Ketika Membaca Lalu Menulis Jauh Lebih Baik

Ketika membaca dan menulis lebih baik

Hari ini 1 Maret 2014 adalah “The Date” bagi saya…

Ya, Saya adalah seorang “Reader” yang tergabung dalam program  #OneMonthOneBook, Klub #2. Bagi yang penasaran apa itu #OneMonthOneBook, silakan saja dikunjungi linknya.

Nah, untuk buku pertama saya di  #OneMonthOneBook ini adalah sebuah novel karangan Khrisna Pabichara yang berjudul “Surat Dahlan”. Tidak ada alasan khusus sebenarnya saya memilih novel yang menceritakan kehidupan seorang Dahlan Iskan ini menjadi buku pertama saya. Tapi, lebih karena buku itulah yang berada diantrian terdepan buku saya yang belum terbaca saat “Komin Reader” Klub#2 menanyakan tentang “The Date” dan judul buku yang harus saya selesaikan membacanya dalam waktu satu bulan.

Untuk membaca bukunya sendiri menurut saya tidaklah sulit karena merupakan sebuah novel bukan buku ilmiah yang biasanya menjadi teman tidur saya… Tapi untuk kewajiban menulis ini yang sebenarnya agak berat karena jujur belum pernah nulis apa-apa di blog ini selain hal yang terkait dengan bidang ilmu yang saya geluti saat ini. Ya sudahlah… Dari pada saya terlalu panjang Curcolnya sebaiknya langsung saja deh saya tulis pendapat saya setelah membaca buku pertama saya di  #OneMonthOneBook.

________________________________________________________________________________

surat dahlanBuku setebal 376 halaman ini adalah buku kedua dari trilogi Dahlan yang menceritakan kisah kehidupan seorang Dahlan Iskan. Khrisna Pabichara sabagai penulisnya menceritakan semua konflik, dilema, derita, kebahagian dan juga cinta sosok utama novel ini secara gamblang dan dibungkus menjadi sebuah kisah seru nan mengharukan yang sangat menarik dibaca. Di Novel Kedua ini, Diceritakan tentang kehidupan seorang Dahlan yang pergi merantau ke tanah borneo untuk melanjutkan pendidikannya. Pada awalnya ceritanya berfokus pada surat-surat yang diterima Dahlan yang pada saat itu sedang menjalin komunikasi dengan kekasihnya di seberang lautan (kalau bahasa keren sekarang LDR).

Kehidupan yang berat dirantau, dan dosen-dosen yang anti kritik akhirnya membuat Dahlan memutuskan untuk berhenti dari kuliahnya dan kemudian menjadikan Dahlan Muda sebagai seorang mahasiswa organisatoris sejati yang pada akhirnya membuatnya terseret dalam Peristiwa Malapetaka Januari, dimana ia dan teman-temannya dianggap memberontak melawan pemerintah yang pada saat itu diwakili para tentara.. Saya sepakat dengan Sinopsis yang ditulis di website Mizan Publishing ini adalah bagian yang paling menengangkan dalam cerita di novel ini.

“Makian dan bentakan para tentara terdengar membelah malam.

Dadaku mulai sesak. Kakiku panas. Tubuhku memberat.

Sebab menoleh sambil berlari, aku tergelincir.

Tubuhku meluncur deras ke arah jurang.

Lenganku menabrak akar pohon. Lalu, segalanya jadi gelap.”

Kemudian Dahlan menjadi buronan yang paling dicari oleh tentara, hingga akhirnya diakhir pelariannya dia harus menerima kenyataan pahit bahwa cinta yang diseberang lautan sana bukanlah cinta yang sejati yang ditakdirkan untuknya. Tapi akhirnya Dahlan Muda menemukan 2 cinta sejatinya yaitu Gadis dari Lowa kulu, dimana dia akhirnya sadar kalau pepatah jawa “witing tresno, jalaran soko kulino (cinta tumbuh karena terbiasa bersama)” itu benar terjadi dalam kehidupannya. Dan cintanya yang satu lagi adalah kecintaannya akan dunia kuli tinta dan membawanya menjadi bagian penting perkembangan sebuah surat kabar besar di Indonesia. Dimana akhirnya hal itu pulalah yang membawa dia menemui Bapaknya yang telah lama ditinggalkan dikampung halamannya…

Kalau Penasaran akan kisah lengkapnya Ya Silakan dibaca Novelnya… Saya sendiri penasaran dan akan menunggu keluarnya novel yang ketiga…  Dan satu hal yang saya yakini selama ini adalah membaca adalah suatu kewajiban bagi setiap orang maka dengan menulis engkau akan merasakan hal yang lebih menyenangkan dan dapat berbagi banyak hal dengan orang lain. Jadi “Membaca adalah kewajiban, Menulis maka engkau akan lebih Baik” …Terimakasih…..

ditemani segelas Kopi, Lamdingin, 1 Maret 2014.

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Anda Juga Mungkin Suka
Drama Korea Bertema Kedokteran – Wajib Ditonton!

Drama Korea Bertema Kedokteran – Wajib Ditonton!

Film Bertema Kedokteran Terbaik

Film Bertema Kedokteran Terbaik