Perkembangan dunia teknologi informasi yang demikian pesat termasuk media sosial memberikan dampak baik dan buruk. Salah satu dampak buruk yang ditimbulkan adalah munculnya artikel-artikel Hoax Kedokteran Dan Kesehatan yang dishare setiap harinya.
Artikel-artikel ini akan mudah sekali ditemukan di grup-grup facebook atau dishare via aplikasi chating seperti whatsapp atau line.
Hoax Kedokteran Dan Kesehatan ini menempati urutan ketiga sebagai hoax yang paling banyak dibuat di bawah hoax tentang politik dan SARA.
Hal ini cukup membuat resah karena dapat merubah pola pikir masyarakat.
Khususnya terkait dengan paradigma sehat dan persepsi masyarakat. Terutama terkait dengan pengobatan alami, herbal, atau pengobatan alternatif.
Perubahan paradigma dan persepsi ini sangat sulit untuk dirubah.
Artikel ini saya tulis untuk memberikan gambaran tentang Hoax Kedokteran Dan Kesehatan.
Bagaimana atau cara apa yang dapat kita lakukan untuk mengetahui bahwa informasi tersebut adalah suatu hoax atau bukan.
Selain itu, saya akan menjabarkan mengapa bukti ilmiah itu penting dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
Saya akan mulai dengan pembahasan Hoax Kedokteran Dan Kesehatan.
Secara sederhana Hoax dapat diartikan sebagai:
“Informasi yang sesungguhnya tidak benar, tapi dibuat seolah-olah benar”.
Secara luas Hoax dapat diartikan sebagai:
“Usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu informasi, padahal sang pencipta informasi palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu”.
Atau secara singkat dapat diartikan sebagai informasi palsu yang dibuat secara sengaja.
Kita harus menggarisbawahi frasa informasi palsu dan secara sengaja ini.
Mengapa demikian?
Ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan lainnya dibentuk dan dilandaskan berdasarkan suatu asas yang disebut sebagai “Evidance Based Medicine (EBM)”.
EBM menyaratkan bahwa suatu praktik kedokteran harus didasarkan pada bukti-bukti ilmiah yang terkini dan terpercaya.
Artinya, bukti-bukti ini harus dapat dipertanggungjawabkan, tidak saja secara ilmiah, medis, dan klinis, tapi juga harus bermakna secara statistik.
Bila suatu artikel di bidang kedokteran dan kesehatan tidak menunjukkan atau menjadikan suatu bukti ilmiah sebagai referensi maka dapat dicurigai bahwa itu adalah informasi palsu.
Bila informasi palsu tersebut dibuat dengan sengaja untuk tujuan tertentu maka jelas itu merupakan suatu hoax.
Lalu, apa yang menjadi tujuan sengaja orang-orang ini membuat artikel tersebut?
Setidaknya terdapat beberapa alasan mengapa orang-orang sengaja memproduksi Hoax Kedokteran Dan Kesehatan, yaitu:
Menurut ilmu Psikologi, terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan seseorang cenderung mudah percaya pada hoax.
Yang pertama, orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki.
Contohnya jika seseorang penganut paham bumi datar memperoleh artikel yang membahas tentang berbagai teori konspirasi mengenai foto satelit maka secara naluri orang tersebut akan mudah percaya karena mendukung teori bumi datar yang diyakininya.
Yang kedua, secara alami perasaan positif akan timbul dalam diri seseorang jika opini atau keyakinannya mendapat afirmasi (penegasan).
Kondisi ini membuat seseorang cenderung tidak akan mempedulikan apakah informasi yang diterimanya benar dan bahkan mudah saja bagi mereka untuk menyebarkan kembali informasi tersebut.
Hal ini dapat diperparah jika si penyebar hoax memiliki pengetahuan yang kurang dalam memanfaatkan internet guna mencari informasi lebih dalam atau sekadar untuk cek dan ricek fakta.
Lalu, langkah apa yang dapat dilakukan untuk mengecek bahwa informasi kedokteran atau kesehatan yang diberikan merupakan suatu informasi fakta atau bukti ilmiah.
Bukti ilmiah secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai hal yang berbeda pada orang yang berbeda.
“Different things to different people”.
Namun hal inilah yang masih banyak belum kita pahami.
Misalnya, bila seorang dukun dan korbannya mengklaim mereka memiliki bukti bahwa pengobatan yang dilakukan berhasil.
Terkadang bukti tersebut hanya berisi testimoni dari korban yang merasa terpuaskan dengan pengobatan dukun tersebut atau dari pengalaman pribadi.
“Aku coba pakai herbal X dan aku merasa lebih baik serta kadar gula darah ku turun”.
Kata seorang penderita diabetes kepada seorang temannya.
Kemudian temannya tersebut menimpali
“Aku masih tetap menggunakan rebusan daun Y dan percaya akan berefek karena rebusan Y telah memberikan efek yang baik pada sepupuku”.
Baik herbal X dan rebusan daun Y yang menurut kedua penderita diabetes di atas telah memiliki manfaat tapi belumlah cukup untuk diterapkan dalam praktik kedokteran.
Sebab testimoni tidak dapat digunakan sebagai bukti ilmiah.
Bahkan dalam EBM sendiri suatu bukti ilmiah memiliki peringkat atau hierarki.
Hanya bukti ilmiah dengan hierarki tertinggilah yang dapat dirangkum menjadi panduan praktik klinis atau pedoman pengobatan.
Namun, apakah suatu hal yang alami dan dirasakan memiliki dampak baik seperti herbal X dan rebusan daun Y di atas memiliki dampak yang buruk?
Orang berpikir bahwa “alami” adalah sehat. Tapi, banyak zat alami yang bahkan dapat membunuh seseorang.
Beberapa produk suplemen herbal yang dijual bahkan di Apotek sekalipun juga dapat membahayakan kita, meskipun dikonsumsi dengan dosis yang tertera pada kemasannya.
Suplemen dapat bersifat beracun atau toxic oleh karena zatnya sendiri, terkontaminasi oleh senyawa yang menyebabkan racun, atau karena interaksi dengan obat yang diberikan oleh dokter.
Meskipun risiko interaksi berbahaya antara pengobatan rumahan dengan herbal atau bahan alami lainnya dengan obat yang resepkan dokter, hanya sepertiga pasien yang mengaku kepada dokter bahwa mereka sedang mengkonsumsi obat rumahan.
Salah satu alasan popularitas suplemen herbal digunakan sebagai pengobatan rumahan karena pasien tidak harus mengunjungi dokter atau harus memiliki resep untuk mendapatkannya. Kondisi ini bisa disebut sebagai “Ultimate Health DIY”.
Alasan lainnya adalah sangat sedikitnya regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur hal ini.
Regulasi di Indonesia hanya memastikan bahwa obat-obat alami ini diproduksi berdasarkan standar.
Tidak ada garansi bahwa produk yang dinyatakan memenuhi standar produksi tersebut aman atau efektif.
Yang sangat disayangkan sebagian besar hoax kedokteran dan kesehatan terkait dengan bahan alami, herbal, atau produk yang dibilang alami tertentu.
Lalu, langkah apa yang dapat dilakukan untuk menentukan suatu informasi kedokteran atau kesehatan hoax atau tidak?
Baloney Detection Kit merupakan suatu metode yang berisikan dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menentukan apakah suatu klaim benar atau “sampah”.
Langkah-langkah dalam metode ini dapat diterapkan untuk mengetahui bahwa suatu informasi kesehatan dan kedokteran tertentu merupakan suatu bukti ilmiah atau hoax.
Metode ini sangat penting untuk dilakukan karena pembuat hoax saat ini sangat lihai dalam memainkan perannya.
Silakan Anda perhatikan potongan artikel yang saya buat berikut:
Pengobatan kanker luar biasa ini telah diketahui sejak tahun 1800-an.
Tapi, pengetahuan ini telah disembunyikan oleh perusahaan obat kanker besar.
Pada tahun 1816, Dr. Johan R. Tarjany menemukan bahwa terdapat spesies lumut yang dapat membunuh sel kanker.
Lumut Funariidae karkinolutae yang tumbuh di kampung halamannya. Dr. Tarjany terpesona dengan lumut tersebut sejak kecil.
Dr. Tarjany dewasa menemukan bahwa lumut ini dapat memproduksi molekul yang dapat secara selektif mempengaruhi DNA double helix sel kanker.
Molekul tersebut membuat perubahan DNA, perubahan ini menyebabkan kematian sel kanker.
Dr. Tarjany lalu selalu mengkonsumsi lumut ini setiap hari dan dia tidak mengalami kanker hinga meninggal dunia.
Zat aktif (molekul) dari lumut ini dilarang oleh FDA Amerika Serikat tapi Anda masih dapat menemukannya di beberapa Online Shop.
Setelah membaca artikel di atas apa yang Anda pikirkan?.
Sebagian besar pasti mempercayai hal ini dan mungkin akan langsung share artikel tersebut.
Bila hal ini Anda lakukan maka Anda termasuk orang yang menyebarkan hoax.
Sesungguhnya artikel tersebut saya tulis berdasarkan informasi palsu. Informasi Palsu atau Bohong artikel di atas antara lain:
Artikel ini sebenarnya sebuah terjemahan transkrip dari video yang dibuat oleh Jonathan Jarry dan dishare melalui twitter oleh David Gorski, MD, PhD.
Artikel seperti ini atau video aslinya pasti akan mendapatkan banyak sekali trafik, sharing, dan kunjungan di sosial media.
Artikel ini ditulis seolah-olah berdasarkan bukti ilmiah terpercaya.
Pernahkah Anda menemui artikel sejenis ini?
Terkadang kita juga perlu bersikap skeptis (ragu-ragu atau kurang percaya) terhadap artikel kesehatan atau kedokteran tertentu.
Bila sikap skeptis muncul maka Anda dapat menggunakan Baloney Detection Kit untuk menilai apakah suatu artikel yang di share pada Anda hoax kedokteran dan kesehatan atau bukan.
Terdapat beberapa pertanyaan yang harus Anda ajukan dan menjadi bagian dari Baloney Detection Kit, yaitu:
Bila terdapat satu saja pertanyaan yang membuat Anda ragu terhadap suatu informasi maka Anda harus berpikir hal tersebut adalah suatu hoax kedokteran dan kesehatan.
Semoga dengan artikel ini kita dapat lebih berhati-hati dalam menerima informasi seputar kedokteran dan kesehatan.
Jangan jadikan diri kita menjadi bagian orang-orang yang menyebarkan informasi hoax kedokteran dan kesehatan.
Jangan karena artikel dibuat seolah-olah memiliki bukti ilmiah kita langsung share padahal sesungguhnya informasi yang diberikan adalah palsu.
Bila Anda Memiliki Pertanyaan Seputar Informasi Kedokteran Atau Kesehatan Yang Anda Ragu, Silakan Sampaikan Pertanyaan dan Pendapat Anda Di Kolom Komentar.
Kami akan berusaha memberikan jawaban ilmiah terbaik untuk pertanyaan Anda tersebut.
[su_spoiler title=”Referensi“]
https://www.skeptic.com/reading_room/it-worked-for-my-aunt-tillie-is-not-evidence/
https://www.skeptic.com/skepticism-101/baloney-detection-kit-sandwich-infographic/
[/su_spoiler]