi, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor psikologis dan sosial yang kompleks. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa sopir sering kali memilih untuk melarikan diri:

  1. Rasa Ketakutan dan Penyesalan
    Setelah mengalami kecelakaan, pengemudi sering merasa ketakutan akan konsekuensi hukum dan sosial. Perasaan bersalah bisa mendorong mereka untuk melarikan diri daripada menghadapi kenyataan bahwa tindakan mereka telah menyebabkan luka atau kerusakan.
  2. Sikap Impulsif
    Dalam keadaan stres tinggi, pengemudi mungkin tidak mampu berpikir jernih. Keputusan untuk melarikan diri bisa menjadi reaksi instan untuk menghindari situasi yang menyakitkan, terutama jika mereka merasa terancam.
  3. Keterasingan Sosial
    Banyak supir merasa terasing dari masyarakat dan takut akan stigma yang mungkin mereka hadapi setelah kecelakaan. Perasaan ini dapat memperburuk keputusan untuk melarikan diri, dengan harapan dapat menghindari penilaian negatif dari orang lain.
  4. Kurangnya Kesadaran Hukum
    Banyak pengemudi yang tidak sepenuhnya memahami konsekuensi hukum dari melarikan diri setelah kecelakaan. Ketidakpahaman ini dapat menyebabkan mereka menganggap bahwa melarikan diri adalah pilihan yang lebih baik daripada menghadapi proses hukum yang rumit.
  5. Persepsi terhadap Kesempatan untuk Melarikan Diri
    Ketika pengemudi merasa bahwa mereka memiliki peluang untuk menghindari tangkapan, mereka mungkin lebih cenderung untuk melarikan diri. Hal ini sering terjadi dalam situasi di mana kondisi sekitar memungkinkan mereka untuk pergi dengan cepat.
  6. Tanggung Jawab Keluarga
    Beberapa pengemudi melarikan diri karena merasa bahwa jika mereka ditangkap, hal itu akan berdampak negatif pada keluarga mereka. Keputusan ini didasarkan pada naluri untuk melindungi kesejahteraan keluarga, meskipun tindakan tersebut tidak etis.

 

Menanggapi Insiden di Tangerang

Insiden kecelakaan di Tangerang yang melibatkan truk wing box menimbulkan pertanyaan tentang keselamatan dan perilaku pengemudi di jalan raya. Dengan enam korban luka dan sejumlah kendaraan rusak, kasus ini menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran dan pendidikan mengenai etika berkendara serta tanggung jawab sosial. Saat ini, Polres Metro Tangerang Kota masih melakukan penyelidikan untuk memahami lebih dalam kronologi kejadian dan faktor penyebab kecelakaan tersebut​.

Ilustrasi Kecelakaan Truk
Ilustrasi Kecelakaan Truk

Pesan dr. Rifan

Tindakan supir identik melarikan diri setelah kecelakaan lalu lintas adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dari masyarakat dan pihak berwenang. Untuk mengurangi insiden ini, penting bagi kita untuk meningkatkan pendidikan dan kesadaran tentang tanggung jawab berkendara. Masyarakat juga perlu didorong untuk melaporkan setiap insiden dan mendukung penegakan hukum yang tegas terhadap pengemudi yang melarikan diri, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua pengguna jalan.

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Anda Juga Mungkin Suka
Microsleep: Bahaya Tersembunyi bagi Pengemudi Mobil

Microsleep: Bahaya Tersembunyi bagi Pengemudi Mobil

Jantung Bengkak Apakah Bisa Sembuh

Jantung Bengkak Apakah Bisa Sembuh

Makanan Sehat yang Ternyata Berbahaya Jika Berlebihan

Makanan Sehat yang Ternyata Berbahaya Jika Berlebihan

Makanan Tinggi Serat Yang Harus Dimakan

Makanan Tinggi Serat Yang Harus Dimakan

Diabetes Bisa Sembuh – Benarkah?

Diabetes Bisa Sembuh – Benarkah?

Plant Stanol Ester untuk Menurunkan Kolesterol

Plant Stanol Ester untuk Menurunkan Kolesterol