Bermasker Masker Dahulu, Sehat Kemudian

Pernahkah kita mendengar kisah super spreader COVID-19 dari Korea Selatan? Super spreader adalah istilah bagi seseorang dengan COVID-19 tanpa gejala yang menyebarkan COVID-19 ke banyak orang. Seorang wanita dari Korea Selatan tersebut menularkan COVID-19 kepada 55 orang lainnya. Penularan tersebut di mulai ketika dia duduk minum kopi di Starbucks tanpa mengenakan masker. Dia duduk tepat di bawah AC.

 

Kami percaya bahwa negara kita juga memiliki super spreader. Terutama setelah perayaan HUT RI ke-75. Ketika masyarakat tidak patuh protokol kesehatan saling mengadakan perlombaan khas 17-an. Peningkatan kasus mencapai rekor terbanyak pada tanggal 29 Agustus 2020.

 

Penambahan 3.308 kasus terkonfirmasi positif pada tanggal tersebut disertai penambahan jumlah kasus dalam beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa pandemi belum berakhir.

 

Vaksin dan obat bukan senjata utama dalam perang melawan wabah COVID-19 ini. Senjata utama dalam perang ini adalah perilaku kita. Perilaku untuk patuh terhadap protokol kesehatan.

 

Termasuk dalam menggunakan masker secara baik dan benar. Fakta yang kami sampaikan di atas cukup untuk menunjukkan bahwa tanpa penggunaan masker maka wabah akan semakin menyebar.

 

Sebelum kita lihat bagaimana penggunaan masker dapat melindungi diri kita dari tertular wabah. Ada baiknya kita kembali mengingat bagaimana proses penyebaran infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus corona baru ini.

 

Sebelumnya teman-teman juga dapat melihat video kami terkait penjelasan penularan virus corona baru dan penggunaan masker di bawah ini:

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=Q_hkvGkLrmA[/embedyt]

Penularan dan Transmisi Virus Corona Baru

Kita sudah sangat memahami bahwa virus corona baru ini menular melalui percikan kecil (droplets) yang keluar dari mulut atau hidung orang terkonfirmasi positif.

 

Video di bawah ini menunjukkan secara jelas bagaimana virus corona baru dapat menular.

Droplets yang keluar dapat terhirup langsung atau menempel pada benda-benda yang sering kita sentuh. Bila kita menyentuh benda yang terkontaminasi droplets maka tangan kita akan ikut terkontaminasi.

 

Kita tidak akan mampu untuk menahan tangan kita agar tidak menyentuh wajah atau hidung. Sentuhan tangan yang terkontaminasi menyebabkan kita berpotensi tertular virus corona baru.

 

Kemudian, kehebohan muncul karena isu bahwa COVID-19 merupakan penyakit airborne. Penyakit airborne adalah kondisi dimana kuman penyebab penyakit dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama di udara. Sederhananya, kuman ini melayang-layang di udara. Namun, secara ilmiah masih terdapat banyak pertentangan mengenai COVID-19 sebagai suatu airborne.

 

Terdapat 2 alasan dimana Organisasi Kesehatan Dunia belum menetapkan COVID-19 sebagai suatu penyakit airborne, yaitu:

  1. Belum terdapat fakta atau bukti ilmiah bahwa benar virus corona baru dapat bertahan di udara. Bukti yang tersedia hanya menunjukkan bahwa potensi airborne muncul pada tindakan-tindakan medis seperti intubasi atau pemberian obat melalui mesin penguap (nebulizer).
  2. Menetapkan COVID-19 sebagai airborne memberikan perubahan dan dampak yang besar terhadap semua lini sistem kesehatan.

 

Walaupun COVID-19 belum ditetapkan sebagai penyakit airborne, potensi penularan dari droplets masih sangat besar. Oleh karena itu, penggunaan masker di masyarakat berperan sangat besar.

 

Sebelum membahas mengapa penggunaan masker pada kondisi COVID-19 sangat efektif dalam menurunkan angka penularan, ada baiknya kita paham jenis-jenis masker terlebih dahulu.

 

Jenis-Jenis Masker dan Pemanfaatannya selama Masa Pandemi

Menggunakan masker merupakan cara paling mudah dan sederhana untuk melindungi diri kita dari wabah. Bersama dengan adaptasi kebiasaan baru lainnya seperti jaga jarak dan rutin mencuci tangan dengan sabun adalah senjata utama kita dalam berperang melawan wabah.

 

Semua organisasi kesehatan merekomendasikan semua untuk menggunakan masker dan penutup wajah (face mask) saat berada di tempat-tempat umum.

 

Kemudian, jenis masker apa yang paling cocok kita gunakan untuk menghindarkan diri dari penularan virus corona baru (SARS-CoV-2).

 

Silakan lanjutkan membaca agar kita dapat memahami jenis apa yang harus kita gunakan.

 

Masker Respirator

Respirator N95
Respirator N95 (Intropin (Mark Oniffrey) / CC BY-SA)

Jenis Respirator telah menjalani uji kelayakan dan penyaringnya terbuat dari serat yang saling terjalin. Jenis serat ini sangat efektif untuk menyaring kuman yang ada di udara.

 

Respirator harus memenuhi standar filtrasi (penyaringan) yang sangat ketat dan ditetapkan oleh National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dari Amerika Serikat.

 

Virus korona baru memiliki diameter sekitar 125 nanometer. Berdasarkan fakta tersebut maka kita harus memahami bahwa:

  • Masker respirator N95 bersertifikat dapat menyaring 95% partikel yang berukuran 100 hingga 300 nm.
  • Respirator N99 memiliki kemampuan untuk menyaring 99% partikel berukuran yang sama
  • Kemampuan filtrasi tertinggi dimiliki oleh Respirator N100 dapat menyaring 99,7% partikel berukuran tersebut.

 

Beberapa model respirator memiliki katup yang memungkinkan udara berhembus keluar. Katup ini menggunakan pengguna untuk bernapas. Namun, sisi negatif dari katup ini, orang lain menjadi rentan terpapar partikel kuman yang dihembuskan melalui katup ini.

 

Petugas medis dan tenaga kesehatan garis terdepan serta pekerja lainnya perlu untuk menggunakan jenis ini dalam pekerjaan sehari-hari mereka.

 

Dalam Standar Alat Pelindung Diri (APD) untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia revisi ke-3 yang diterbitkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pada Agustus 2020, respirator direkomendasikan penggunaannya untuk tingkat perlindungan III.

 

Lokasi yang membutuhkan tingkat perlindungan III ini antara lain:

  • Ruang prosedur dan tindakan operasi pada pasien probable dan suspek atau konfirmasi COVID-19.
  • Kegiatan yang menimbulkan aerosol (intubasi, ekstubasi, trakeotomi, resusitasi jantung paru, bronkoskopi, pemasangan NGT, endoskopi gastrointestinal) pada pasien probable dan suspek atau konfirmasi COVID-19.
  • Pengambilan sampel pernapasan (swab nasofaring dan orofaring).

 

Kemudian mari kita lihat masker jenis berikutnya, yaitu surgical mask.

 

Masker Bedah

masker bedah di bawah sinar ultraviolet
masker bedah di bawah sinar ultraviolet (OKJaguar / CC BY-SA)OKJaguar / CC BY-SA)

Masker ini sering disebut pula dengan istilah surgical mask. Terdapat berbagai jenis masker bedah. Biasanya surgical mask hanya sekali pakai dengan bentuk persegi panjang dan biku yang dapat dilebarkan hingga menutup hidung, mulut, hingga dagu. Produk surgical mask biasanya terbuat dari bahan kain sintetis yang dapat bernapas.

 

Tidak seperti respirator, surgical mask harus memenuhi standar filtrasi NIOSH. Masker surgical mask tidak memiliki katup kedap udara.

 

Surgical mask memiliki kemampuan untuk menyaring partikel sekitar 10 hingga 90 persen. Respirator N95 dan masker bedah memiliki kemampuan dalam mengurangi risiko penyakit pernapasan.

 

Kepatuhan dan ketepatan dalam cara penggunaan juga berperan penting dibandingkan pilihan jenis maskernya.

 

Dalam Standar Alat Pelindung Diri (APD) untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia revisi ke-3 yang diterbitkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pada Agustus 2020, Surgical mask direkomendasikan penggunaannya baik untuk tingkat perlindungan I dan II.

 

Untuk tingkat perlindungan I, Surgical mask digunakan oleh:

  • Masyarakat umum dengan gejala-gejala flu/influenza (batuk, bersin-bersin, hidung berair, demam, nyeri tenggorokan).
  • Petugas penanganan cepat/investigator/relawan yang melakukan interview langsung terhadap pasien probable atau suspek
  • Dokter dan perawat, Staff/administrasi, dan Supir ambulans

 

Sementara untuk tingkat perlindungan II, Surgical mask digunakan oleh:

  • Dokter dan perawat
  • Supir ambulans
  • Radiografer
  • Farmasi
  • Cleaning Service

Kemudian terdapat jenis masker yang sangat direkomendasikan penggunaannya sehari-hari bila kita keluar rumah.

 

Masker Kain

Ilustrasi Masker Kain
Ilustrasi Masker Kain (Infrogmation of New Orleans / CC BY)

Masker kain atau masker non medis adalah jenis yang direkomendasikan untuk digunakan oleh masyarakat bila melakukan aktivitas di luar rumah atau tempat-tempat umum.

 

Jenis ini cenderung kurang efektif dibandingkan kedua jenis lainnya yang telah kami bahas sebelumnya. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan masker jenis ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tidak menggunakan masker jenis apapun. Terutama untuk menghindarkan kita dari risiko penularan virus corona.

 

Dalam Standar Alat Pelindung Diri (APD) untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia revisi ke-3 yang diterbitkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pada Agustus 2020, masker kain direkomendasikan untuk masyarakat umum tanpa gejala penyakit.

 

Respirator Elastomer

elastomeric respirators
elastomeric respirators (IAEA Imagebank / CC BY-SA)

Respirator elastomer tidak umum digunakan. Mereka sangat mirip dengan respirator N95 dalam kemampuannya melindungi dari virus, tetapi tidak sekali pakai.

 

Respirator jenis ini terbuat dari karet atau bahan sintetis lainnya dan harus  dengan pemutih setelah digunakan. Ini membuatnya kurang ideal untuk digunakan di rumah sakit.

 

Seperti respirator N95, respirator elastomer harus dipasang dengan benar ke wajah agar efektif. Masker ini juga memiliki filter yang dibuang dan diganti. Harga respirator elastomer ini relatif mahal.

 

 

Mari kita bahas mengapa menggunakan masker efektif untuk menjaga diri kita tetap sehat selama masa pandemi.

 

Powered Air Purifying Respirators (PAPRs)

Powered Air Purifying Respirators
Powered Air Purifying Respirators (Sgt. 1st Class Javier Orona / Public domain)

Respirator Pemurni Udara Bertenaga (PAPR) memiliki keunggulan dibandingkan dengan N95. PAPR kini banyak digunakan di pusat layanan kesehatan. Namun, harganya sangat mahal. Respirator jenis ini menyerupai helm. PAPR terhubung ke motor listrik bertenaga baterai yang dapat mendorong udara melalui penyaring partikel.

 

PAPR memiliki kemampuan penyaringan yang lebih tinggi dibandingkan respirator elastomer atau N95. Selain itu, PAPR juga lebih nyaman digunakan dalam jangka waktu lama.

 

PAPR membutuhkan perawatan dan pemeliharaan yang baik agar fungsinya tetap optimal. Baterai harus selalu penuh bila ingin digunakan.

 

Sayangnya, PAPR bukan pilihan untuk masyarakat umum karena perawatannya yang cukup sulit, harganya mahal, dan membutuhkan pelatihan untuk dapat menggunakannya secara tepat.

 

Penggunaan Masker pada Masa Pandemi COVID-19

Kita telah paham bahwa virus corona baru menyebar melalui mulut, hidung, dan mata. Penyebarannya melalui droplets yang tersebar dari seseorang terkonfimasi COVID-19 positif. Jadi, kita butuh suatu alat atau benda yang mampu untuk menutup mulut, hidung, dan mata kita.

 

Salah satu fungsi perlindungan tersebut ada pada masker. Begitu pula dengan pelindung wajah atau face shield.

 

Hal lain yang penting kita pahami bahwa masker yang kita kenakan bukan untuk mencegah diri kita dari droplets orang lain. Melainkan untuk mencegah droplets kita menular kepada orang lain.

 

Slogan maskerku melindungimu, maskermu melindungiku adalah pernyataan yang tepat. Mari perhatikan ilustrasi berikut ini.

  • A, laki-laki, 36 tahun terkonfirmasi COVID-19 positif tanpa gejala
  • A bertemu dan berbicara dengan Tn. B (sehat) pada jarak kurang dari 1 meter
  • A dan Tn. B tidak mengenakan masker

 

Pada ilustrasi di atas kemungkinan Tn. B terinfeksi COVID-19 dari Tn. A sangat tinggi. Namun, risiko atau kemungkinan ini akan berbeda bila masker dikenakan. Perbedaannya adalah sebagai berikut:

  • Risiko sangat rendah bila keduanya menggunakan masker.
  • Risiko rendah bila Tn. A mengenakan masker sedangkan Tn. B tidak.
  • Risiko sedang bila Tn. B mengenakan masker sedangkan Tn. A tidak.

 

Selain itu, risiko penularan juga meningkat bila kita tidak menggunakan masker secara benar.

 

Mari kita pahami cara penggunaan yang benar.

 

Disiplin Pakai Masker

Wabah COVID-19 mengharuskan kita untuk berubah. Salah satu perubahan yang harus kita lakukan adalah menjalani adaptasi kebiasaan baru. Menggunakan masker untuk aktivitas luar rumah merupakan kebiasaan baru yang harus kita laksanakan dengan baik dan benar. Kita harus disiplin pakai masker agar terhindar dari COVID-19.

 

Kami memiliki infografis yang memudahkan pemahaman kita terkait cara disiplin menggunakan masker. Silakan lihat infografis berikut ini.

Infografis 7 Hal Penting Pakai Masker
Infografis 7 Hal Penting Pakai Masker (Lisensi: CC BY-NC-ND)

Kesimpulan

Wabah COVID-19 memaksa kita berubah. Salah satu perubahan utama yang harus kita lakukan adalah terkait dengan proses atau upaya kita dari penularan virus corona baru.

 

Untuk itu tetaplah pakai masker dan hindari kerumunan. Kita juga harus selalu menjaga kebersihan tangan.

 

Banyak pakar yang menyatakan bahwa mengenakan masker wajah merupakan tindakan utama dalam pencegahan penyebaran COVID-19. Untuk itu mari kita terapkan selalu protokol kesehatan dan semoga wabah ini segera berakhir.

 

Referensi

  • Abd-Elsayed A, et al. (2020). Utility of substandard face mask options for health care workers during the COVID-19 pandemic. DOI:
    1213/ANE.0000000000004841
  • Chan KH, et al. (2020). COVID-19 epidemic: Disentangling the re-emerging controversy about medical facemasks from an epidemiological perspective. DOI:
    1093/ije/dyaa044
  • Davies A, et al. (2013). Testing the efficacy of homemade masks: Would they protect in an influenza pandemic? DOI:
    1017/dmp.2013.43
  • Ferretti L, et al. (2020). Quantifying SARS-CoV-2 transmission suggests epidemic control with digital contact tracing. DOI:
    1126/science.abb6936
  • Javid B, et al. (2020). Covid-19: Should the public wear face masks? DOI:
    1136/bmj.m1442
  • MacIntyre CR, et al. (2015). A cluster randomised trial of cloth masks compared with medical masks in healthcare workers. DOI:
    1136/bmjopen-2014-006577
  • Radonovich LJ, et al. (2019). N95 respirators vs medical masks for preventing influenza among health care personnel. DOI:
    1001/jama.2019.11645
  • Recommendation regarding the use of cloth face coverings, especially in areas of significant community-based transmission. (2020).
    gov/coronavirus/2019-ncov/prevent-getting-sick/cloth-face-cover.html
  • Szarpak L, et al. (2020). Cloth masks versus medical masks for COVID-19 protection.
    nlm.nih.gov/pubmed/32285928

 

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Anda Juga Mungkin Suka
Mengapa Supir Identik untuk Melarikan Diri Setelah Kecelakaan

Mengapa Supir Identik untuk Melarikan Diri Setelah Kecelakaan

Microsleep: Bahaya Tersembunyi bagi Pengemudi Mobil

Microsleep: Bahaya Tersembunyi bagi Pengemudi Mobil

Jantung Bengkak Apakah Bisa Sembuh

Jantung Bengkak Apakah Bisa Sembuh

Makanan Sehat yang Ternyata Berbahaya Jika Berlebihan

Makanan Sehat yang Ternyata Berbahaya Jika Berlebihan

Makanan Tinggi Serat Yang Harus Dimakan

Makanan Tinggi Serat Yang Harus Dimakan

Diabetes Bisa Sembuh – Benarkah?

Diabetes Bisa Sembuh – Benarkah?