Diabetes merupakan kondisi kompleks dengan variasi penyakit. Pendekatan pengobatan yang memiliki target tunggal tidak menunjukkan outcome klinis yang ideal baik pengobatan untuk diabetes itu sendiri atau pun komplikasi nya. Pemberian obat anti diabetes terkadang membuat penderita diabetes menjadi kesulitan karena terkadang lebih dari 1 obat dan hasilnya kurang memuaskan.
Obat dan tanaman herbal telah digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk penyakit lainnya dan juga untuk diabetes.
Banyak pasien diabetes yang mengetahui manfaat anti diabetes obat atau tanaman herbal tertentu dan terkadang menggunakannya sebagai tambahan pengobatan dengan obat anti diabetes kompensional.
Kondisi ini mengakibatkan dua hal yang bertolak belakang. Pada satu sisi, kegunaan obat atau tanaman herbal tersebut dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah.
Di sisi lain, penggunaan obat atau tanaman herbal ini berbarengan dengan obat anti diabetes konvensional dapat berpotensi memunculkan risiko.
Artikel ini memberikan tinjauan terkait dengan literatur klinis dan eksperimental yang menunjukkan interaksi penggunaan obat atau tanaman herbal dengan obat diabetes.
Untuk Artikel Lain Terkait dengan Obat Herbal dan Pengobatan Alternatif Anda Dapat Membacanya disini:
Pada umumnya dua obat yang diberikan bersamaan berpotensi menyebakan reaksi kimia atau interaksi farmakologis.
Interaksi ini dapat meningkatkan atau menurunkan efek obat yang satu terhadap obat yang lain.
Kemungkinan kondisi yang terjadi adalah peningkatan atau penurunan efektivitas dan/atau efek samping obat.
Outcomenya sangat bergantung pada fisikokimia obat yang berpengaruh pada farmakokinetik dan farmakodinamik.
Secara sederhana interaksi ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Beberapa mekanisme yang terkait dengan farmakokinetik interaksi obat herbal termasuk:
Sistem enzim metabolik hati, terutama keluarga isoenzim sitokrom P450 (CYP450), tetap merupakan jalur umum untuk farmakokinetik interaksi obat herabl.
Banyak obat anti-diabetes adalah substrat dari isoenzim CYP450, misalnya:
Sejumlah besar herbal juga telah ditemukan mempengaruhi sistem CYP450. Misalnya, St John’s wort menghambat CYP2C dan CYP3A dan ginkgo bilob amenghambat CYP3A4, CYP2C9, dan CYP2C19.
Farmakodinamik interaksi obat herbal dapat memodifikasi kerja obat / herbal secara kualitatif melalui efek pada berbagai organ, situs reseptor atau enzim.
Interaksi semacam itu dapat menghasilkan efek antagonis, aditif, atau sinergis.
Sebagai contoh, banyak obat-obatan herbal memiliki sifat antioksidan yang dapat bermanfaat untuk mengurangi stres oksidatif, faktor patogen utama diabetes.
Kami memiliki ebook Farmakologi Klinis Dasar yang berisi rangkuman Farmakokinetik dan Farmakodinamik Obat. Ebook tersebut dapat Anda Unduh pada Link berikut:
Beberapa penelitian melaporkan interaksi potensial Aloe vera dengan anti diabetes.
Salah satu interaksi yang tercatat adalah interaksinya dengan glibenklamid.
Konsumsi keduanya secara bersamaan akan menimbulkan efek additif.
Efek ini akan memberikan efek antihiperglikemia yang lebih besar dan peningkatan risiko hipoglikemia.
Keduanya merupakan tumbuhan pada famili ginseng dan telah menunjukkan potensi antidiabetik yang mempengaruhi jalur insulin dependen dan independen.
Komponen aktif ginseng yang bertanggung jawab untuk efek anti diabetik ini belum sepenuhnya diketahui.
Konsumsi keduanya secara bersamaan akan menimbulkan efek additif.
Efek ini akan memberikan efek antihiperglikemia yang lebih besar dan peningkatan risiko hipoglikemia.
Karela dikenal juga sebagai Paria/pare atau bitter melon karena rasanya yang pahit.
Sejumlah senyawa aktif tumbuhan antara lain sterol, glukosida dan polipeptida karantin.
Konsumsi keduanya secara bersamaan akan menimbulkan efek additif.
Efek ini akan memberikan efek antihiperglikemia yang lebih besar dan peningkatan risiko hipoglikemia.
Bawang putih dikenal sebagai salah satu bahan dapur yang banyak memiliki manfaat untuk kesehatan.
Sulfur pada bawang putih diduga mengandung senyawa bioaktif yang disebut sebagai allyl thiosulfinates.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan efektivitas apabila jus bawang putih dikonsumsi bersamaan dengan metformin.
Konsumsi keduanya secara bersamaan akan menimbulkan efek additif.
Berdasarkan hasil yang disajikan di atas, jelas bahwa banyak obat herbal, bila dikonsumsi bersamaan dengan agen anti diabetes, berpotensi mengubah sifat farmakokinetik dan / atau farmakodinamiknya.
Interaksi ini rumit mengingat banyaknya target patofisiologis / farmakologis yang terkait dengan penyakit dan sifat multikomponen dari obat herbal.
Variasi batch-to-batch dalam komposisi kimia herbal juga cenderung berdampak pada sifat interaksi, membuatnya tidak dapat diprediksi.
Meskipun berpotensi menimbulkan efek samping, kombinasi herbal dan obat anti diabetes lebih sering ditunjukkan memiliki implikasi klinis positif karena dapat menyebabkan efek anti diabetik yang meningkat, yang berpotensi memungkinkan pengurangan dosis agen anti diabetes, sehingga meminimalkan efek sampingnya.
Sebaliknya, antagonisme dapat menyebabkan efek berbahaya dan oleh karena itu perlu peringatan peringatan atau kontraindikasi untuk kombinasi.
Kesimpulannya, interaksi antara agen herbal dan farmasi adalah pedang bermata dua dan menjadi perhatian bagi pasien dan praktisi perawatan kesehatan.
Penting untuk melanjutkan penelitian tentang potensi risiko dan manfaat yang terkait dengan interaksi ini, terutama dalam kelompok pasien lanjut usia dan mereka yang sakit kronis.
Data tersebut sangat penting untuk pengembangan pedoman klinis di masa depan agar hasil perawatan kesehatan lebih baik.
Bila ada yang ingin ditanyakan terkait interaksi dan manfaat obat herbal lainnya terhadap penyakit diabetes silakan tanyakan di kolom komentar.
Referensi