Dampak Berita COVID-19 terhadap Kesehatan Mental

Pemerintah sore tadi (24/05/2020) telah mengumumkan perubahan data kasus COVID-19. Walau dalam suasana Hari Raya Idul Fitri pemerintah tetap mengumumkan penambahan kasus positif baru 526 kasus. Total kasus yang terjadi di Indonesia sebanyak 22.271 pasien positif virus corona dengan total pasien yang sembuh tercatat 5.402 orang serta 1.372 kematian. Kita sadari atau tidak konsumsi berita setiap hari berdampak terhadap pikiran, perilaku, dan emosi kita. Akhir-akhir ini, kita pasti mendengarkan berita COVID-19 secara teratur. Terutama tentang berapa banyak kasus positif baru, sehat, dan meninggal seperti yang kami sebutkan di atas. Akan tetapi, sadarkah kita bahwa membaca atau menerima berita tertentu secara berlebihan berdampak buruk terhadap kesehatan fisik, emosional, dan mental kita?

wabah global corona
wabah global corona (sumber: pixabay.com)

Segala yang berlebihan memang tidak baik. Tujuan mendapatkan atau menerima informasi terkait berita covid-19 adalah agar memahami situasi yang berkembang bukan malah terbebani oleh informasi tersebut.

 

Lagi pula, ketika berita covid-19 yang baik muncul maka berita itu akan cepat tersebar dan kita akan mengetahuinya.

 

Kami berusaha mengumpulkan berbagai informasi untuk menjelaskan bagaimana berita covid-19 yang terus menerus dapat meningkatkan gejala stres, kecemasan dan depresi.

 

Pada bagian akhir artikel ini kami juga memberikan cara yang paling efektif untuk tetap tahu perkembangan berita covid-19 tetapi tidak membebani kesehatan mental dan pikiran kita.

 

Mengapa Menonton atau Membaca Berita Covid-19 Berdampak terhadap Kesehatan Mental?

Fakta Berita Covid-19
Fakta Berita Covid-19 (Sumber: Foto oleh cottonbro dari Pexels)

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyatakan bahwa wabah Covid-19 terbukti meningkatkan beban stres bagi sebagian besar orang.

 

CDC berpendapat bahwa selama wabah penyakit menular stres mengakibatkan:

  • Perubahan pola tidur
  • Perubahan pola makan
  • Penurunan kesehatan mental
  • Ketakutan atau kekhawatiran tentang kesehatan kita dan keluarga
  • Gangguan tidur
  • Kesulitan berkonsentrasi

 

Sayangnya, aliran berita covid-19 yang demikian besar setiap hari, jam, bahkan menit menambah beban stres bagi kita yang sedang menjalani pembatasan sosial dan fisik.

 

Sering kali judul berita tertentu mendapatkan perhatian lebih. Judul “click bait” dengan berbagai kata persuasif menarik perhatian kita untuk membacanya.

 

Dr. Logan Jones, seorang psikolog berkebangsaan Amerika Serika menyatakan bahwa pada kondisi bencana jarang sekali media mengangkat berita positif. Sebagian besar berita mengungkapkan dampak bencana.

 

Kondisi yang disampaikan oleh Dr. Logan persis yang kita alami saat ini. Dimana, berita covid-19 didominasi oleh pelaporan jumlah kasus. Jarang sekali ada berita positif.

 

Terlalu banyak mengonsumsi berita terkait dengan dampak bencana baik secara aktif atau pasif berdampak buruk bagi kesehatan mental kita.

 

Membaca atau mendengar berita negatif tentang COVID-19 dapat mengaktifkan sistem saraf simpatik. Sistem saraf ini menyebabkan tubuh kita melepaskan hormon stres (kortisol dan adrenalin).

 

Peningkatan kadar kortisol dan adrenalin berdampak terhadap tubuh kita dalam merespons stres. Beberapa gejala respons stres yang paling sering kita alami selama masa wabah ini antara lain:

  • Kelelahan
  • Kecemasan
  • Depresi
  • Gangguan tidur

 

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dampak emosi dan efek negatif kesehatan mental dominan ditemukan pada orang yang menonton berita negatif dibandingkan dengan orang yang menonton berita positif atau netral.

 

Penelitian yang sama juga menyebutkan terdapat peningkatan suasana cemas dan kesedihan pada orang yang menonton berita negatif terkait bencana setelah 14 menit menonton.

 

Selain kecemasan dan kesedihan, peneliti juga menemukan bahwa perasaan khawatir muncul dengan melibatkan mood negatif setelah menonton berita.

 

Hal yang sama juga akan terjadi bila kita terlalu banyak menonton atau membaca berita covid-19.

 

Lalu, apa yang dapat kita lakukan agar kita tetap mendapatkan informasi terkini seputar wabah tapi tidak menurunkan kesehatan mental kita?

 

Tips Manajemen Berita Covid-19

Ilustrasi Manajemen Berita
Ilustrasi Manajemen Berita (Sumber: Foto oleh Markus Winkler dari Pexels)

Salah satu kunci agar kita tetap sehat adalah keseimbangan. Keseimbangan ini dapat kita capai dengan melakukan pengaturan atau moderasi.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan bahwa mencari informasi berita tentang covid-19 hanya sekedar untuk informasi agar kita dapat mengambil langkah lanjutan terkait wabah.

 

Setelah kita mendapatkan cukup informasi tersebut segera matikan televisi dan jangan lagi mencari berita tentang wabah ini.

 

CDC juga merekomendasikan untuk beristirahat untuk tidak menonton, mendengar, atau membaca berita terutama berita yang membuat kita merasa kecewa. Hal ini dapat membantu meringankan beban mental dan emosional.

 

Kami telah mengumpulkan berbagai kita untuk mengelola berita selama masa pandemi.

 

Lakukan Pembatasan Waktu Setiap Hari

Ilustrasi Batasi Waktu Membaca Berita
Ilustrasi Batasi Waktu Membaca Berita (Sumber: Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels)

Membiarkan televisi kita tetap menyiarkan berita tentang covid-19 sepanjang hari merupakan ide yang buruk. Hal ini tentu berdampak buruk terhadap kesehatan mental. Pakar kesehatan mental merekomendasikan batasi paparan kita terhadap berita Covid-19 sekitar 30 menit setiap hari.

 

Kami melakukan hal ini dengan hanya membaca, mendengar, menonton berita Covid-19 pada sore hari. Tidak lebih dari 30 menit. Sekedar untuk tahu update perkembangan terkait kasus dan peraturan pemerintah yang baru.

 

Menilai Perasaan Kita sebelum Mendapatkan Berita Covid-19

Ilustrasi perasaan
Ilustrasi perasaan

Setelah kita berkomitmen membatasi jumlah berita yang kita tonton maka langkah selanjutnya adalah mengukur perasaan kita sebelum dan sesudah menonton untuk memahami bagaimana berita tersebut memengaruhi kita.

 

Kita dapat melakukan penilaian dengan cepat. Caranya: tanyakan pada diri sendiri pertanyaan berikut: “Apakah kita merasa mendapat informasi yang kita perlukan, tenang, panik, marah, dan/atau pesimis?”

 

Jika jawaban dari pertanyaan ini adalah tidak atau kita menjadi pesimis maka kita harus kembali mempertimbangkan berapa banyak berita yang kita konsumsi.

 

Kita juga harus mempertimbangkan sumber berita dan niatkan untuk mengurangi konsumsi berita kita.

 

Dapatkan Berita Covid-19 dari Sumber yang Terpercaya

Ilustrasi Berita Covid-19 Terpercaya
Ilustrasi Berita Covid-19 Terpercaya (Sumber: Foto oleh cottonbro dari Pexels)

Salah satu cara mendapatkan berita yang sehat adalah dengan menerima berita dari sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Jangan percaya dengan semua yang kita baca di sosial media atau dari pesan broadcast di grup-grup Whatsapp.

 

Bila mendapatkan suatu informasi terkait covid-19 periksa kembali apakah terdapat sumber lain yang mengabarkan berita sama dengan informasi yang kita dapat.

 

Batasi Paparan terhadap Penyebab Stres Lainnya

Tingkat Stres Berat
Tingkat Stres Berat (Sumber: pixabay.com)

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah membatasi pemaparan kita kepada orang-orang tertentu saat ini. Jika kita memiliki anggota keluarga yang terus-menerus memposting tautan ke artikel yang dipertanyakan dari sumber yang tidak diketahui, silakan dan berhenti mengikuti mereka untuk saat ini.

 

Jika seorang teman atau rekan kerja berkeras untuk memiliki informasi terkini seputar wabah namun dapat meningkatkan kecemasan kita, maka pertimbangkan untuk menempatkan beberapa batasan pada mereka. Kita juga dapat meminta keluarga atau teman terdekat kita untuk mengubah topik pembahasan yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan topik wabah Covid-19.

 

Lakukan Sesuatu Hal yang Menyehatkan Setelah Menerima Berita Covid-19

bagikan berita baik
bagikan berita baik (Sumber: pexels.com)

Bagi kebanyakan dari kita, mengkonsumsi beberapa bentuk berita setiap hari adalah penting. Untuk membantu memerangi perasaan takut, cemas, dan khawatir yang sering menyertai berita negatif, pakar menyarankan untuk melakukan sesuatu yang positif atau sehat segera setelahnya.

 

Tindakan seperti seperti berjalan santai mengelilingi sekitar rumah, menelepon teman, atau mengerjakan hobi dapat membantu menghilangkan kecemasan.

 

Kesimpulan

Melakukan langkah-langkah sederhana untuk mengurangi tingkat stres selama masa pandemi sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental kita.

Menonton, mendengar, atau membaca berita akan memberikan kita informasi penting terkait apa langkah selanjutnya terhadap pandemi. Tetapi, menerima informasi yang terlalu banyak dapat mengganggu kesehatan mental kita.

 

Bila kita mulai merasakan gejala cemas, khawatir, dan takut yang berlebihan maka sebaiknya kita membatasi paparan kita terhadap informasi seputar covid-19.

 

Segera hubungi dokter apabila kita tidak dapat mengatasi kondisi khawatir dan ketakutan kita.

 

Tetap semangat dan semoga wabah ini segera berakhir.

 

Referensi

[su_spoiler title=”Klik di Sini”]

  1. Johnston WM, Davey GC. The psychological impact of negative TV news bulletins: the catastrophizing of personal worries.Br J Psychol. 1997;88 ( Pt 1):85-91. doi:10.1111/j.2044-8295.1997.tb02622.x
  2. Centers for Disease Control and Prevention. Stress and Coping. 2020
  3. World Health Organization. Mental health and psychosocial considerations during the COVID-19 outbreak. 

[/su_spoiler]

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Anda Juga Mungkin Suka
Mengapa Supir Identik untuk Melarikan Diri Setelah Kecelakaan

Mengapa Supir Identik untuk Melarikan Diri Setelah Kecelakaan

Microsleep: Bahaya Tersembunyi bagi Pengemudi Mobil

Microsleep: Bahaya Tersembunyi bagi Pengemudi Mobil

Jantung Bengkak Apakah Bisa Sembuh

Jantung Bengkak Apakah Bisa Sembuh

Makanan Sehat yang Ternyata Berbahaya Jika Berlebihan

Makanan Sehat yang Ternyata Berbahaya Jika Berlebihan

Makanan Tinggi Serat Yang Harus Dimakan

Makanan Tinggi Serat Yang Harus Dimakan

Diabetes Bisa Sembuh – Benarkah?

Diabetes Bisa Sembuh – Benarkah?