Cari Tahu Tingkat Stres Kita Selama Masa COVID-19

Cari Tahu Tingkat Stres Kita Selama Masa COVID-19

Terkena macet, terlambat menghadiri janji atau terlambat ke sekolah, atau baru saja patah hati merupakan beberapa kondisi yang dapat menyebabkan tubuh kita mengalami stres. Stres ini tidak sepenuhnya buruk. Begitu pula pada masa wabah COVID-19 ini. Ketakutan kita akan infeksi virus corona baru ini menyebabkan tubuh kita mengalami stres. Padahal stres telah terbukti dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh kita sehingga kita bisa saja lebih rentan terinfeksi COVID-19. Untuk itu kami menampilkan 10 pertanyaan sederhana yang dapat teman-teman jawab untuk menilai berapa besar tingkat stres teman-teman selama masa wabah COVID-19 ini.

Pikiran Negatif membuat Sedih
Pikiran Negatif membuat Sedih (Sumber: pixabay.com)

Stres pada dasarnya merupakan tanggapan tubuh atau biologis yang normal. Ketika tubuh mengalami stres maka organ di otak yang bernama Hipotalamus akan mengeluarkan pesan kepada organ lain di tubuh.

 

Pesan ini akan disampaikan oleh zat kimia yang disebut hormon. Hormon stres (adrenalin atau kortisol) akan memberikan efek tertentu agar tubuh dapat menanggapi stres yang muncul.

 

Tanggapan ini dapat berupa lawan atau kabur (fight or flight). Jantung akan berdetak lebih kencang, napas lebih cepat, dan otot tubuh siap untuk mendapatkan perintah.

 

Respons ini dirancang agar tubuh dapat bertindak dalam keadaan darurat. Misalnya ketika seseorang akan di kejar oleh anjing. Orang yang dikejar anjing ini dapat berlari lebih kencang dan lebih cepat.

 

Dampak stres sementara memang dapat membantu tubuh menjauh dari ancaman yang membahayakan. Namun, stres yang berlangsung terus menerus dapat membahayakan kesehatan.

 

Untuk itu ada baiknya melakukan pengukuran tingkat stres dengan menjawab 10 pertanyaan di bawah ini.

 

Pengukuran Tingkat Stres menggunakan PERCEIVED STRESS SCALE-10

Hitung Tingkat Stres
Hitung Tingkat Stres (Sumber: pixabay.com)

Pernyataan-pernyataan di bawah ini menanyakan tentang perasaan dan pikiran kita selama satu bulan terakhir.

 

PPS-10 menyediakan 5 pilihan jawaban, yaitu:

  • 0 = Tidak Pernah
  • 1 = Hampir Tidak Pernah (dialami sebanyak 1-2 kali dalam satu bulan belakangan)
  • 2 = Kadang-Kadang (dialami sebanyak 3-4 kali dalam satu bulan belakangan)
  • 3 = Hampir Sering (dialami sebanyak 5-6 kali dalam satu bulan belakangan)
  • 4 = Sangat Sering (dialami sebanyak >6 kali dalam satu bulan belakangan)

 

Di bawah ini kami telah membuat kuesioner tersebut yang dapat teman-teman gunakan untuk mengetahui tingkat stres teman-teman.

 

Selanjutnya, silakan teman-teman memilih salah satu pilihan jawaban yang menurut teman-teman paling mewakili kondisi teman-teman satu bulan belakangan. Pilihlah pernyataan yang paling mewakili perasaan dan pikiran teman-teman.

Skor yang muncul pada penilaian mandiri di atas tidak mencerminkan diagnosis atau tindakan pengobatan tertentu yang teman-teman butuhkan.

 

Kuesioner tersebut hanya dimaksudkan untuk menilai tingkat stres. Jika teman-teman memiliki kekhawatiran terhadap kondisi pikiran teman-teman saat ini maka teman-teman dapat menerapkan beberapa tips untuk menurunkan tingkat stres di bawah ini.

 

Tips Mengurangi Tingkat Stres

Tingkat Stres Berat
Tingkat Stres Berat (Sumber: pixabay.com)

Hal yang pertama harus kami tekankan adalah tidak ada satu tindakan tertentu efektif untuk mengurangi tingkat stres pada semua orang.

 

Salah satu kegiatan dapat mengurangi stres pada satu orang tapi tidak berhasil ketika dicoba oleh orang lain. Jadi, penting untuk mengetahui apa yang paling efektif mengurangi stres pada teman-teman.

 

Kami akan menampilkan beberapa tips untuk mengurangi tingkat stres dan silakan teman-teman kembangkan strategi menurunkan tingkat stres yang paling efektif menurut teman-teman.

 

Inilah tips mengurangi tingkat stres yang dapat teman-teman coba lakukan:

  • Membayangkan bahwa diri kita sedang liburan ke tempat yang paling ingin kira kunjungi
  • Melakukan meditasi
  • Berlatih untuk relaksasi otot progresif
  • Melakukan teknik pernapasan terfokus
  • Mendapatkan pelukan dari orang yang dicintai
  • Menghirup aroma terapi
  • Membuat seni rupa (melukis, merajut, membuat prakarya lainnya)

 

Kesimpulan

Kuesioner yang kami tunjukkan di atas tidak menggantikan saran medis dari dokter. Bila teman-teman merasakan tekanan beban stres yang terlalu berat selama masa wabah ini maka teman-teman dapat mencoba tips menghilangkan stres di atas.

 

Bila teman-teman merasa tips di atas tidak berhasil maka teman-teman membutuhkan konsultasi khusus dengan orang yang dapat membantu teman-teman merasa lebih baik di masa wabah COVID-19 ini.

 

Kami sangat senang menerima pertanyaan teman-teman terkait dengan stres di masa wabah ini.

 

Silakan ajukan pertanyaan teman-teman di kolom komentar dan kami akan mencoba untuk membantu mencarikan jawabannya.

 

Referensi

<strong>Klik di Sini</strong>
  1. Cohen, Sheldon, Tom Kamarck, and Robin Mermelstein. “A global measure of perceived stress.” Journal of health and social behavior (1983): 385-396.
  2. Jallo N, Ruiz RJ, Elswick RK, French E. Guided imagery for stress and symptom management in pregnant african american women.Evid Based Complement Alternat Med. 2014;2014:840923.  doi:10.1155/2014/840923
  3. Burke A, Lam CN, Stussman B, Yang H. Prevalence and patterns of use of mantra, mindfulness and spiritual meditation among adults in the United States.BMC Complement Altern Med. 2017;17(1):316.  doi:10.1186/s12906-017-1827-8
  4. Novais PG, Batista Kde M, Grazziano Eda S, Amorim MH. The effects of progressive muscular relaxation as a nursing procedure used for those who suffer from stress due to multiple sclerosis.Rev Lat Am Enfermagem. 2016;24:e2789.  doi:10.1590/1518-8345.1257.2789
  5. Russo MA, Santarelli DM, O’rourke D.The physiological effects of slow breathing in the healthy human. Breathe (Sheff). 2017;13(4):298-309.  doi:10.1183/20734735.009817
  6. Ma X, Yue ZQ, Gong ZQ, et al. The Effect of Diaphragmatic Breathing on Attention, Negative Affect and Stress in Healthy Adults.Front Psychol. 2017;8:874.  doi:10.3389/fpsyg.2017.00874
  7. Sharma A, Madaan V, Petty FD. Exercise for mental health.Prim Care Companion J Clin Psychiatry. 2006;8(2):106.

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Artikel Terkait