Diagnosis Adalah Kunci Pengobatan Penyakit

Diagnosis Adalah Kunci Pengobatan Penyakit

Bila merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, diagnosis adalah  penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya. Diagnosis dapat pula berarti pemeriksaan terhadap suatu hal.

diagnosis adalah

Dalam bidang kedokteran, diagnosis adalah upaya yang dilakukan oleh dokter dalam melakukan analisa keluhan subjektif dan temuan objektif pada pasien untuk menentukan penyakit pasien. Salah satu contoh diagnosis adalah kondisi tekanan darah rendah atau tekanand darah tinggi.

 

Pendekatan diagnosis adalah suatu hal yang terkadang sulit dilakukan. Karena banyaknya jenis penyakit tertentu yang memiliki gejala saling tumpang tindih.

 

Oleh karena hal ini, langkah pertama yang penting dilakukan oleh dokter adalah membuat daftar diagnosis banding dan daftar masalah dengan deskripsi terperinci.

 

Diagnosis adalah hal yang sangat penting. Tidak hanya untuk prognosis (ramalan/kemungkinan tentang peristiwa yang akan terjadi, khususnya yang berhubungan dengan penyakit atau penyembuhan setelah operasi) tapi juga untuk rencana pengobatan.

 

Diagnosis yang baik juga harus selalu ditinjau kembali. Penyakit sekunder, komplikasi, dan efek samping dapat menjadi diagnosis tambahan saat merawat pasien.

 

Seperti yang disebutkan di atas, diagnosis harus ditentukan berdasarkan diagnosis banding. Tujuan dari diagnosis banding adalah untuk menunjukkan penyakit apa yang dapat terjadi.

 

Dalam kebanyakan kasus, ada banyak kemungkinan dan faktor tambahan. Faktor tambahan ini termasuk:

  • Frekuensi penyakit
  • Usia pasien
  • Gejala sekunder

 

Seluruh komponen ini harus selalu diperhitungkan ketika melakukan diagnosis.

 

Artikel ini akan memberikan gambaran diagnosis banding berdasarkan kelompok penyakit.

 

 

Mengapa Diagnosis Adalah Kunci Pengobatan?

diagnosis adalah kunci

Ketika melakukan proses diagnosis, pada awalnya sangat tidak mungkin mengidentifikasi diagnosis yang sebenarnya hanya dari gambaran klinis.

 

Biasanya diagnosis dapat ditentukan setelah temuan yang relevan terkait suatu penyakit hadir (misalnya tanda spesifik atau pemeriksaan penunjang).

 

Diagnosis banding terkadang harus puas disusun dengan klasifikasi salah satu kelompok penyakit saja.

 

Dalam semua kasus penyakit yang tidak jelas, pertimbangan selalu disusun berdasarkan kelompok penyakit tersebut bukan diagnosis pasti penyakitnya.

 

Bila diagnosis pasti belum dapat ditentukan, rencana pengobatan hanya pada upaya untuk meredakan gejala penyakit yang dirasakan oleh pasien.

 

Target pengobatan tidak tepat saran. Berbeda bila diagnosis penyakit telah dapat ditegakkan.

 

Inilah yang menjadikan diagnosis adalah kunci dalam pengobatan penyakit.

 

Karena proses diagnosis merupakan hal yang terkadang tidak mudah. Mari mengenali beberapa deskripsi kelompok penyakit tertentu yang dapat digunakan untuk melakukan diagnosis banding.

 

 

Kelompok Penyakit Kondisi Degeneratif

 

penyakti degeneratif

Kelompok penyakit ini ditandai dengan perubahan irreversibel yang progresif lambat pada pembuluh darah dan jaringan ikat. Salah satunya adalah peristiwa arteriosklerosis, yang menyebabkan kerusakan pada organ (jantung, otak, ginjal) dan arteri perifer, dan arthrosis adalah gambaran klinis yang paling sering diamati dalam praktek medis saat ini, terutama pada orang tua.

 

 

Kelompok Penyakit Infeksi

penyakit sistem imun

Peradangan atau inflamasi secara klasik ditandai oleh:

  1. rubor (memerah),
  2. calor (panas),
  3. tumor (pembengkakan),
  4. dolor (nyeri), dan
  5. functio laesa (hilangnya fungsi).

 

Demam, pemeriksaan hitung darah, peningkatan protein C-reaktif, dan peningkatan laju endap darah sering dikaitkan dengan infeksi.

 

Namun, tidak adanya gejala-gejala ini tidak mengesampingkan kemungkinan infeksi (mis., Infeksi virus).

 

Selain itu, penyakit lain dapat dipertimbangkan dengan adanya 5 tanda inflamasi tersebut (misalnya Penyakit kolagen atau tumor).

 

 

Kelompok Penyakit Yang Dimediasi Oleh Sistem Imun

penyakit infeksi

Kolagenosis dan vaskulitis termasuk dalam kelompok penyakit ini (lupus eritematosus sistemik, dermatomiositis, sklerodermia, polymyositis, periarteritis nodosa, granulomatosis Wegener, alergi vaskulitis, dan lain-lain).

 

Penyakit-penyakit ini dapat dikenali secara klinis oleh keterlibatan simultan berbagai organ. Effloresensi (perubahan tidak normal) kulit dan arthropathi sering menjadi gejala klinis yang paling sering ditemui.

 

Pada saat yang sama perubahan pada fungsi ginjal, paru-paru, otot, dan jantung terkadang menjadi sangat jelas.

 

Kompleks imun, hasil dari antigen yang berbeda (misalnya Bakteri, virus, substansi tubuh seperti DNA, ribo-nukleoprotein, dan obat-obatan) memainkan peran penting, meskipun saat ini hanya sebagian yang dipahami.

 

Hasil uji laboratorium biasanya menunjukkan tingkat sedimentasi eritrosit meningkat, anemia, dan perubahan hematologi lainnya.

 

Secara praktis semua penyakit dari antibodi anti-nuklear semacam ini dapat ditemukan.

 

Beberapa penyakit di mana autoantibodi memainkan peran penting tercantum dalam Tabel berikut.

 

Contoh Penyakit Autoimun

Organ yang Terlibat Penyakit
Saluran Pencernaan ·       Pernicious anemia,

·       Celiac disease/sprue,

·       Colitis ulcerosa,

·       Crohn disease

Darah ·       Immune thrombopenia (ITP),

·       Thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP),

·       Autoimmune hemolytic anemia,

·       Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria,

·       Secondary cryoglobulinemia

Ginjal ·         Postinfectious glomerulonephritis,

·         IgA nephropathy,

·         Goodpasture syndrome,

·         Syndromes characterized by purpura, arthritis, nephropathy,

·         Periarteritis nodosa

Sistem Endokrin ·         Autoimmune thyroiditis (Hashimoto),

·         Basedow disease,

·         Addison disease,

·         Diabetes mellitus (type 1),

·         Idiopathic hypoparathyroidism,

·         Polyglandular deficiency syndrome (Schmidt syndrome),

·         Infertility caused by antibodies,

·         Premature ovarian failure

Sistem Saraf Pusat ·         Myasthenia gravis,

·         Mononeuritis multiplex,

·         Multiple sclerosis,

·         Guillain−Barré syndrome,

·         Amyotrophic lateral sclerosis,

Sendi, Otot, & Jaringan Ikat ·         Chronic polyarthritis,

·         Visceral lupus erythematosus,

·         Sjögren syndrome,

·         Scleroderma (including CREST),

·         Thromboangitis obliterans,

·         Bechterew disease,

·         Behçet disease,

·         Polymyalgia rheumatica,

·         Arteritis temporalis

Kulit ·         Cutaneous lupus erythematosus,

·         Chronic diskoid lupus erythematosus,

·         Alopecia areata,

·         Vitiligo,

·         Pemphigus vulgaris,

·         Dermatitis herpetiformis Duhring,

·         Schoenlein−Henoch purpura

Paru-paru ·         Wegener granulomatosis,

·         Churg−Strauss syndrome

Liver (Hati) ·         Autoimmune hepatitis,

·         Primary biliary cirrhosis,

·         Sclerosing cholangitis

 

 

Tumor

Diagnosis Sangkaan Tumor

 

Gejala dengan onset lambat hingga sangat lambat, kelelahan, penurunan berat badan, dan gejala umum menyebar di usia menengah dan lanjut adalah penyebab kecurigaan tumor.

 

Gejala lokal dapat tidak muncul untuk jangka waktu yang panjang.

Penting untuk mengetahui perbedaan frekuensi tumor menurut jenis kelamin seperti gambar di bawah ini.

 

Infografis kanker Indonesia tahun 2018 ini juga menunjukkan insiden dan prevalensi kanker di Indonesia.

Infografis Kanker Indonesia 2018
Infografis Kanker Indonesia 2018 (https://whitecoathunter.com)

 

Suhu tubuh bisa dalam kisaran subfebris.

 

Tingkat sedimentasi eritrosit dapat meningkat. Anemia dan jumlah trombosit yang meningkat juga dapat terjadi.

 

 

Penanda Tumor Sebagai Bantuan Diagnosis

Skrining untuk penanda tumor tidak sesuai karena sensitivitas dan spesifisitas rendah. Terkecuali untuk prostate-specific antigen (PSA) yang merupakan penanda tumor prostat.

 

Namun beberapa penanda digunakan untuk tindak lanjut setelah terapi dan untuk klasifikasi stadium kanker.

 

Beberapa penanda tumor tersebut antara lain:

  • α-fetoprotein: Hepatocellular carcinoma
  • α-fetoprotein: Ovarian tumors
  • β-HCG, LDH: Nonseminomatous testicular cancer
  • β-HCG, LDH: Testicular seminoma
  • β2-Microglobulin: Multiple myeloma
  • CA 15−3: Breast cancer
  • CA 19−9: Colon carcinoma
  • CA 125: Ovarian carcinoma
  • CEA: Colon and rectum carcinoma
  • CRP, LDH: Malignant lymphoma
  • PSA: Prostate cancer
  • SCC: Cervical, lung, and rectal carcinoma

 

Tumor yang terjadi dapat menyebabkan gambaran dan kondisi klinis tertentu. Sebuah subkelompok penting yang disebut sindrom paraneoplastik dibentuk oleh sindrom paraendokrin.

 

Tabel Berikut menunjukkan sindrom para neoplastik dan para endokrin

Manifestasi Klinis Jenis Tumor Yang Paling Umum
Sindrom Paraneoplastik Umum
Anemia Berbagai Jenis Tumor
Eosinofilia Limfoma maligna, Leukemia, Metastasis Tumor
Leukositosis Berbagai Jenis Tuor
Trombositosis Berbagai Jenis Tumor
Trombositopenia Hemangioma maligna, Penyakit limfoproliperatif
Hiperkoagulabilitas Bronkus, lambung, usus, pankreas, payudara, karsinoma uterus; limfoma ganas
Disseminated intravascular coagulation Metastasis karsinoma, leukemia, limfoma
Erythema nodosum limfoma, leukemia, karsinoma
Hiperpigmentasi Karsinoma saluran pencernaan, melanoma maligna
Urtikaria Limfoma maligna, polistemia vera mastositosis
Miopati Karsinoma Bronkus, Lambung, Ovarium
Neuropati Karsinoma bronkus, payudara, lambung
Ensefalomiopati Tumor paru, karsinoma ovarium, karsinoma endometrium, Penyakit Hodgkin
Paraproteinemia Limfoma maligna, leukemia kronis
Glomerulonefritis Limfoma maligna, leukemia, karsinoma
Trombotik endokarditis Adenokarsinoma (lambung, paru, pankreas)
Demam Sarkoma, hipernefroma, tumor saluran pencernaan, hepatoma, leukemia
Akropachy Tumor intratorakalis, karsinoma bronkus
Sindrom Paraendokrin
Sindrom Cushing Karsinoma bronkial sel kecil, tumor sel island pankreas, thymoma, karsinoma tiroid meduler, karsinoid
Hirutisme Ovarium, tumor adrenal (androgenik)
Pubertas praekok, Ginekomastia Heratoma hepatoselular, testis dan mediastinum, korio karsinoma, tumor paru
Hipoglikemia sarkoma besar, hepatoma, karsinoma gastrointestinal, karsinoid
Hiperkalemia metastasis tulang, multiple myeloma, limfoma ganas serta karsinoma bronkus (epitelioma), tumor di daerah otolaryngeal, karsinoma serviks
Hiperertireoidosis Choriocarcinoma, tumor paru-paru,
Poliglobulin Karsinoma ginjal, hemangioblastoma serebelum (erythropoietin)
Sindrom Schwartz−Bartter Bronkus, pankreas, karsinoma duodenum (ADH)

 

 

Jaringan tumor dari organ non-endokrin dapat menjadi aktif secara hormonal. Jenis produksi hormon ini biasanya tidak tunduk pada mekanisme kontrol fisiologis dan tidak hilang sampai tumor diangkat.

 

 

Faktor Predisposisi Tumor Ganas

Perbedaan antara lima kelompok utama faktor predisposi yang dapat dipertimbangkan sebagai etiologi tumor manusia dalam penegakan diagnosis adalah:

 

  1. Warisan langsung atau tidak langsung (sekitar 5% dari tumor):
  • Retinoblastomas, sel basal nevoid, endokrin multipel adenomatosis, poliposis kolon familial, kanker payudara
  • Neurofibromatosis, tuberous sclerosis, multipel eksostosis, albinisme, sindrom Fanconi, Sindrom Wiskott−Aldrich (pengembangan sekunder tumor)

 

  1. Faktor lingkungan (sekitar 60%)
  • Pola makan (tinggi lemak, rendah serat, nitrosamin, mikotoksin)
  • Konsumsi tembakau (bertanggung jawab terhadap 40% diagnosis karsinoma pada laki-laki termasuk karsinoma mulut, laring, dan paru)
  • Alkohol (karsinoma esofagus dan liver)
  • Profesi (faktor pencetus pada 5% kasus tumor)
  • Seks bebas: human papillomavirus, yang bisa menyebabkan karsinoma serviks pada wanita yang lebih muda, Tumor terkait HIV
  • Sinar ultraviolet (melanoma), radioisotop, radiasi
  • Obat (obat sitostatik, hormon)

 

 

  1. Virus:
  • Infeksi HIV (sarkoma kaposi, limfoma maligna)
  • Epstein−Barr virus (Burkitt lymphoma)
  • Hepatitis B dan C virus (hepatoma)

 

  1. Tidak diketahui penyebab tumor (sekitar 35%)

 

  1. Berbagai Kondisi Lainnya (langka):
  • -cholelithiasis, sirosis hati, penyakit Crohn, kolitis ulcerosa, anemia pernisiosa –
  • dermatomiositis
  • Struma nodosa, lupus vulgaris, penyakit Paget, akromegali

 

 

Penyakit-Penyakit Metabolik

Metabolisme patologis atau jumlah abnormal zat fisiologis dalam darah, urine, atau jaringan tubuh dapat diidentifikasi dengan berbagai jenis penyakit.

 

Misalnya, porfiria ditandai dengan porfirin, ochronosis yang disebabkan oleh asam homogentisic, penyakit asam urat yang disebabkan oleh asam urat, hyperlipoproteinemia yang dicirikan oleh kolesterol dan trigliserida.

 

Enzimopati terkait genetik

Hingga saat ini peran diagnosis adalah menemukan lebih dari 150 penyakit dengan gangguan enzimatik yang melibatkan cacat genetik (enzymopathy).

 

Kondisi ini juga disebut sebagai “kesalahan metabolisme bawaan”.

 

Mayoritas adalah penyakit bawaan resesif autosom. Sebuah gen mutan menghasilkan penurunan atau non-produksi protein enzimatik atau non-enzimatik.

 

Enzim yang dimaksud merupakan bagian integral dari langkah khusus metabolisme dalam biosintesis atau katabolisme.

 

Untuk beberapa hal, jalur metabolik diblokir dan jalur alternatif diperlukan, yang sering tidak dapat mencegah defisiensi metabolik karena kapasitas yang buruk. Karena efek ini, berbagai mekanisme dalam enzim dapat dideteksi:

  • Pada beberapa penyakit, jumlah zat-zat biologis penting yang tidak cukup diproduksi. Misalnya produksi melanin ditekan dalam albinisme karena tiadanya tirosinase, atau diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh kurangnya insulin.
  • Produk patologis yang terakumulasi karena kurangnya degradasi enzimatik diekskresi melalui ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal. Misalnya oxaluria, xanthinuria, dan cystinuria.
  • Metabolit abnormal terakumulasi. Misalnya penyakit penyimpanan glikogen, mucopolysaccharidosis, dan galaktosemia.
  • Melalui akumulasi produk antara, efek toksik berkembang. Misalnya alkaptonuria, dicirikan oleh asam homogentisic, atau galaktosemia, dicirikan oleh galaktosa-1-fosfat.
  • Steroid metabolik normal terakumulasi dalam sindrom adrenogenital karena defisiensi 17-hidroksilase.
  • Struktur kolagen yang salah menyebabkan kolagen normal menjadi tidak stabil seperti pada sindrom Ehlers−Danlos.

 

 

Diagnosis adalah Penting Untuk Mengetahui Disfungsi Sistem Endokrin

Gambaran klinis penyakit organ sekretori sering ditandai oleh sekresi disfungsional daripada oleh organ yang sakit itu sendiri. Hormon dan metabolitnya dapat ditentukan secara kuantitatif, yang pada gilirannya memberikan informasi penting tentang jenis penyakit (misalnya dalam kasus diabetes mellitus).

 

 

Gangguan Mental

Penilaian kondisi mental adalah salah satu upaya diagnostik. Melakukan tindakan diagnosis adalah penting pada kondisi ini.

 

Pengenalan sindrom psikopatologi khas sebagian memungkinkan dokter untuk mengidentifikasi penyakit fisik (misalnya, delirium tremens dan sindrom Korsakow ditemukan pada alkoholisme kronis yang menyertai pneumonia, atau setelah operasi).

 

Faktor ini tidak berlaku untuk psikosis endogen (skizofrenia, manic-depressive psychosis) atau untuk keluhan vegetatif.

 

Dalam kasus ini, seringkali bukan pasien yang mengeluh, tetapi perilaku intelektual atau afektifnya dicatat oleh orang lain.

 

Keluhan Vegetatif secara Fungsional

Ketika mendiagnosis keluhan-keluhan vegetatif “secara fungsional” (juga gangguan psikosomatis atau sindrom psychovegetative), penting untuk menyingkirkan penyakit somatik.

 

Umumnya, penyakit fungsional termasuk kelompok gangguan psikis terbesar, baik sebagai penyakit yang berdiri sendiri atau sebagai akibat dari penyakit lain.

 

Karakterisasi yang seragam dari pasien psikosomatis tidak mungkin. Namun, penyakit vegetatif fungsional sering muncul sebagai berikut:

  • Dengan perjalanan penyakit kronis
  • Dengan perubahan yang tidak teratur dari organ yang terkena
  • Dipicu oleh situasi stres.

 

Diagnosis banding dan diagnosis adalah penting pada kondisi ini. Klinisi biasanya membedakan antara berbagai sub-kelompok somatik dari sindrom psikovegetatif (misalnya gangguan pada daerah kepala, sistem kardiovaskular, pernapasan, dan saluran cerna).

 

Hampir tidak ada diagnosis yang lebih sulit daripada diagnosis gangguan fungsional.

 

Gangguan Psikosomatis

Asma bronkial, obesitas, dan anoreksia, serta serangan kecemasan yang sering dianggap sebagai gangguan psikosomatis. Gejala kompleks yang semakin umum, yang sulit dibedakan dari depresi, adalah sindrom kelelahan kronis.

 

Sindrom kelelahan kronis dapat didefinisikan sebagai:

  1. Kelelahan yang dievaluasi secara klinis, tidak dapat dijelaskan, persisten atau kambuh yang merupakan onset baru atau pasti, bukan hasil dari pengerahan yang sedang berlangsung, dan tidak berkurang dengan istirahat, dan menghasilkan pengurangan substansial dalam tingkat dari pekerjaan, pendidikan, sosial, atau kegiatan pribadi sebelumnya.
  2. Empat atau lebih dari gejala berikut yang bertahan atau kambuh selama enam atau lebih bulan berturut-turut sakit dan gejala tersebut tidak mendahului kelelahan:
    1. Penurunan yang dilaporkan sendiri dalam memori jangka pendek atau konsentrasi
    2. Sakit tenggorokan
    3. Nyeri serviks atau aksilaris
    4. Nyeri otot
    5. Nyeri beberapa sendi tanpa kemerahan atau bengkak
    6. Sakit kepala
    7. Tidur tidak nyenyak
    8. Malaise pasca-aktivitas berlangsung >24 jam

 

 

Psosis Eksogen

Gangguan mental pada kelompok “psikosis eksogen” adalah gejala yang menyertai penyakit somatik. Bleuler membedakan antara empat kelompok utama gangguan terkait somatik:

  1. Sindrom Psychoorganic (POS). Sebagai akibat dari kerusakan otak difus (arteriosclerosis, cedera otak, sindrom Korsakow), pasien yang diperiksa memiliki disfungsi dan disorientasi perhatian yang khas serta kurangnya konsentrasi. Selanjutnya, ketidakmampuan untuk berpikir, ketekunan, dan labilitas emosional adalah karakteristik utama kondisi ini.
  2. Psikosyndrome lokal. Meskipun otak secara lokal berpenyakit, gangguan memori atau gangguan kesadaran tidak biasanya terjadi, tetapi perubahan suasana hati yang tidak menentu diamati.
  3. Psikosyndrome endokrin. Gangguan mental dapat terjadi pada penyakit endokrin. Gambaran klinisnya sama dengan psikosyndrome lokal.
  4. Jenis reaksi eksogen akut. Pada penyakit akut, berat, umum, serta pada penyakit otak akut, gejala mental yang khas (seperti amentia tiba-tiba, disorientasi, pengucapan tidak jelas, gelisah, dan apatis, serta halusinasi dan ide delusional), dapat berkembang. Subkelompok khas dari tipe reaksi eksogen akut adalah delirium (halusinasi), dan keadaan senja, serta berbagai tingkat gangguan kesadaran (somnolen, sopor, koma). Seringkali sulit untuk membedakan antara jenis psikosis akut dengan reaksi eksogen dan gangguan neurotik atau skizofrenia.

 

 

Diagnosis Penyakit-Penyakit Herediter

Kromosom manusia terdiri dari 22 pasang kromosom autosomal dan 2 kromosom seks (laki-laki: XY, perempuan: XX), total 46 kromosom. Untuk diagnosis, kromosom dari sel manusia dianalisis secara individual menggunakan pewarnaan fluoresen (kariotipe).

 

 

Aberasi Struktural

Penyimpangan kromosom dapat diwariskan atau ditransmisikan (zat kimia mutagenik, sinar-X, radioaktivitas). Kelainan kromosom dapat dideteksi sebelum lahir dengan metode cytogenic.

 

 

Kromosom Anomali: Aberasi Numerik.

Trisomi (47 kromosom), gangguan kromosom yang paling umum, ditemukan kebanyakan dalam trisomi 21 (sindrom Down; terjadi pada 1: 650) dan pada trisomi kromosom seks, dengan harapan hidup lebih lama daripada sindrom Down.

 

Di antara kelainan kromosom seks yang paling umum adalah: sindrom Klinefelter (47, XXY; terjadi pada 1: 500) dan sindrom Triplo X yang biasanya tidak terlihat secara klinis yang mempengaruhi wanita (47, XXX; terjadi pada 1: 1000), dan sindrom Turner ( 45, X0; terjadi dalam 1: 10000), yang merupakan monosomi kromosom seks.

 

 

Genetika Mendelian Sederhana

Jenis hereditas ini dicapai dengan transmisi gen mutan tunggal.

 

Warisan dominan Autosomal. Gejala terjadi pada pembawa heterozigot, yang memiliki satu kromosom dengan gen mutan dan kromosom lainnya dengan gen normal.

 

Faktor risiko untuk progeni dari pasien dengan penyakit nyata adalah 50%.

 

Kelainan bawaan yang berat dan dominan pada sebagian besar kasus disebabkan oleh mutasi baru, dan menghilang dengan kematian pembawa sebelum memiliki keturunan.

 

Warisan autosomal resesif. Gejala hanya terjadi ketika pasien homozigot (i. E., Alel yang sama pada kedua kromosom homologinya).

 

Risiko pengulangan untuk saudara kandung lainnya dengan penyakit nyata adalah 25%, untuk pembawa sehat heterozigot 50%, dan untuk saudara kandung yang sehat 25%.

 

Warisan X-kromosom. X kromosom membawa gen mutan. Dalam kebanyakan kasus, wanita hanya vektor tanpa gejala (pembawa), tetapi 50% dari keturunan laki-laki mereka jatuh sakit.

 

 

Diagnosis Penyakit-Penyakit Alergi

Alergi ditandai oleh reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap zat (alergen), yang tidak mempengaruhi individu yang sehat.

 

Kita membedakan antara alergi humoral yang disebabkan oleh antibodi yang bersirkulasi (tipe I, II, III) dan alergi sel-mediated (tipe IV).

 

Alergi Tipe-I

Alergi Tipe-I yang disebut mewakili reaksi anafilaksis yang dramatis. Jenis alergi ini ditandai dengan terjadinya gejala dalam beberapa menit, atau jam, paparan alergen (inhalasi, per oral, per suntikan, perkutan). Selain pruritus, urtikaria, dan angioedema, dyspnea serta diare, kolik, dan gejala syok berat juga bisa terjadi.

 

Alergi Tipe-II

Dalam tipe-II, antibodi sirkulasi alergi dapat menyebabkan lisis sel (misalnya, anemia hemolitik alergik, reaksi transfusi).

 

Alergi Tipe III

Alergi tipe-III terdiri dari apa yang disebut penyakit kompleks imun. Antigen yang berbeda (obat, bakteri, virus, sel tumor, mungkin jaringan endogen) bersama dengan antibodi masing-masing membentuk kompleks imun yang beredar yang dapat mengendap dalam membran basal arteri dan glomeruli.

 

Biasanya, pasien ini menyajikan gambaran klinis yang relatif sama, yang biasanya ditandai oleh arthralgia, berbagai jenis perubahan kulit, dan glomerulonefritis. Gejala yang kurang sering adalah pleuritis, perikarditis, dan alveolitis alergika.

 

Contoh penyakit kompleks imun adalah: paru-paru Petani, glomerulonefritis pascainptokokus, glomerulonefritis yang berhubungan dengan endokarditis, dan berbagai jenis tumor, seperti kanker kolon, tumor bronkus, dan hipernephroma.

 

 

Alergi Tipe-IV

Dalam kaitannya dengan alergi tipe-IV, limfosit T peka dapat menyebabkan reaksi alergi, terutama pada kulit. Alergi ini diamati sebagai kontak eczemas dan exanthemas. Permulaan dari waktu kontak alergi hingga munculnya gejala bisa sampai 10 hari.

 

Anamnesis dalam Diagnosis adalah Penting

Anamnesis adalah tahap penting dalam proses diagnosis medis. Ini melibatkan pengumpulan informasi rinci tentang riwayat kesehatan pasien, termasuk gejala, riwayat penyakit, riwayat keluarga, riwayat pengobatan sebelumnya, dan faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Anamnesis yang tepat dan komprehensif memainkan peran kunci dalam membantu dokter dalam menetapkan diagnosis yang akurat dan merencanakan pengelolaan yang tepat.

 

Berikut adalah beberapa alasan mengapa anamnesis penting dalam proses diagnosis:

  1. Menyediakan Informasi Kontekstual: Anamnesis memberikan informasi kontekstual yang penting bagi dokter untuk memahami latar belakang kesehatan pasien. Ini mencakup faktor risiko yang mungkin dialami pasien, seperti riwayat penyakit tertentu dalam keluarga atau paparan terhadap zat-zat berbahaya. Informasi ini membantu dokter dalam mengevaluasi kemungkinan penyebab gejala dan mengarahkan diagnosis yang lebih tepat.
  2. Mengidentifikasi Pola dan Hubungan: Melalui anamnesis, dokter dapat mengidentifikasi pola gejala yang muncul, durasi gejala, dan hubungan dengan faktor-faktor tertentu. Ini membantu dalam mengklasifikasikan gejala, menentukan apakah ada pola khas yang berkaitan dengan suatu penyakit, dan memperkecil kemungkinan diagnosis yang mungkin.
  3. Membantu dalam Penyaringan dan Penyempitan Diagnosis: Anamnesis membantu dokter dalam melakukan penyaringan awal dan penyempitan diagnosis. Informasi yang dikumpulkan dapat mengarahkan dokter pada tes atau pemeriksaan lebih lanjut yang relevan dan membantu membatasi daftar kemungkinan penyebab gejala. Ini menghemat waktu dan sumber daya yang berharga.
  4. Mendeteksi Riwayat Penyakit Tersembunyi: Beberapa penyakit memiliki gejala yang tidak spesifik atau mungkin tersembunyi di balik gejala lain. Dalam kasus seperti itu, anamnesis yang komprehensif dapat membantu mengungkapkan riwayat penyakit tersembunyi atau masalah kesehatan lainnya yang mungkin mempengaruhi diagnosis dan pengelolaan pasien.
  5. Mendukung Keputusan Pengobatan: Anamnesis yang baik memungkinkan dokter untuk memilih pengobatan yang tepat. Dengan memahami riwayat kesehatan pasien, termasuk alergi obat, riwayat pengobatan sebelumnya, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pengobatan, dokter dapat merencanakan terapi yang paling efektif dan aman.

 

Anamnesis yang komprehensif adalah langkah penting dalam proses diagnosis medis. Ini membantu dokter memahami latar belakang kesehatan pasien, mengidentifikasi pola gejala, mempersempit diagnosis, dan memilih pengobatan yang tepat. Dengan memiliki informasi yang akurat dan komprehensif melalui anamnesis, dokter dapat memberikan perawatan yang lebih efektif dan meningkatkan kesempatan kesembuhan pasien.

 

Pemeriksaan Fisik untuk Diagnosis adalah Kunci

Pemeriksaan fisik adalah komponen kunci dalam proses diagnosis medis. Ini melibatkan penggunaan berbagai teknik dan alat untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien, termasuk pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik yang teliti dan komprehensif membantu dokter dalam mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala fisik yang mungkin mengindikasikan adanya penyakit atau gangguan tertentu.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa pemeriksaan fisik penting dalam proses diagnosis:

  1. Mendapatkan Informasi Tambahan: Pemeriksaan fisik memberikan informasi tambahan yang tidak dapat diperoleh melalui anamnesis atau riwayat medis pasien. Misalnya, dengan mendengarkan suara jantung dan paru-paru menggunakan stetoskop, dokter dapat mendeteksi adanya suara yang tidak normal yang dapat mengindikasikan masalah jantung atau paru-paru.
  2. Mengkonfirmasi atau Membantah Diagnosis yang Dicurigai: Pemeriksaan fisik dapat membantu mengkonfirmasi atau membantah diagnosis yang dicurigai berdasarkan anamnesis dan gejala pasien. Misalnya, pemeriksaan fisik yang menyeluruh pada abdomen dapat membantu dokter mengidentifikasi adanya pembesaran organ atau peradangan yang dapat mengindikasikan penyakit tertentu.
  3. Mendukung Keputusan Tes dan Pemeriksaan Tambahan: Pemeriksaan fisik membantu dokter dalam mengarahkan keputusan pengujian dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan. Berdasarkan temuan pemeriksaan fisik, dokter dapat memutuskan tes laboratorium, pencitraan medis, atau prosedur diagnostik lainnya yang relevan untuk mengonfirmasi atau memperjelas diagnosis.
  4. Menentukan Tingkat Keparahan: Melalui pemeriksaan fisik, dokter dapat menentukan tingkat keparahan penyakit atau gangguan. Misalnya, dengan mengukur tekanan darah atau mengamati tingkat kesulitan pernapasan, dokter dapat mengevaluasi tingkat keparahan hipertensi atau gangguan pernapasan.
  5. Memantau Respons terhadap Pengobatan: Pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk memantau respons pasien terhadap pengobatan. Dengan melakukan pemeriksaan fisik secara berkala, dokter dapat melihat perubahan dalam kondisi fisik pasien dan menilai efektivitas pengobatan yang sedang diberikan.

 

Pemeriksaan fisik merupakan aspek penting dalam proses diagnosis medis. Ini memberikan informasi tambahan, mengkonfirmasi atau membantah diagnosis yang dicurigai, mendukung keputusan pengujian dan pemeriksaan tambahan, menentukan tingkat keparahan, dan memantau respons terhadap pengobatan. Dengan melakukan pemeriksaan fisik yang cermat, dokter dapat meningkatkan akurasi diagnosis dan mengarahkan pengelolaan yang tepat bagi pasien.

 

Diagnosis adalah Peran Penuh Dokter Penanggung Jawab Pasien

Diagnosis Adalah Keputusan Penuh DPJP
Diagnosis Adalah Keputusan Penuh DPJP

Diagnosis merupakan proses identifikasi penyakit atau kondisi medis yang mendasari gejala yang dialami oleh seorang pasien. Biasanya, diagnosis dilakukan oleh dokter atau tenaga medis yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam bidang kedokteran.

 

Keputusan diagnosis adalah hasil dari evaluasi yang cermat terhadap gejala, riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan hasil tes diagnostik yang relevan. Tujuan dari diagnosis adalah untuk memahami kondisi kesehatan pasien dan merumuskan rencana pengobatan atau tindakan yang tepat.

 

Dalam praktek medis, dokter penanggung jawab pasien memiliki peran sentral dalam proses diagnosis. Mereka bertanggung jawab untuk memeriksa pasien secara menyeluruh, mendengarkan keluhan pasien, mengumpulkan informasi medis yang relevan, melakukan pemeriksaan fisik, dan memerintahkan tes diagnostik yang diperlukan. Berdasarkan semua informasi yang dikumpulkan, dokter akan membuat diagnosis yang didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman mereka.

 

Keputusan diagnosis yang dibuat oleh dokter harus didasarkan pada bukti-bukti yang kuat dan informasi medis yang tersedia. Dokter harus menerapkan penalaran klinis yang baik dan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk gejala pasien, temuan pemeriksaan fisik, hasil tes laboratorium atau pencitraan, serta panduan klinis yang ada. Mereka juga harus memperhatikan kemungkinan penyebab lain yang mungkin mirip dengan gejala yang dialami pasien.

 

Diagnosis yang akurat dan tepat sangat penting untuk mengarahkan tindakan medis yang sesuai. Hal ini membantu dokter dalam menyusun rencana pengobatan yang tepat dan memberikan perawatan yang optimal kepada pasien. Diagnosis yang tepat juga dapat meminimalkan risiko kesalahan pengobatan atau penundaan dalam penanganan kondisi medis yang serius.

 

Namun, penting untuk diingat bahwa diagnosis adalah proses yang kompleks dan dapat melibatkan ketidakpastian. Beberapa kondisi medis dapat memiliki gejala yang mirip atau tersembunyi, yang membuat diagnosis menjadi lebih sulit. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin perlu melibatkan spesialis lain, menggunakan pendekatan berbasis tim, atau meminta pendapat dari kolega mereka untuk mencapai diagnosis yang lebih akurat.

 

Penting bagi pasien untuk berkomunikasi dengan dokter mereka secara terbuka, memberikan informasi yang akurat tentang gejala yang dialami, riwayat medis, serta mengikuti instruksi dan tes yang diperlukan. Kerjasama antara dokter dan pasien adalah kunci dalam mencapai diagnosis yang tepat dan pengobatan yang efektif.

 

Kesimpulan

Daftar di atas merupakan daftar penyakit-penyakit berdasarkan subkelompok sistemnya.

 

Pengelompokan ini membuat dokter lebih mudah dalam penegakan diagnosis.

 

Hal ini juga yang membuat tindakan diagnosis adalah kunci pengobatan penyakit.

 

Selain itu, kami juga menjelaskan mengapa anamnesis dalam diagnosis adalah penting dan bagaimana pemeriksaan fisik untuk diagnosis adalah kunci.

 

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar diagnosis adalah kunci pengobatan silakan tuliskan di kolom komentar.

 

<strong>Referensi</strong>
  1. Bowen SL. Educational strategies to promote clinical diagnostic reasoning. N Engl J Med 2006;355:2217−2225.
  2. De Vita VT Jr, Hellmann S, Rosenberg SA. Cancer – Principles and Practice of Oncology. 5th ed. Philadelphia: Lippincott 1997.
  3. Kassirer JP. Teaching problem solving-how are we doing? N Engl J Med 1995; 332: 1507.
  4. Fitzgerald FT. Chapter 1. History and Physical Examination: Art and Science. In: Henderson MC, Tierney LM, Jr., Smetana GW. eds. The Patient History: An Evidence-Based Approach to Differential Diagnosis New York, NY: McGraw-Hill; 2012. http://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?bookid=500&sectionid=41026543.
  5. Diagnostic Process. In: Stern SC, Cifu AS, Altkorn D. eds. Symptom to Diagnosis: An Evidence-Based Guide, 3e New York, NY: McGraw-Hill; 2014. http://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?bookid=1088&sectionid=61696411.

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Artikel Terkait