Semakin banyak wanita yang memutuskan menjadi ibu pada usia yang lebih tua, maka semakin banyak pula diantara mereka yang akan mengalami komplikasi persalinan. Hasil penelitian terbaru berikut dapat menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi.
Fakta menunjukkan bahwa semakin banyak wanita yang memilih untuk menjadi ibu pada usia yang lebih tua (> 35 tahun). Laporan dari The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) selama 4 dekade terakhir menunjukkan peningkatan yang signifikan untuk populasi ini. Wanita yang memilih untuk menjadi ibu pada usia 35 tahun atau lebih adalah 1,7 per 1.000 kelahiran pada tahun 1973 menjadi 11 per 1.000 kelahiran pada tahun 2012. Beberapa penelitian menemukan terdapat hubungan yang erat antara meningkatnya usia ibu pada saat persalinan dengan kejadian komplikasi kehamilan dan komplikasi persalinan.
Peningkatan usia maternal (ibu) juga merupakan salah satu faktor risiko yang sangat dipertimbangkan untuk persalinan dengan tindakan operasi sesar.
Para peneliti dari King College London (KCL) di Inggris telah menyelidiki perubahan fisiologis dalam tubuh ibu yang bisa menjelaskan komplikasi kehamilan dan komplikasi persalinan terkait dengan kontraksi uterus.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Physiology ini, menggunakan model tikus untuk meneliti hubungan antara penuaan ibu dan struktur rahim.
Para peneliti, yang dipimpin oleh Dr. Rachel M. Tribe, peneliti dalam bidang kesehatan wanita di KCL, menggunakan model tikus hamil untuk meniru penuaan ibu pada manusia. Biasanya, kesuburan puncak tikus betina pada usia 3-5 bulan, tikus betina yang berusia 8 bulan dianggap setara dengan ibu manusia berusia 35 tahun.
Tribe dan tim menganalisis fungsi fisiologis serviks dan otot uterus tikus hamil. Mereka melihat bagaimana kontraksi berlangsung, bagaimana rahim merespon oksitosin, dan jumlah mitokondria yang tersedia, serta jalur sinyal hormon progesteron.
Oksitosin adalah hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh kita. Di antara banyak fungsinya, oksitosin juga dilepaskan selama persalinan untuk memfasilitasi kontraksi uterus. Hormon ini juga dapat diberikan sebagai obat untuk menginduksi persalinan.
Mitokondria adalah bagian dari sel yang disebut pembangkit tenaga listrik sel. Mereka adalah bagian kecil di dalam sel dan bertanggung jawab untuk memproduksi energi. Dalam studi ini, peneliti memeriksa mitokondria untuk melihat berapa banyak energi yang mereka disediakan untuk kontraksi otot rahim.
Progesteron adalah hormon yang dikenal memainkan peran penting dalam kehamilan. Selain membantu rahim menebal dan bersiap-siap untuk implantasi embrio, progesteron juga memperkuat dinding panggul dalam persiapan untuk kontraksi. Hormon ini juga bertanggung jawab untuk mengurangi aktivitas uterus, sehingga menjaga rahim “tenang” sampai jangka waktu yang tepat untuk persalinan.
Para peneliti menemukan perubahan dalam sinyal hormonal dan struktur otot bisa menjelaskan terjadinya penundaan persalinan.
Pada tikus yang lebih tua, kemampuan otot uterus dalam berkontraksi mengalami gangguan. Otot-otot juga kurang responsif terhadap oksitosin dan memiliki jumlah mitokondria yang lebih rendah.
Para peneliti juga menemukan perubahan dalam proses sinyal progesteron, yang mereka yakini menyebabkan keterlambatan dalam proses persalinan.
“Penelitian kami menyoroti bahwa terdapat perubahan fisiologis dan seluler kunci terkait dengan usia ibu yang mengakibatkan disfungsi persalinan. Waktu kelahiran dan kemajuan persalinan secara langsung berkaitan dengan usia ibu dan hal ini dapat menyebabkan komplikasi selama kelahiran.”-Dr.Rachel M. Tribe-
Dr. Rima Patel, seorang peneliti dari Divisi Kesehatan wanita di KCL dan rekan penulis lainnya, juga menjelaskan fokus hasil studi lainnya.
“Studi kami hanya menggunakan model tikus, penelitian lebih spesifik untuk mengukur hormon dan menganalisis jaringan rahim pada wanita hamil tua masih diperlukan. Studi seperti ini, terkait penuaan ibu sangat penting dilakukan karena memberikan informasi terkait strategi manajemen klinis pada masa depan bagi ibu tua serta untuk memastikan ibu tua bebas komplikasi persalinan saat melahirkan.”
Sumber: