COVID-19, Jangan Percaya Informasi Mitos Ini!

Dua hari terakhir menjadi hari-hari yang cukup menegangkan di Indonesia. Pemerintah Indonesia secara resmi telah menyampaikan bahwa terdapat 4 orang yang positif COVID-19 dari 405 sampel yang telah diperiksa.

wabah global corona
wabah global corona (sumber: pixabay.com)

Pengumuman awal ini membuat kepanikan di sejumlah kota besar terutama kota Depok yang menjadi asal 2 pasien pertama yang positif virus corona.

 

Kita wajib waspada terkait dengan wabah ini, tapi tidak boleh menjadi takut, cemas, apalagi panik.

 

Kondisi ketakutan, kecemasan, dan kepanikan ini malah dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk menyebarkan mitos-mitos tertentu seputar virus corona.

 

Untuk itu kami menyusun artikel ini agar teman-teman semua terhindar dari mitos atau menjadi orang yang menyebarkan mitos tentang COVID-19 ini.

 

Kita akan berusaha memisahkan informasi fakta dan informasi fiksi atau bahkan hoaks terkait dengan infeksi virus corona ini.

 

Kami telah berusaha mengumpulkan informasi dari sumber ilmiah yang terpercaya terkait dengan mitos paling umum seputar virus corona.

 

Namun, sebelum kami membahas lebih panjang tentang mitos tersebut ada baiknya teman-teman membaca artikel lengkap kami seputar virus corona melalui link di bawah ini:

Virus Corona: Jenis, Gejala, & Pengobatan

 

Teman-teman juga dapat melihat dan mendengarkan penjelasan kami terkait virus corona melalui video berikut ini:

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=X63uRlvXKRU[/embedyt]

 

Lalu, haruskah kita khawatir berlebihan terhadap kondisi yang menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini sebagai kondisi darurat kesehatan masyarakat global?

 

Campur aduknya informasi yang teman-teman terima dapat menambah kekhawatiran teman-teman semua.

 

Untuk itu, mari kita masukkan informasi-informasi ini ke dalam tempat sampah

 

Mitos COVID-19 Pertama

“Virus Corona merupakan virus yang paling berbahaya dan mematikan.”

Ilustrasi COVID-19
Ilustrasi COVID-19 (sumber: pixabay.com)

Sayangnya, pernyataan di atas tidak berdasar. Banyak virus lain yang memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dari virus corona.

 

Bahkan kondisi flu atau influenza di Amerika Serikat lebih bahaya dibandingkan dengan virus corona.

 

Meskipun, sebagian dari flu atau influenza tersebut juga disebabkan virus dari famili virus corona.

 

Menurut CDC, musim flu pada bulan Oktober 2019 hingga Februari 2020 saja telah menyebabkan 26 juta hingga 36 juta penduduk Amerika Serikat terkena flu. Seperempat dari jumlah tersebut harus mendapatkan perawatan di rumah sakit karena flu.

 

Sebanyak 36.000 orang meninggal karena komplikasi kondisi influenza pada periode tersebut.

 

Demikian pula virus ebola, memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan virus corona

 

Virus corona hingga kami menuliskan artikel ini hanya memiliki tingkat kematian sebesar 1,9% berdasarkan laporan situasi terkini dari WHO yang dapat teman-teman unduh melalui link berikut:

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report – 46

 

Tingkat kematian karena kondisi influenza atau flu memang lebih rendah dibandingkan dengan COVID-19 yaitu 0,1%.

 

Sedangkan infeksi virus korona memiliki tingkat kematian yang belum jelas sebab wabah masih berlangsung. Perkiraan tingkat kematian berkisar dari 0,7 hingga 4% di seluruh negara yang terkena dampak.

 

Menurut, WHO dan CDC, mayoritas orang yang terinfeksi virus corona (80% pasien) hanya mengalami gejala ringan.

 

Mitos Virus Corona Kedua

“Infeksi virus corona berasal dari konsumsi sup kelelawar.”

Ilustrasi Virus Corona
Ilustrasi Virus Corona (sumber: pixabay.com)

Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung rumor ini. Meskipun, hingga kini teman-teman dapat menemukan artikel dengan foto sup kelelawar dimana-mana.

 

Memang benar virus corona dapat ditemukan pada kelelawar dan beberapa hewan lainnya. Namun, bukti bahwa benar sup kelelawar menjadi penyebab penularan virus corona ke manusia tidak tersedia hingga kini.

 

Virus corona pertama dianggap menyebar dari pasar penjualan makanan laut dan daging di Wuhan. Namun, bukti bahwa virus ini ada dalam semangkuk sup tidak dapat dianggap sebagai suatu kebenaran.

 

Mitos COVID-19 Ketiga

“Menggunakan masker dapat melindungi diri kita dari virus corona.”

Ilustrasi Penggunaan Masker
Ilustrasi Penggunaan Masker (sumber: pixabay.com)

Beberapa jenis masker tertentu (misalnya masker N95) memang dapat melindungi petugas kesehatan dari risiko terinfeksi pasien yang sedang mengalami infeksi.

 

Namun, jenis masker yang paling banyak digunakan saat ini meskipun sudah sulit untuk kita temukan adalah jenis masker bedah.

 

Jenis masker ini hanya memiliki potensi kecil untuk melindungi diri kita terhindar dari virus.

 

Masker yang digunakan ini hanya dapat melindungi kita dari tetesan besar, semprotan, dan percikan. Tapi, karena pori-porinya yang masih dapat dilewati oleh droplets (tetesan kecil) maka potensi terinfeksi ketika menggunakan masker masih ada.

 

Otoritas kesehatan termasuk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia hanya menyarankan penggunaan masker untuk orang yang sedang sakit agar tidak menularkan sakitnya ke orang lain.

 

Bagi orang sehat seperti kita, kita dapat melidungi diri kita dengan beberapa langkah sederhana pola hidup bersih yang sehat seperti:

  • Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
  • Menghindari menyentuh wajah, mata, hidung dan mulut jika belum mencuci tangan
  • Beraktivitas fisik minimal 30 menit sehari
  • Mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur

 

Mitos Virus Corona Keempat

“Ada obat atau herbal yang dapat menyembuhkan infeksi virus corona.”

Ilustrasi Pengobatan COVID-19
Ilustrasi Pengobatan COVID-19 (sumber: pixabay.com)

Seluruh jenis virus termasuk virus korona tidak dapat diobati dengan mengonsumsi antibiotik.

 

Antibiotik hanya diberikan pada kondisi tubuh kita terinfeksi bakteri. Untuk infeksi karena virus terdapat obat golongan anti viral.

 

Namun, untuk COVID-19, obat golongan anti viral ini belum terbukti efektif. Pengobatan dan perawatan yang diberikan pada penderita infeksi virus corona saat ini adalah pengobatan suportif.

 

Pengobatan suportif ini merupakan pengobatan yang diberikan agar fungsi tubuh dapat bekerja lebih baik meskipun sedang dilanda sakit.

 

Bila saat ini teman-teman mengalami sakit dengan gejala flu maka sebaiknya teman-teman minum lebih banyak, beristirahat, dan tidak keluar rumah.

 

Bila sakit memberat atau teman-teman memiliki riwayat perjalanan ke negara yang telah memiliki penderita maka sebaiknya teman-teman memeriksakan diri ke pusat layanan kesehatan terdekat.

 

Mitos COVID-19 Kelima

“Menyemprotkan alkohol ke tubuh dapat mencegah diri kita tertular virus corona.”

 

Beberapa orang mempercayai bahwa menyemprotkan alkohol ke tubuh dapat melindungi diri dari virus corona.

 

Tapi, pernyataan ini sangat tidak benar. Virus corona masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir atau mukosa pada mulut, lubang hidung, dan mata.

 

Menyemprotkan alkohol atau zat disinfektan lainnya tidak akan mencagah infeksi terjadi.

 

Zat-zat ini (misalnya alkohol) efektif untuk menghilangkan virus dari lingkungan kita. Tapi, tidak untuk melindungi tubuh dari infeksi virus ini.

 

Mitos Virus Corona Keenam

“Memesan atau membeli produk dari negara tiongkok dapat membuat Anda tertular virus corona.”

Tidak Menyebar Melalui Paket Luar Negeri
Tidak Menyebar Melalui Paket Luar Negeri (sumber: pixabay.com)

Peneliti sedang mempelajari lebih lanjut terkait penularan virus corona yang masif dan bagaimana virus COVID-19 ini dapat menginfeksi manusia dari orang yang telah terinfeksi sebelumnya.

 

Namun, berdasarkan data yang telah dimiliki virus ini tidak dapat bertahan lama di luar tubuh kita.

 

Sehingga kemungkinan teman-teman tertular dari produk atau barang yang teman beli dari luar negeri adalah sangat tidak mungkin. Barang-barang dari luar negeri ini telah mengalami transit selama berhari hari sebelum sampai ke tangan teman-teman.

 

Mitos COVID-19 Ketujuh

“Anda tidak boleh bepergian sama sekali keluar kota selama wabah ini muncul.”

 

CDC dari Amerika Serikat sendiri telah mengeluarkan pedoman untuk bepergian ke luar negeri. Termasuk ke negara-negara dengan tingkat infeksi virus corona terbesar.

 

Namun, WHO menyarankan banyak negara untuk membuat pelarangan bepergian ke negara yang mengalami wabah ini.

 

Sangat disarankan bagi teman-teman yang ingin bepergian ke luar kota atau ke luar negeri untuk menunda keberangkatan terutama ke daerah yang terkena dampak wabah atau pun menunda bepergian karena sedang sakit.

 

Penting untuk tetap waspada terhadap kebersihan. Tutup mulut ketika batuk atau bersin dan cuci tangan sesering mungkin untuk mencegah penyebaran infeksi ke orang lain.

 

Namun, tidak ada alasan untuk membatalkan rencana perjalanan saat ini bila teman-teman sangat sehat, tergantung pada tingkat kenyamanan Anda dengan kemungkinan risiko, kesehatan pribadi Anda, dan bagian dari dunia yang Anda kunjungi.

 

Penutup

Inilah 7 mitos seputar COVID-19 yang dapat kami kumpulkan. Semoga teman-teman selalu mendapatkan dan membagikan informasi yang tepat terkait dengan kondisi infeksi virus korona ini.

 

Dan semoga wabah ini cepat berlalu.

 

Semoga bermanfaat.

 

Referensi

[su_spoiler title=”Klik di Sini“]

  1. https://infeksiemerging.kemkes.go.id
  2. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019
  3. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/index.html

[/su_spoiler]

Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Anda Juga Mungkin Suka
Mengapa Supir Identik untuk Melarikan Diri Setelah Kecelakaan

Mengapa Supir Identik untuk Melarikan Diri Setelah Kecelakaan

Microsleep: Bahaya Tersembunyi bagi Pengemudi Mobil

Microsleep: Bahaya Tersembunyi bagi Pengemudi Mobil

Jantung Bengkak Apakah Bisa Sembuh

Jantung Bengkak Apakah Bisa Sembuh

Makanan Sehat yang Ternyata Berbahaya Jika Berlebihan

Makanan Sehat yang Ternyata Berbahaya Jika Berlebihan

Makanan Tinggi Serat Yang Harus Dimakan

Makanan Tinggi Serat Yang Harus Dimakan

Diabetes Bisa Sembuh – Benarkah?

Diabetes Bisa Sembuh – Benarkah?