Karoshi: Tinjauan Kematian Karena Kelelahan Bekerja

Kematian karena kelelahan bekerja saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di Jepang dan Cina. Istilah Karoshi sendiri berasal dari Jepang dan memiliki arti sebagai “Meninggal karena kerja berlebihan” atau “overwork death”.

kematian karena kelelahan
(Sumber: pixabay.com)

Penyebab kematian utama pada kasus karoshi adalah kematian mendadak akibat serangan jantung dan stroke karena stres, dan kelaparan sebab tidak mengonsumsi makanan.

 

Fenomena ini telah menyebar ke bagian lain dari Asia dan sedang menjadi topik perbincangan hangat pasca PEMILU di Indonesia.

 

Hingga tulisan ini saya buat dan berdasarkan rilis Komisi Pemilihan Umum (KPU) Indonesia pada tanggal 05 Mei 2019 lebih kurang 440 orang Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia dan 3.788 orang sakit serta harus menjalani perawatan di rumah sakit.

 

Pro dan kontra muncul seiring dengan bertambah banyaknya orang-orang yang diberikan amanah menjaga suara rakyat dalam PEMILU ini “Meninggal”.

 

KPU menyatakan bahwa KPPS yang meninggal disebabkan karena kelelahan bekerja.

 

Di sisi lain, banyak orang yang menduga ada sesuatu hal yang tidak wajar terkait banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia pada PEMILU tahun ini.

 

Atas dasar tersebut saya mencoba untuk memberikan gambaran terkait dengan apa yang sebenarnya terjadi pada pekerja yang mengalami Karoshi atau kematian karena kelelahan bekerja dan bagaimana kondisi ini dapat terjadi.

 

Apa itu Karoshi?

depresi karena pekerjaan
depresi karena pekerjaan (Sumber: pixabay.com)

Karoshi merupakan istilah bahasa Jepang yang berarti kematian karena bekerja secara berlebihan.

 

Istilah ini pertama kali muncul pada tahun 1969 dan para peneliti di Jepang mulai meneliti Karoshi sejak 1980 dalam rangka merespons peningkatan kasus gangguan mental pada para pekerja.

 

Kondisi bekerja secara berlebihan ini akan menyebabkan penyakit kardiovaskular dan stroke.

 

Karoshi juga istilah yang digunakan pada orang-orang yang melakukan tindakan bunuh diri karena tidak sanggup menahan beban kerja secara berlebihan.

 

Kondisi ini telah menjadi epidemik terutama di negara Jepang dan Cina dan memiliki hasil yang sangat buruk untuk penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular.

 

Sebuah meta analisis besar yang dilakukan pada populasi pekerja dalam jumlah besar menunjukkan bahwa pekerja yang bekerja untuk waktu yang panjang memiliki risiko stroke dan juga penyakit jantung koroner yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang bekerja pada waktu standar.

 

Stres yang muncul karena pekerjaan memiliki peran utama dalam onset terjadinya penyakit kardiovaskular.

 

Undang-undang di Jepang Tahun 2014 mendefinisikan Karoshi sebagai salah satu dari berikut:

  1. Kematian karena penyakit jantung serebrovaskular atau iskemik karena beban kerja berlebihan; atau
  2. Bunuh diri yang disebabkan oleh gangguan mental karena stres berat di tempat kerja; atau
  3. Penyakit jantung serebrovaskular atau iskemik karena beban kerja yang berlebihan atau gangguan mental akibat stres berat di tempat kerja (didefinisikan oleh timbulnya suatu kondisi penyakit dan tidak selalu mengarah pada kematian).

 

Kemudian, berapa lama beban kerja yang menyebabkan seseorang mengalami kelelahan yang berujung kematian?

 

Berapa lama waktu ideal bekerja bagi setiap orang?

Karoshi kelelahan bekerja
kelelahan bekerja (Sumber: pixabay.com)

Di Jepang, jam kerja yang berlebihan didefinisikan sebagai bekerja lebih dari 51 jam per minggu atau lebih dari 45 jam kerja lembur per bulan.

 

Di Indonesia sendiri berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa jam kerja ideal karyawan adalah:

  • Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.
  • Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.

 

Banyak penelitian menunjukkan bahwa jam kerja yang panjang menginduksi risiko stroke atau penyakit jantung yang lebih tinggi dibandingkan jam kerja standar.

 

Peningkatan risiko penyakit jantung koroner (meningkat 13%) dan stroke (meningkat 33%) lebih tinggi pada orang yang menjalani jam kerja panjang (55 jam per minggu) dibandingkan orang yang menjalani jam kerja standar (35-40 jam per minggu).

 

Bila beban kerja berlebihan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stoke. Lalu, mekanisme apa yang sebenarnya terjadi pada Karoshi sehingga menyebabkan seseorang meninggal dunia?

 

Penyebab Terjadinya Karoshi

Karoshi: kematian akibat kerja
kematian akibat kerja (Sumber: pixabay.com)

Mekanisme patofisiologis terkait hubungan stres pekerjaan dan penyakit kardiovaskular masih belum jelas.

 

Penelitian Otsui K, yang diterbitkan dalam jurnal Journal of Thrombosis and Thrombolysis, menunjukkan bahwa terlalu banyak bekerja akan mempercepat reaksi pembekuan darah (trombotik).

 

Percepatan reaksi ini mungkin memperjelas patogenesis penyakit kardiovaskular terkait dengan kerja berlebihan.

 

Penelitian ini juga menemukan bahwa tes trombosis global (sebuah tes in vitro terbaru) merupakan alat yang baik untuk mengevaluasi tingkat kelelahan.

 

Penelitian terbaru pada hewan coba yang dilakukan uji berenang paksa sebagai model kelelahan dalam bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan jaringan otot jantung (miokard) tikus yang melakukan uji berenang paksa (1 jam per hari, selama 30 hari berturut-turut mengalami penurunan (down regulation) Caveolin-1 disertai dengan aktivasi cSrc dan menghasilkan penurunan tingkat onnexin43 (Cx43).

 

Molekul-molekul tersebut merupakan molekul miokard yang terkait dengan kejadian aritmia.

 

Fibrosis interstitial miokard yang berhubungan dengan penyimpangan sistem kelistrikan jantung (elektrofisiologis) yang juga menjadi penyebab aritmia ditemukan pula pada model hewan coba yang terlalu banyak bekerja.

 

Penelitian ini menyimpulkan hubungan antara Karoshi dengan aritmia jantung.

 

Sebuah laporan kasus terbaru juga mengambarkan seorang pria paruh baya yang mengalami fibrilasi ventrikel (gangguan irama pada bagian serambi jantung) idiopatik setelah menjalani jam kerja secara berlebihan dan kurang tidur.

 

Selain itu, stres psiko-sosial terutama pada pekerjaan dengan tekanan tinggi juga meningkatkan kondisi penyakit kardiovaskular.

 

Faktor psikologis juga berpotensi memicu penyakit jantung.

 

Kelelahan karena terlalu banyak bekerja juga dipercayai terkait dengan kegugupan, kecemasan, depresi, masalah sosial atau psikologis yang dalam jangka panjang menyebabkan gangguan endrokrin dan metabolisme.

 

Temuan yang menarik adalah pada banyak kasus Karoshi, pekerja yang meninggal adalah para pekerja yang menjalani kelelahan dan jam kerja berlebihan dalam waktu berbulan-bulan.

 

Sangat jarang kasus Karoshi yang menyebabkan kematian terjadi secara akut dimana seorang pekerja meninggal setelah kelelahan bekerja hanya selama beberapa hari.

 

Meskipun demikian, kondisi kematian mendadak ini dapat terjadi bila aritmia terjadi dan tidak termasuk kemungkinan kematian mendadak lainnya seperti alergi atau keracunan.

 

Lalu, pekerja bidang apakah yang paling banyak mengalami Karoshi?

 

Siapa yang paling banyak mengalami Karoshi?

depresi karena kerja
Depresi karena kerja (Sumber: pixabay.com)

Karoshi merupakan suatu bentuk lain dari kematian mendadak dan tak terduga.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian mendadak sebagai kematian, tanpa kekerasan dan tidak dapat dijelaskan, terjadi dalam 24 jam setelah timbulnya gejala.

 

Setiap tahun, lebih dari 2 juta orang meninggal karena kematian mendadak.

 

Kasus kematian mendadak juga telah dijelaskan dalam berbagai pekerjaan dan usia dan sedikit kasusnya terjadi pada dokter.

 

Karoshi menjadi salah satu masalah utama pada praktisi medis muda di rumah sakit tersier Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir.

 

Di Jepang, kematian pekerja terakhir yang ditentukan sebagai karoshi adalah jurnalis berusia 31 tahun Miwa Sado.

 

Dia dilaporkan menjalani 159 jam lembur dalam satu bulan di jaringan berita NHK, sebelum meninggal karena gagal jantung pada Juli 2013.

 

Kematiannya diumumkan sebagai karoshi pada awal Oktober 2017.

 

Sebelumnya, Matsuri Takahashi yang berusia 24 tahun bekerja lembur 105 jam dalam sebulan di agensi iklan Jepang Dentsu.

 

Takahashi melompat dari atap kantornya pada Hari Natal 2015. Tadashi Ishii, presiden dan CEO Dentsu, mengundurkan diri sebulan kemudian karena kasus ini.

 

Sebuah laporan tahun 2016 yang meneliti kasus-kasus Karoshi dan penyebab kematian mereka menemukan bahwa lebih dari 20% orang dalam survei terhadap 10.000 pekerja Jepang mengatakan mereka bekerja setidaknya 80 jam lembur dalam sebulan.

 

Di Amerika Serikat, 16,4% orang bekerja rata-rata 49 jam atau lebih setiap minggu.

 

Di Jepang, lebih dari 20% bekerja rata-rata 49 jam setiap minggu, menurut laporan itu.

 

Kesimpulan

Karoshi merupakan istilah bahasa Jepang yang berarti kematian karena bekerja secara berlebihan.

 

Kondisi ini didefinisikan sebagai Kematian karena penyakit jantung serebrovaskular atau iskemik karena beban kerja berlebihan; atau

 

Bunuh diri yang disebabkan oleh gangguan mental karena stres berat di tempat kerja; atau

 

Penyakit jantung serebrovaskular atau iskemik karena beban kerja yang berlebihan atau gangguan mental akibat stres berat di tempat kerja (didefinisikan oleh timbulnya suatu kondisi penyakit dan tidak selalu mengarah pada kematian).

 

Meskipun demikian, kondisi ini sangat jarang terjadi secara mendadak sebab biasanya muncul pada orang yang terpapar kelelahan karena kerja berlebihan selama berbulan-bulan.

 

Beberapa kasus kecil kondisi kematian mendadak karena kelelahan disebut sebagai Karoshi karena fibrilasi ventrikel idiopatik dan tidak menutup kemungkinan kematian mendadak yang terkait dengan keracunan atau alergi (reaksi anafilaksis).

 

Referensi

[su_spoiler title=”Klik di Sini“]

  1. Xiao N, Yang BF, Shi JZ, et al. Karoshi May Be a Consequence of Overwork-Related Malignant Arrhythmia. Med Sci Monit. 2019;25:357–364. Published 2019 Jan 12. doi:10.12659/MSM.911685
  2. Liu NG, Wang T, Huang P, et al. Karoshi related to labor intensity and risk of cardiovascular events: A case report. Fa Yi Xue Za Zhi. 2015;31:343–46.
  3. Yamauchi T, Yoshikawa T, Takamoto M, et al. Overwork-related disorders in Japan: Recent trends and development of a national policy to promote preventive measures. Ind Health. 2017;55:293–302.
  4. Wong CW, Chan YH, Cheng YH, Lam CS. Is overwork a precipitant factor of idiopathic ventricular fibrillation? Int J Cardiol. 2016;223:218–19.
  5. Eguchi H, Wada K, Smith DR. Recognition, compensation, and prevention of karoshi, or death due to overwork. J Occup Environ Med. 2016;58:e313–14.
  6. Otsui, K., Yamamoto, J., & Inoue, N. (2018). Overwork accelerates thrombotic reaction: implications for the pathogenesis of Karoshi. Journal of thrombosis and thrombolysis, 45(2), 222-224.
  7. Yin, R.-X., Huang, F., & Zhang, Q.-H. (2018). Karoshi, a new epidemic in Chinese medical practitioners. Intensive Care Medicine, 44(7), 1187–1188. doi:10.1007/s00134-018-5138-4

[/su_spoiler]

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Anda Juga Mungkin Suka
Mengapa Supir Identik untuk Melarikan Diri Setelah Kecelakaan

Mengapa Supir Identik untuk Melarikan Diri Setelah Kecelakaan

Microsleep: Bahaya Tersembunyi bagi Pengemudi Mobil

Microsleep: Bahaya Tersembunyi bagi Pengemudi Mobil

Jantung Bengkak Apakah Bisa Sembuh

Jantung Bengkak Apakah Bisa Sembuh

Makanan Sehat yang Ternyata Berbahaya Jika Berlebihan

Makanan Sehat yang Ternyata Berbahaya Jika Berlebihan

Makanan Tinggi Serat Yang Harus Dimakan

Makanan Tinggi Serat Yang Harus Dimakan

Diabetes Bisa Sembuh – Benarkah?

Diabetes Bisa Sembuh – Benarkah?