Setiap dari kita pasti pernah merasakan kesedihan yang mendalam atau meneteskan air mata. Boleh jadi tangisan dan kesedihan sesuatu yang kita alami karena kejadian pribadi atau karena ada pemicu dari luar.
Pada skala tertentu tetesan air mata dapat menjadi obat mujarab untuk meredakan stres dan kesedihan yang mendalam. Lebih dari pada itu, air mata mengandung zat kimia tertentu yang memiliki fungsi untuk mencegah serta membunuh kuman-kuman tertentu yang ada pada mata kita.
Lebih hebat lagi, penelitian yang dilakukan oleh ahli biokimia William Frey II (1985) menemukan bahwa air mata pedih (misalnya yang keluar karena kita mengupas bawang) mengandung 98 persen air. Sementara itu, air mata emosional (misalnya yang keluar karena kesedihan yang mendalam) mengandung banyak racun. Frey berkesimpulan bahwa air mata kesedihan itu dapat berfungsi membuang racun dari tubuh (untuk ibu-ibu, kupaslah bagian bawah bawang merah terakhir kali karena di bagian inilah terkandung sulfur yang dapat menguap dan dapat larut dalam lapisan basah mata [kornea] sehingga membentuk larutan encer asam sulfur yang membuat pedih mata. Senyawa lain yang membuat pedih mata adalah enzim sintase factor lacrimatoric).
Berapa diantara kita dapat lebih mudah untuk menangis. Akan tetapi, terdapat suatu hal yang spektakuler pada tangisan kita. Menangis yang dipicu oleh emosional akan mengaktivasi mekanisme neuroendokrin dan imunitas tubuh. Ishii et al. (2003) dari Nippon Medical School di Jepang menemukan bahwa penderita penyakit sendi reumatoid artritis (RA) yang menangis dan meneteskan air mata pada umumnya akan mendapatkan perbaikan klinis yang lebih baik dalam rentang satu tahun dibandingkan dengan penderita yang kurang atau tidak meneteskan air mata.
Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Ketika penderita RA meneteskan air mata, hormon stres kortisol dalam darah, protein kekebalan tubuh IL-6, CD4, CD8 dan sel kekebalan tubuh alamiah akan mengalami perubahan yang sangat bermakna.
Hasil penelitian ini tidak lantas menyuruh kita untuk menangis tersedu-sedu untuk menekan stres. Menangis dapat menekan pengaruh stres terhadap mekanisme neuroendokrin dan respon imunitas.
Demikian juga dengan perbedaan kadar mangan (Mn). Air mata emosional dan air mata kepedihan, ternyata sama-sama mengandung mangan, yang kadarnya 30 kali lipat daripada mangan yang terdapat dalam darah kita. Fakta ini memberikan sedikit bukti lainnya bahwa air mata dapat membuang racun. Yang perlu kita ingat adalah pengeluaran air mata secara spontan memiliki efek yang berbeda dengan yang dibuat-buat. Persis seperti perbedaan senyum dan tawa spontan dan yang dibuat-buat (baca disini untuk perbedaan tawa).
Penelitian lain mengemukakan bahwa terdapat perbedaan struktur kelenjar air mata pria dan wanita. Akan tetapi, masih belum dapat dipastikan apakah perbedaan struktur kelenjar air mata ini yang membedakan frekuensi menangis antara pria dan wanita. Dimana kita ketahui bahwa wanita cenderung memiliki frekuensi tangis yang lebih tinggi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Frey (1985) menemukan bahwa 94 persen wanita akan mengalami episode tangisan emosional dalam sebulan, sedangkan pria hanya 55%. Delapan puluh lima persen wanita yang menangis merasa lebih baik dan lega setelah menangis. Hal tersebut juga ditemukan pada 73 persen pria. Menariknya, lama tangisannya tidak berbeda, tapi cara menagisnya berbeda. Wanita menangis dengan mengeluarkan bunyi sementara pria menangis hanya tampak dari mata yang sedikit membengkak.
Fakta ilmiah lainnya yang patut diketahui tentang air mata dan mata adalah struktur bernama retina (struktur yang mengubah cahaya menjadi impuls saraf). Retina adalah satu-satunya bagian dari otak kita yang menjulur hingga keluar otak dari otak tengah dan berhubungan secara langsung. Fakta lain, tertawa dan menangis memiliki efek yang sama terhadap tubuh. Jadi, tidak usah heran apabila ada orang yang mengeluarkan air mata saat tertawa terbahak-bahak.
Sumber:
Pasiak T. Unlimited Potency of the Brain: Kenali dan Manfaatkan Sepenuhnya Potensi Otak Anda yang Tidak Terbatas. Bandung: Mizan; 2009