Setiap orang pasti menginginkan untuk dapat hidup sehat dan panjang umur. Untuk mempermudah kita dalam mencapai tujuan tersebut terkadang kita juga perlu mengetahui dan mengevaluasi mitos di bidang kesehatan atau kedokteran. Selain itu, kita juga perlu mempelajari fakta kedokteran dibalik mitos tersebut. Mitos pada bidang kedokteran akan menghambat kita dari berpikir fokus terhadap suatu isu nyata dibidang kedokteran.
Pada kesempatan kali ini, melalui artikel ini, saya akan menampilkan beberapa fakta kedokteran yang belum kita ketahui atau selama ini hanya menjadi sebuah mitos.
Nyamuk adalah seranga paling mematikan di bumi
Nyamuk Anopheles betina seharusnya mendapatkan penghargaan sebagai “binatang paling mematikan di bumi“.
Penghargaan tersebut diberikan karena peran nyamuk tersebut terhadap lebih dari 300 juta kasus malaria pertahun yang menyebabkan kematian pada kurang lebih 1,2 juta jiwa.
Terdapat lebih dari 3000 spesies nyamuk, 200 di antaranya terdapat di Amerika dan sisanya di benua lainnya. Tapi, tidak semua spesies nyamuk tersebut menularkan penyakit. Salah satu negara dengan jumlah spesies nyamuk vektor penyakit terbanyak adalah Indonesia.
Selain malaria, nyamuk juga menjadi vektor untuk berbagai penyakit lainnya seperti demam kuning, ensefalitis (radang otak), elephantiasis (kaki gajah) dan penyakit lainnya. Nyamuk lebih aktif pada malam hari. Alangkah baiknya apabila kita melindungi diri dengan menggunakan pakaian yang menutupi seluruh lengan dan kaki atau menggunakan lotion pencegah gigitan nyamuk pada malam hari. Jangan lupa pula untuk melakukan tindakan 3M (menutup, menguras, dan mengubur) sumber-sumber air yang dapat menjadi lingkungan perkembangbiakan nyamuk.
Tidak Ada Obat yang Dapat Menyembuhkan Herpes Genitalis
Herpes genitalis merupakan penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh herpes virus yang menginfeksi sekitar alat kelamin. Ketika seseorang mengidap penyakit herpes genitalis maka orang tersebut akan menderita penyakit itu sepanjang hidupnya. Akan tetapi, sepertiga dari populasi penderita herpes genitalis tidak mengalami episode munculnya gejala herpes genitalis yang kedua. Populasi ini akan berpikir bahwa mereka telah sembuh dan tidak mengetahui bahwa mereka masih dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Saat ini, terdapat berbagai jenis obat yang digunakan sebagai terapi anti viral untuk penyakit herpes genitalis. Valasiklovir, Famsiklovir, dan Asiklovir merupakan beberapa dari jenis obat tersebut. Obat anti virus tersebut ketika diberikan memiliki 2 efek utama, yaitu: Mengobati gejala yang muncul dan sebagai terapi supresif dengan cara menekan/mengurangi jumlah virus yang ada sehingga gejala penyakit tidak muncul kembali.
Sampai saat ini belum terdapat bukti ilmiah yang menyatakan bahwa infeksi herpes genitalis dapat disembuhkan secara permanen dengan pemberian obat antiviral.
Pemberian Vitamin C Tidak Mempengaruhi Penyembuhan Flu
Vitamin C merupakan salah satu jenis vitamin yang paling sering diresepkan. Vitamin C seringkali diberikan pada pasien yang menderi Flu atau Common Cold. Akan tetapi, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa terdapat outcome yang lebih baik untuk pemberian vitamin C pada pasien Flu.
Vitamin C tidak dapat memberikan proteksi dari common cold. Peneliti dari Universitas Nasional Australia dan Universitas Helsinki telah melakukan tinjauan terhadap 30 penelitian yang dilakukan selama beberpa dekade terakhir yang melibatkan lebih dari 11 ribu pasien yang diberikan vitamin C dengan dosis 2 gram. Dosis tersebut 4 kali lipat daripada dosis vitamin C sebagai suplemen yaitu 500 mg.
Analisis para peneliti menemukan bahwa vitamin C (asam askorbat) tidak dapat mencegah terjadinya flu dan tidak mengurangi durasi flu atau menurunkan tingkat keparahan flu.
Jadi, pesan untuk kita semua, silakan pikirkan kembali untuk menerima atau memberikan resep vitamin C pada pasien flu. Vitamin C yang dikonsumsi dalam jumlah berlebihan untuk jangka waktu yang lama dapat membahayakan. Salah satu efek samping yang paling sederhana akibat konsumsi Vitamin C dalam dosis berlebihan adalah munculnya diare. Diare tentu saja berbahaya bagi anak-anak atau lansia.
Alergi Juga Dapat Menyebabkan Kematian
Sebagian besar alergi tidak berbahaya. Akan tetapi, sebagian kecil dapat mematikan. Anafilaksis merupakan respons alergi paling parah (namun paling jarang terjadi). Sepuluh hingga lima belas persen dari seluruh populasi di dunia dapat mengalami reaksi anafilksis. Reaksi ini muncul karena disebabkan oleh beberapa alergen seperti gigitan serangga, debu, beberapa vaksin, obat dan beberapa makanan.
Anafilaksis bersifat akut dan terjadi sangat dalam waktu yang sangat cepat. Selain itu, reaksi alergi ini bersifat sistemik, mempengaruhi hampir seluruh sistem organ pada tubuh kita. Gejala yang tampak pada anafilaksis adalah kesulitan bernapas, nadi cepat, pembengkan pada mukosa, dan pada beberapa kasus dapat menimbulkan gejala syok dan menyebabkan sistem kardiovaskular tidak dapat berfungsi dengan baik (syok anafilaksis).
Syok anafilaksis inilah yang paling sering menyebabkan kematian pada kasus reaksi alergi.
Itulah beberapa fakta kedokteran yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Sebagian besar fakta kedokteran tersebut mungkin sudah kita ketahui dan semoga dapat menambah pemahaman kita seputar berbagai penyakit yang sering terjadi dan menyingkirkan mitos-mitos seputar kedokteran.
Sumber:
Snyderman NL. Medical Myths That Can Kill You. New York: Crown Publisher. 2015.