Sebagian besar obat antibiotik diresepkan pada pasien rawat jalan. Terutama untuk kondisi infeksi saluran napas, otitis media akut, infeksi saluran kemih, dan masalah terkait kulit.
Hasil penelitian yang diterbitkan pada jurnal Clinical Infectious Diseases menyatakan bahwa lebih dari setengah obat antibiotik yang diresepkan untuk pasien rawat jalan adalah tidak sesuai.
Sedangkan sebesar 30% pemberian antibiotik ternyata tidak dibutuhkan.
Sebagian besar penelitian menggunakan pendapat ahli atau definisi berdasarkan pedoman terapi yang tepat untuk menilai ketepatan penggunaan obat ini.
Penggunaan tidak tepat didefinisikan sebagai:
Sedangkan penggunaan yang tidak perlu atau tidak dibutuhkan didefinisikan sebagai
Terdapat pula istilah penggunaan anti mikroba sub optimal yang didefinisikan sebagai kesalahan dalam:
Penggunaan rasional antibiotik merujuk kepada pemberian antibiotik hanya pada pasien yang diharapkan mendapatkan manfaat dari pemberian obat tersebut dengan:
Pada artikel ini Anda akan menemukan pendekatan rasional penggunaan antibiotik khususnya untuk pasien rawat jalan.
Bila Anda tidak punya cukup waktu untuk membaca artikel ini sekarang. Kami menyediakan versi Antibiotik.pdf untuk artikel ini. Anda dapat mengunduhnya dengan klik tombol di bawah ini.
[su_button url=”https://dl.dropbox.com/s/ia3h9nisxzsbkzg/antibiotik.pdf?dl=2″ style=”3d” background=”#165e77″ size=”8″ center=”yes” icon=”icon: download” icon_color=”#15a3a6″ title=”Antibiotik.pdf”]Antibiotik.pdf[/su_button]
Penggunaan anti mikroba yang tidak sesuai berhubungan dengan berbagai konsekuensi yang tidak menguntungkan termasuk:
Resistansi anti mikroba menjadi isu kesehatan masyarakat yang cukup besar.
Kondisi ini merupakan ancaman terhadap pencegahan dan pengobatan berbagai jenis infeksi.
Resistansi sendiri merupakan proses alami pada bakteri. Bakteri akan mengembangkan resistansi lebih cepat karena penggunaan atau salah guna agen anti mikroba.
Beberapa isu besar yang menjadi perhatian dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) termasuk:
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memiliki beberapa isu terkait resistansi obat yang menjadi perhatian besar mereka seperti:
Pendekatan rasional penggunaan anti mikroba merupakan salah satu pendekatan untuk mengurangi resistensi anti mikroba.
Tujuan dari program ini adalah untuk:
Selain itu, program ini juga bertujuan memberikan edukasi kepada pasien terkait dengan:
Versi lebih lengkap dari laporan dan program ini dapat dilihat dengan menekan link berikut.
WHO 2014 Antimicrobial Resistance Global Report WHO 2014 Apr PDF
Clin Infect Dis 2007 Jan 15;44(2):159
Kriteria standar yang memuat pemberian antibiotik yang sesuai hingga saat ini belum tersedia. Upaya untuk mendefinisikan ketidaksesuaian terhalang oleh berbagai skenario klinis.
Sebagian besar penelitian menggunakan pendapat pakar atau definisi berdasarkan pedoman untuk terapi yang sesuai dalam menilai kecocokan pemberian anti mikroba.
Proses mendefinisikan indikator kualitas dan metode untuk menentukan ketepatan penggunaan anti mikroba berdasarkan kriteria obyektif masih diperlukan.
Kriteria yang saat ini digunakan telah kami tuliskan pada bagian awal artikel ini.
Untuk versi lebih lengkapnya Anda dapat melihatnya pada jurnal berikut:
Clin Infect Dis 2016 Dec 15;63(12):1639
Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam JAMA 2016 May 3;315(17):1864 sekitar 30% dari seluruh anti mikroba yang diresepkan di Amerika Serikat adalah tidak tepat.
Meskipun demikian, penelitian lainnya menyatakan bahwa 50% hingga 80% anak-anak yang memerlukan antibiotik untuk infeksi saluran pernapasan atas di Belanda mendapatkan pengobatan dengan anti mikroba lini pertama sesuai dengan rekomendasi pedoman praktik klinis. (J Antimicrob Chemother 2016 Jun;71(6):1707)
Angka yang lebih kecil dilaporkan untuk pengobatan sinusitis, otitis media, atau faringitis di Amerika Serikat yang mendapatkan pengobatan menggunakan anti mikroba lini pertama sesuai rekomendasi pedoman praktik klinis. (JAMA Intern Med 2016 Dec 1;176(12):1870)
Berdasarkan tinjuan sistematik dari penelitian observasional disimpulkan bahwa:
“Persepsi dokter terhadap keinginan pasien mendapatkan antibiotik berhubungan dengan peningkatan kemungkinan kesalahan pemberian obat ini pada pasien dengan infeksi saluran pernapasan.-Antimicrob Agents Chemother 2016 Jul;60(7):4106 full-text”
Pasien dengan infeksi pernapasan yang datang ke unit gawat darurat lebih jarang diberikan pengobatan menggunakan anti mikroba tapi agen anti mikroba bila diberikan selalu menggunakan spektrum luas. (J Antimicrob Chemother 2014 Jan;69(1):234)
Disisi lain, perawatan di rumah sakit dan perawatan di layanan kesehatan komunitas masing-masing berhubungan dengan peresepan antibiotik yang tidak tepat bila dibandingkan dengan perawatan di unit gawat darurat untuk pasien dengan infeksi saluran napas. (Open Forum Infect Dis 2016 Feb 23;3(1):ofw045 full-text)
Pasien lanjut usia dan kunjungan ke spesialis penyakit dalam juga berhubungan dengan pemberian agen golongan fluorokuinolon pada wanita dengan infeksi saluran kemih tanpa komplikasi. (Open Forum Infect Dis 2016 Aug 2;3(3):ofw159 full-text)
Faktor lainnya yang berhubungan dengan pemberian obat anti mikroba yang tidak tepat adalah alergi penisilin dan batuk yang dikeluhkan pasien dengan infeksi saluran napas atas non spesifik. (Antimicrob Agents Chemother 2015 Jul;59(7):3848 full-text)
Infeksi saluran napas atas (ISPA) atau common cold merupakan diagnosis yang paling sering dijumpai pada pasien rawat jalan.
Sebagian besar ISPA disebabkan oleh virus dan antibiotik bukan merupakan pengobatan yang efektif.
Tujuan pengobatan kondisi ini adalah perbaikan dan hilangnya gejala.
Beberapa rekomendasi penolakan penggunaan anti mikroba untuk kondisi ISPA antara lain:
Dokter harus memberikan edukasi kepada pasien terkait dengan:
Tidak kriteria diagnosis yang jelas tersedia untuk bronkitis akut. Pasien dengan akut bronkitis biasanya datang dengan keluhan:
Terapi anti mikroba rutin tidak direkomendasikan untuk akut bronkitis tanpa komplikasi, terlepas dari durasi batuknya.
Pasien dengan bronkitis akut akan mendapatkan keuntungan dari pemberian obat pereda gejala.
Rekomendasi terkait anti mikroba untuk diagnosis bronkitis akut antara lain:
Jika disangkakan diagnosis pertusis, lakukan pemeriksaan diagnostik dan mulai terapi anti mikroba.( N Engl J Med 2006 Nov 16;355(20):2125 full-text)
Terapi anti mikroba pada pasien dewasa dengan dugaan pertusis direkomendasikan terutama untuk mengurangi patogen dan penyebaran penyakit.
Terapi anti mikroba pada pasien dengan dugaan pertusis juga menunjukkan percepatan resolusi gejala.
Tujuan pengobatan ISPA non spesifik adalah untuk perbaikan gejala. Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan antara lain:
Pada anak-anak:
Pada orang dewasa:
Beberapa obat bebas dan terapi alternatif yang efektif untuk meringankan gejala antara lain:
Pada anak-anak:
Pada orang dewasa:
Pedoman lengkap untuk pengobatan simptomatis pada pasien dengan ISPA dapat diunduh pada link di bawah ini:
Am Fam Physician 2012 Jul 15;86(2):153 full-text
FDA (BPOM-nya Amerika Serikat) merekomendasikan untuk tidak menggunakan produk obat bebas atau resep obat batuk pada anak yang berusia < 2 tahun dan mendukung untuk menggunakan obat batuk pada anak < 2 tahun. (FDA Press Release 2008 Jan 17)
Rekomendasi ini termasuk termasuk obat bebas berupa:
Larangan ini dibuat karena terkait dengan efek samping yang serius bahkan mengancam jiwa.
Efek samping tersebut termasuk:
Rekomendasi yang sama juga disampaikan oleh American Academy of Pediatrics (APA). APA merekomendasikan untuk tidak meresepkan atau merekomendasikan obat batuk dan pilek untuk penyakit ISPA pada anak-anak <4 tahun. (Choosing Wisely 2014 Mar 17)
Bila Anda ingin mengajukan pertanyaan atau pendapat terkait artikel ini, silakan tuliskan di kolom komentar.
[su_spoiler title=”Referensi Utama” style=”fancy”]
[/su_spoiler]