“Dok, jam berapa yang paling baik untuk berjemur?” Seorang pegawai puskesmas menanyakan hal tersebut kepada kami pagi tadi.
Kemudian, pada siang hari, seorang teman sejawat mengirimkan direct massage melalui Instagram meminta kami untuk menuliskan efek paparan sinar matahari dan virus korona.
“Sekarang sering lihat orang sunbathing, malah sering kali berjemur ramai-ramai. Padahal kita sedang menggalakkan social distancing.” Ujar teman sejawat tersebut seiring permintaan untuk menuliskan artikel tentang topik ini.
Akhirnya, kami memutuskan untuk menulis artikel ini.
Sebelum kami membahas apakah sinar matahari efektif untuk membunuh virus corona dan kapan waktu yang paling tepat untuk berjemur maka kita sebaiknya sama-sama memahami apa yang dimaksud dengan sunbathing ini.
Bila kita menggunakan kamus Merriam-Webster dan mencari arti kata sunbathing, maka akan muncul pengertian sebagai berikut:
Sunbathing merupakan intransitive verb dari sunbath yang berarti:
“an exposure to sunlight or a sunlamp [paparan sinar matahari atau sinar dari lampu matahari (lampu listrik yang dirancang untuk memancarkan radiasi panjang gelombang dari ultraviolet ke inframerah)]”
Sedangkan kalau kita cek kata Berjemur di Kamus Besar Bahasa Indonesia Online maka artinya:
“memanaskan badan dengan panas matahari”
Jadi, sepanjang artikel ini kami akan menggunakan kata berjemur dan sunbathing untuk mendeskripsikan tindakan memanaskan badan di bawah paparan sinar matahari.
Lalu, apa yang dimaksud dengan sunbathing menurut para ahli.
Sunbathing merupakan tindakan duduk atau berbaring di bawah pancaran sinar matahari.
Sebagian dari kita melakukan tindakan ini untuk membuat kulit menjadi lebih eksotis. Tapi, tahukah teman-teman bahwa tindakan ini menurut para ahli akan memberikan manfaat kesehatan bila dilakukan dengan benar.
Bahkan para ahli berpendapat bahwa bila tindakan sunbathing dilakukan dengan benar maka kulit kita dapat mengubah kolesterol menjadi vitamin D.
Perubahan kolesterol menjadi vitamin D ini telah membantu untuk mencegah penyakit tertentu.
Tapi, tolong teman-teman tidak bertanya apakah perubahan kolesterol menjadi vitamin D karena tindakan sunbathing ini dapat menurunkan berat badan.
Sebab kalau bisa maka kami akan lebih sering melakukannya dari pada teman-teman agar dapat lebih kurus.
Mari kita bahas manfaat kesehatan tindakan berdiam diri di bawah paparan sinar matahari satu per satu.
Paparan sinar matahari membantu tubuh membuat vitamin D secara alami.
Vitamin ini sangat penting, tapi banyak dari kita yang tidak memiliki vitamin D yang cukup atau sesuai kebutuhan.
Kekurangan vitamin D merupakan salah satu kondisi kekurangan vitamin yang paling sering ditemukan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kondisi ini dialami sekitar 1 miliar orang di seluruh dunia.
Kita mudah mendapatkan vitamin lainnya dengan hanya mengonsumsi makanan terutama buah dan sayur. Tapi, tidak untuk vitamin D.
Ikan, kuning telur, dan produk susu atau olahannya adalah sumber vitamin D dalam jumlah yang kecil.
Namun, berapa banyak orang yang suka makan ikan? Jumlahnya di Indonesia mungkin bertambah setelah tagline “Tenggelamkan” dari Ibu Susi Pujiastuti terkenal dan viral.
Bila makanan hanya menyumbang sebagian kecil vitamin D maka dari mana vitamin D lainnya kita dapatkan?
Jawabannya sudah kami berikan di bagian atas artikel ini yaitu:
“Perubahan kolesterol menjadi vitamin D di kulit melalui bantuan paparan sinar matahari.”
Paparan sinar matahari terhadap kulit dan vitamin D ini memiliki keuntungan kesehatan seperti:
Orang yang rajin menghabiskan waktunya untuk menerima paparan sinar matahari memiliki gejala depresi yang lebih sedikit dan lebih ringan.
Sinar matahari memicu otak untuk melepaskan hormon serotonin, yang dapat meningkatkan suasana hati dan meningkatkan perasaan tenang.
Bahkan tanpa depresi, menghabiskan waktu di bawah sinar matahari kemungkinan akan meningkatkan suasana hati (mood).
Kalau teman-teman sedang sedih karena suatu masalah maka sinar matahari dapat menjadi pilihan untuk membantu teman-teman mendapatkan mood yang lebih baik.
Manfaat berjemur yang berikutnya adalah membuat teman-teman lebih mudah untuk tertidur. Kenapa demikian?
Paparan sinar matahari akan menyebabkan irama tubuh kita (irama sirkardian) bekerja lebih baik. Saat malam karena kita sudah terpapar matahari maka jam sirkardian tubuh kita akan memprogram tubuh agar tidur.
Vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium. Penyerapan kalsium ini membuat tulang menjadi lebih kuat dan dapat membantu mencegah osteoporosis dan radang sendi.
Vitamin D membantu tubuh melawan penyakit, termasuk penyakit jantung, Sklerosis otot, flu, penyakit autoimun dan kanker tertentu.
Selain manfaat kesehatan di atas ada satu hal yang harus selalu kita ingat bahwa:
“American Academy of Dermatology menyarankan agar tidak menggunakan paparan sinar matahari sebagai metode utama untuk mendapatkan vitamin D.”
Negara kita terletak di garis katulistiwa sehingga waktu berjemurnya juga berbeda dengan negara-negara lainnya. Kami menemukan penelitian yang menarik terkait dengan waktu berjemur yang paling baik di negara-negara asia tenggara.
Mari kita lihat kapan waktu terbaik tersebut?
Hasil penelitian yang dipublikasikan pada jurnal dengan judul Vitamin D status and sun exposure in southeast
Asia menyatakan bahwa untuk wilayah Indonesia maka sebaiknya melakukan tindakan sunbathing selama 25 menit pada pukul 9 pagi 3 kali dalam seminggu.
Paparan sinar matahari yang didapatkan melalui kedua lengan dan wajah cukup untuk meningkatkan kadar vitamin D dalam darah kita sekitar 25 nmol/L setelah berjemur selama 6 minggu.
Lalu, apakah berjemur berbahaya untuk kulit kita?
Sunbathing merupakan tindakan yang memiliki risiko terhadap kesehatan. Ruam matahari atau sun rash dapat terjadi bila terlalu lama menghabiskan waktu di bawah sinar matahari.
Paparan sinar matahari juga dapat menyebabkan kulit terbakar, yang menyakitkan, dapat menyebabkan lepuh, dan dapat mempengaruhi semua bagian tubuh, bahkan bibir.
Sunburns atau luka bakar derajat 1 karena terpapar sinar matahari dapat menyebabkan salah satu jenis kanker kulit (melanoma) di kemudian hari.
Erupsi cahaya polimorfik (PMLE), juga dikenal sebagai keracunan matahari, dapat terjadi sebagai akibat dari terlalu lama terpapar sinar matahari.
Kondisi ini muncul dalam bentuk benjolan merah gatal di dada, kaki, dan lengan.
Nah, kondisi-kondisi di atas muncul karena terlalu lama terpapar sinar matahari.
Lalu, berapa menit kita direkomendasikan untuk sunbathing?
Beberapa ahli kulit percaya bahwa, selama kita tidak memiliki komplikasi dengan paparan sinar matahari yang biasa, maka kita dapat berdiam diri di bawah paparan sinar matahari tanpa krim tabir surya hingga 20 menit setiap hari.
Untuk mengurangi risiko terbakar sinar matahari, mungkin yang terbaik membatasi paparan hanya dalam 5 hingga 10 menit.
Waktu ini sangat bervariasi dan berdasarkan seberapa dekat lokasi kita dengan garis khatulistiwa, respons kulit kita terhadap matahari, dan kualitas udara.
Kualitas udara yang buruk dapat menghalangi sebagian sinar UV.
Misalnya kita berjemur di kota dengan tingkat polusi tinggi tidak akan seefektif dengan berjemur di pegunungan yang polusi udaranya kecil.
Kami juga memiliki beberapa tips yang dapat teman-teman lakukan agar sunbathing nya menjadi lebih baik dan aman.
Berikut ini beberapa hal yang harus teman-teman perhatikan bila ingin berdiam diri di bawah sinar matahari:
Yang pertama dan yang paling penting kalau kita membahas topik ini adalah pesan berantai melalui Whatsapp, yaitu:
“Virus corona bisa mati pada suhu 26-27 derajat”
Dalam narasi pesan tersebut dijelaskan bahwa virus akan hilang sepenuhnya saat terkena sinar matahari.
SELURUH INFORMASI DI ATAS ADALAH SALAH DAN TIDAK MEMILIKI DASAR ILMIAH YANG JELAS.
Bahkan ada isi bahwa virus corona akan mati dengan mandi air panas.
Sangat disayangkan informasi ini juga SALAH.
Mandi air panas tidak akan mencegah kita dari COVID-19.
Suhu tubuh normal kita tetap di sekitar 36,5 °C hingga 37°C, terlepas dari suhu mandi atau mandi.
Sebenarnya, mandi air panas dengan air yang sangat panas bisa berbahaya, karena bisa membakar kulit kita.
Cara terbaik untuk melindungi diri dari COVID-19 adalah dengan sering mencuci tangan.
Dengan melakukan tindakan cuci tangan ini, kita menghilangkan virus yang mungkin ada di tangan kita dan menghindari infeksi yang dapat terjadi saat menyentuh mata, mulut, dan hidung kita.
Namun, apakah berjemur tidak memiliki manfaat sama sekali terhadap wabah infeksi virus corona ini?
Mari kita lihat..
Beberapa ahli mulai mengusulkan dan mengaitkan hubungan vitamin D terhadap pencegahan dan respons terhadap pandemi COVID-19.
Jangan berhenti baca sampai di sini teman-teman. Karena bagian paling penting dari artikel ini akan teman-teman temukan bila tetap membaca.
Di awal kita sudah tahu bahwa tindakan berjemur maka paparan sinar matahari pada kulit dapat mengubah kolesterol menjadi vitamin D.
Mari kita sejenak belajar dari Italia, dimana angka kematian pasien karena covid-19 nya paling besar.
Peneliti berpendapat peningkatan usia rata-rata warga Italia bisa menjadi faktor predisposisi terhadap tingkat keparahan dan peningkatan mortalitas terkait dengan infeksi Covid-19 di sana.
Menariknya, Italia, berdasarkan data epidemiologi besar juga merupakan negara dengan tingkat masyarakat yang mengalami kekurangan vitamin D paling tinggi di benua Eropa.
Penelitian yang dilakukan oleh Isaia et al, menemukan bahwa mayoritas wanita yang berusia 60-80 tahun mengalami kekurangan vitamin D.
Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan sebelumnya dapat dihipotesiskan bahwa vitamin D yang rendah dapat menjadi penghubung antara usia, komorbiditas dan peningkatan kerentanan terhadap komplikasi dan kematian akibat infeksi Covid19 di Italia.
Namun, masih dibutuhkan data penelitian yang benar-benar menunjukkan hubungan antara berjemur, vitamin d, dan COVID-19.
Penelitian menunjukkan ada manfaat berjemur dan menghabiskan waktu di bawah sinar matahari.
Paparan sinar matahari dapat meningkatkan suasana hati, membuat tidur lebih lelap, dan membantu produksi vitamin D, yang memperkuat tulang dan dapat membantu melawan penyakit tertentu.
Namun, karena risiko yang terkait dengan paparan sinar matahari terlalu banyak, batasi waktu paparan sinar matahari dan kenakan tabir surya SPF 30 atau lebih tinggi.
Virus corona mati karena paparan sinar matahari adalah disinformasi atau hoaks. Namun, terdapat hubungan antara kekurangan vitamin D dengan tingkat kemungkinan seseorang mengalami infeksi termasuk infeksi saluran pernapasan akut. Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menilai hubungan berjemur, vitamin D, dan COVID-19.
Berdiam di bawah paparan sinar matahari dapat baik bila dilakukan dengan porsi dan ukuran yang sesuai dan tidak dilakukan beramai-ramai saat kita butuh social distancing pada masa pandemi ini.
Tapi, berjemur terlalu lama dapat menyebabkan ruam matahari, terbakar sinar matahari, dan kemungkinan lebih besar terkena salah satu jenis kanker kulit (melanoma).
Semoga bermanfaat.
[su_spoiler title=”Klik di Sini“]
[/su_spoiler]