Akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020 menjadi periode yang cukup sulit bagi dunia kesehatan Internasional terutama bagi Tiongkok. Sebuah virus jenis baru yang dapat ditularkan melalui manusia ke manusia yang lainnya muncul. Virus ini disebut sebagai novel corona virus (2019-nCOV). Virus ini menyerang sistem pernapasan dan menyebabkan kematian yang mencapai ratusan hingga saya menulis artikel ini. Menariknya, warga Indonesia menyebarkan informasi bahwa virus 2019-nCOV ini dapat ditangkal hanya dengan mengonsumsi bawang putih.
Gambar di bawah ini merupakan screenshot dari salah satu grup whatsapp yang saya ikuti.
“Resep untuk virus Corona. Bawang putih yang besar ambil 8 biji, dikupas kulitnya ditaruh mangkok di tuang 7 gelas air mendidih selama 3 menit, setelah itu diminum langsung 2 gelas, ternyata pasien yang kena virus Corona sembuh di hari kedua/setelah malam minum air bawang putih ini!!!”
Itulah kurang lebih redaksi yang tersebar yang menunjukkan bahwa bawang putih dapat mengobati infeksi virus yang secara medis belum ditemukan obatnya ini.
Begitu pula di beberapa akun Instagram juga menyatakan bahwa bawang putih dapat menjadi perlindungan terhadap virus secara umum dan dapat ditambahkan madu.
Benarkah demikian?
Pada artikel ini kami mencoba untuk mencari referensi ilmiah efek anti virus bawang putih berdasarkan penelitian.
Tapi, sebelumnya sebaiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu virus 2019-nCOV dan bagaimana virus dapat menimbulkan penyakit pada manusia.
Virus corona yang berasal dari Wuhan, Cina, membingungkan para ahli mencari sumbernya. Karena virus dianggap baru, itu adalah jenis virus yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Sehingga disebut sebagai 2019-nCOV.
Virus ini biasanya menyebabkan penyakit pernapasan seperti flu biasa hingga radang paru-paru atau pneumonia berat.
Pada awalnya, banyak dari orang yang terinfeksi bekerja atau berbelanja di pasar grosir makanan laut di Wuhan, Cina, yang juga menjual hewan liar hidup dan yang baru disembelih.
Inilah sebabnya mengapa para ahli curiga virus itu dapat terjangkit ke manusia dari hewan inang.
Hingga saat ini terdapat 7 jenis corona virus yang dapat menginfeksi manusia.
2019-nCOV bukan corona virus pertama yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Setidaknya telah ditemukan tujuh corona virus yang menginfeksi manusia, termasuk virus baru 2019-nCOV.
Lalu benarkah bawang putih memiliki efek anti virus dan telah diteliti terhadap virus corona juga?
Sepanjang sejarah, banyak budaya yang berbeda telah mengakui potensi penggunaan bawang putih untuk pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit.
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya.”
Penelitian terbaru mendukung efek bawang putih dan ekstraknya dalam berbagai aplikasi.
Penelitian-penelitian ini mengangkat kemungkinan nilai terapi bawang putih untuk berbagai penyakit.
Senyawa berbeda dalam bawang putih dianggap mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, memiliki efek anti tumor dan anti mikroba, dan menunjukkan manfaat pada konsentrasi glukosa darah tinggi.
Namun, mekanisme pasti semua bahan dan efek jangka panjangnya tidak sepenuhnya dipahami.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan mekanisme patofisiologis aksi bawang putih serta kemanjuran dan keamanannya dalam pengobatan berbagai penyakit.
Mari kita bahas potensi anti virus bawang ini.
Dibandingkan dengan efek antibakterinya, sangat sedikit penelitian yang telah dilakukan untuk menyelidiki sifat antivirusnya.
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa ekstrak bawang ini menunjukkan aktivitas in vitro terhadap virus influenza A dan B, cytomegalovirus, rhinovirus, HIV, herpes simplex virus, herpes simplex virus 2, pneumonia virus, dan rotavirus.
Allicin, diallyl trisulfide dan ajoene merupakan senyawa pada bawang yang dianggap aktif terhadap virus.
Dalam kasus HIV, diperkirakan bahwa ajoene bertindak dengan menghambat proses yang terkait dengan pada integrin.
Alkohol allyl dan dialil disulfida juga terbukti efektif melawan sel yang terinfeksi HIV.
Tidak ada aktivitas yang telah diamati dengan allicin atau S-allyl cysteine. Tampaknya hanya allicin dan zat turunan allicin yang aktif. Secara bersamaan, efek menguntungkan dari ekstrak bawang ini membuatnya berguna dalam pengobatan.
Sebuah penelitian tunggal menunjukkan bahwa Allium sativum dapat mencegah terjadinya flu biasa, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi temuan ini.
Penelitian ini secara acak dilakukan terhadap 146 orang yang diberikan untuk suplemen bawang (180 mg allicin) atau plasebo selama 12 minggu.
Penelitian mengungkapkan 24 kejadian pilek pada kelompok bawang putih dibandingkan dengan 65 pada kelompok plasebo, yang mengakibatkan lebih sedikit hari sakit pada kelompok bawang dibandingkan dengan kelompok plasebo.
Banyak negara telah menggunakan ekstrak bawang ini untuk perawatan klinis, tetapi tindakan bawang ini yang tidak diinginkan setelah pemberian jangka panjang harus sepenuhnya diperhatikan.
Meskipun banyak penelitian tentang bawang ini dan turunannya telah dilakukan, mekanisme biologis yang tepat dari ekstrak bawang ini masih harus dijelaskan.
Fakta Bawang Putih dan Efek Anti Virus: Penelitian-penelitian menunjukkan ekstrak Allium sativum efektif dalam pengobatan infeksi virus tapi bukti penelitian tersebut belum cukup untuk merekomendasikan bawang putih untuk pengobatan dan pencegahan infeksi oleh virus.