Kesehatan Mental Tenaga Kesehatan (COVID-19)

Penyakit infeksi (COVID-19) yang disebabkan oleh corona virus baru (SARS-CoV-2) pertama kali terdeteksi di Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok pada bulan Desember 2019. Sejak saat itu, wabah ini menyebar dengan sangat cepat di lebih dari 200 negara. Tenaga kesehatan merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap kesehatan pasien COVID-19 lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan mental. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kesehatan mental tenaga kesehatan terganggu selama wabah SARS pada tahun 2003.

Wabah COVID-19 di Sekitar Kita
Wabah COVID-19 di Sekitar Kita

Pada artikel ini kami berusaha untuk merangkum penelitian terbaru yang mengevaluasi faktor-faktor terkait dengan gejala kesehatan mental pada tenaga kesehatan yang terpajan COVID-19.

 

Kesehatan Mental Tenaga Kesehatan Berdasarkan Penelitian Terbaru

Kesehatan Mental
Kesehatan Mental

Penelitian terbaru yang terbit pada Journal of American Medical Association, mengevaluasi faktor yang terkait dengan gejala kesehatan mental petugas kesehatan yang terlibat langsung dalam mendiagnosis, merawat, dan mengobati pasien COVID-19.

 

Penelitian ini menilai 1257 kesehatan mental petugas kesehatan pada 34 Rumah Sakit di Cina periode 29 Januari 2020 hingga 3 Februari 2020. Rumah sakit yang terlibat pada penelitian ini memiliki klinik isolasi khusus atau ruang perawatan khusus pasien infeksi virus.

 

Tenaga kesehatan yang dilakukan penilaian kesehatan mental dibagi menjadi 3 kelompok berbeda, yaitu:

  1. Tenaga kesehatan di Wuhan
  2. Tenaga kesehatan di Provinsi Hubei, selain Wuhan
  3. Tenaga kesehatan di luar Provinsi Hubei.

 

Hasil Penelitian Kesehatan Mental Petugas Kesehatan

Kesehatan Mental Pada Petugas Kesehatan
Kesehatan Mental Pada Petugas Kesehatan

Penelitian ini mendapatkan proporsi yang signifikan dari petugas kesehatan yang mengalami gejala kesehatan mental. Sekitar setengah dari tenaga kesehatan yang diteliti melaporkan gejala terkait dengan depresi dan kecemasan.

 

Temuan lain penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen tenaga kesehatan mengalami tekanan psikologis. Tenaga kesehatan wanita, petugas kesehatan pada garis terdepan (triase dan unit gawat darurat), dan tenaga kesehatan yang bertugas di Wuhan mengalami gejala kesehatan mental yang lebih parah dibandingkan dengan petugas kesehatan lainnya.

 

Tenaga kesehatan yang bekerja pada garis depan dan terlibat langsung dalam mendiagnosis, merawat, atau mengobati pasien dengan COVID-19, ditemukan berisiko lebih tinggi mengalami gejala depresi.

 

Para peneliti juga menemukan bahwa petugas kesehatan dari luar provinsi Hubei memiliki risiko lebih rendah mengalami tekanan psikologis dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang berasal dari Wuhan.

 

Kesimpulan

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa petugas kesehatan yang terlibat dalam merawat pasien dengan COVID-19 berada pada peningkatan risiko gejala kesehatan mental. Para peneliti menyarankan untuk memberikan dukungan psikologis atau intervensi kepada petugas layanan kesehatan yang terpajan COVID-19, khususnya wanita, perawat, dan pekerja garis depan.

 

Referensi

Lai J, Ma S, Wang Y, et al. Factors Associated With Mental Health Outcomes Among Health Care Workers Exposed to Coronavirus Disease 2019. JAMA Netw Open. 2020; 3(3):e203976. doi:10.1001/jamanetworkopen.2020.3976

 

Tentang Penulis

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Anda Juga Mungkin Suka
Mengapa Supir Identik untuk Melarikan Diri Setelah Kecelakaan

Mengapa Supir Identik untuk Melarikan Diri Setelah Kecelakaan

Microsleep: Bahaya Tersembunyi bagi Pengemudi Mobil

Microsleep: Bahaya Tersembunyi bagi Pengemudi Mobil

Jantung Bengkak Apakah Bisa Sembuh

Jantung Bengkak Apakah Bisa Sembuh

Makanan Sehat yang Ternyata Berbahaya Jika Berlebihan

Makanan Sehat yang Ternyata Berbahaya Jika Berlebihan

Makanan Tinggi Serat Yang Harus Dimakan

Makanan Tinggi Serat Yang Harus Dimakan

Diabetes Bisa Sembuh – Benarkah?

Diabetes Bisa Sembuh – Benarkah?