Acute altitude illnesses merupakan kondisi yang berpotensi serius yang dialami oleh orang yang berada atau naik pada ketinggian lebih dari 2.500 meter (8.202 kaki) dari permukaan air laut.
Kondisi ini memiliki banyak faktor risiko mayor termasuk pendakian yang cepat, tingkat ketinggian yang semakin meningkat, riwayat penyakit acute altitude illnesses sebelumnya, pengeluaran tenaga yang berlebihan (kelelahan), dan suhu dingin.
Diagnosis acute mountain sickness ditegakkan pada orang yang berada pada ketinggian lebih 500 meter dari permukaan air laut yang mengalami keluhan sakit kepala, keletihan, kelemahan, pusing, mual, muntah, anoreksia, atau sulit tidur.
Kondisi ini biasanya muncul 6-12 jam setelah sampai pada ketinggian tersebut
By Benh LIEU SONG (Own work) [GFDL (http://www.gnu.org/copyleft/fdl.html) or CC BY-SA 3.0 (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0)], via Wikimedia CommonsDiagnosis HACE ditegakkan apabila terdapat perubahan status mental pada pasien AMS yang tidak mengalami perbaikan atau perubahan status mental dan ataksia pada pasien tanpa AMS
Diagnosis HAPE ditegakkan apabila terdapat ≥ 2 gejala pulmoner (dispneu saat beristirahat, batuk, penurunan kemampuan beraktivitas, dan dada terasa sesak) dan ≥ 2 tanda (ronhki atau wheezing, sianosis sentral, takipneu, takikardi).
HAPE biasanya terjadi 1-4 hari setelah sampai, dan dapat terjadi tanpa AMS.
Pertimbangkan penggunaan skor Lake Louise untuk mengetahui tingkat keparahan AMS.
Penilaian ataksia (menggunakan pemeriksaan berjalan menggunakan tumit-jempol)
Tidak ada – 0
Bermanuver untuk mempertahankan keseimbangan – 1 poin
Berjalan keluar garis – 2 poin
Jatuh – 3 poin
Tidak mampu berdiri – 4 poin
Penilaian edema perifer
Tidak ada – 0
Satu lokasi – 1 poin
≥ 2 lokasi – 2 poin
Interpretasi Skor
Skor 2-4 dipertimbangkan sebagai AMS ringan
Skor 5-15 dipertimbangkan sebagai AMS sedang-berat
Tatalaksana Acute Altitude Illnesses
Prinsip Tatalaksana
Setiap gejala atau keluhan yang tidak berkurang dengan istirahat dianggap sebagai AMS
Berikan parasetamol atau ibuprofen untuk nyeri kepala saat berada diketinggian tanpa gejala lainnya.
Berikan anti-emetik untuk gejala gastrointestinal tanpa gejala lainnya
Untuk AMS, HACE, dan HAPE
Bila memungkinkan, turun hingga gejala menghilang
Turun sejauh 300-1.000 meter pada umumnya adekuat tapi bervariasi antar individu
Jangan dibiarkan pasien turun sendiri
Untuk AMS
Pemberian deksametason direkomendasikan untuk semua derajat AMS khususnya derajat sedang-berat
Dewasa: Deksametason 4 mg PO, IV atau IM setiap 6 jam
Anak-anak: Deksametason 0,15 mg/kg per dosis PO, IV, IM setiap 6 jam
Tunda pendakian lebih lanjut setelah pasien mendapatkan deksametason sampai pasien asimptomatik tanpa obat ini.
Acetazolamid dapat digunakan untuk AMS ringan
Dewasa: Acetazolamid 250 mg 2 kali sehari PO
Anak: Acetazolamid 2,5 mg/kg setiap 12 jam (dosis maksimal 125 mg per dosis)
Bila tidak terdapat perbaikan terhadap manajemen konservatif, pertimbangkan:
Pemberian oksigan
Ruang hiperbarik portabel
HACE dan HAPE harus tatalaksana sebagai kondisi emergensi (kematian karena edema serebri dapat terjadi dalam hitungan jam setelah gejala)
Jika tidak memungkinkan untuk turun, pertimbangkan pemberian:
Oksigen
Ruang hiperbarik portabel
Jika sangkaan HACE
Lakukan terapi primer dengan deksametason 8 mg dosis pertama lalu dilanjutkan 4 mg PO, IV, atau IM setiap 6 jam
Pertimbangkan menambah acetazolamid 250 mg 2 kali sehari pada dewasa atau 2,5 mg/kg setiap 12 jam (maksimal 125 mg/kali beri) pada anak sebagai tambahan deksametason
Jika sangkaan HAPE
Tambahkan nipedifine sustained release 30 mg 2 kali sehari (tanpa dosis loading) sebagai tambahan terapi oksigen dan turun.
Pencegahan Acute Altitude Illnesses
Direkomendasikan naik secara bertahap kurang lebih 500 meter/hari dengan istirahat setiap 3-4 hari
Untuk orang dengan risiko sedang hingga berat (seperti riwayat high-altitude illness atau yang akan naik hingga 2.800 meter dalam satu hari)
Berikan acetazolamid 125 mg (2,5 mg/kg untuk anak) PO 2 kali sehari dimulai ≥ 1 hari sebelum naik dan dilanjutkan hingga mulai untuk turun.
Jika acetazolamid tidak ditoleransi, berikan deksametason 2 mg PO setiap 6 jam atau 4 mg PO setiap 12 jam (hingga 10 hari)
Untuk orang dengan riwayat HAPE, pertimbangkan salah satu pencegahan berikut
Nifedipin SR 30 mg 2 kali sehari PO dimulai dari saat naik hingga mulai turun atau 4 hari
Salmeterol inhalasi 125 mcg 2 kali sehari
Deksametason 8 mg PO 2 kali sehari
Tadalafil 10 mg PO 2 kali sehari
Referensi:
Luks AM, McIntosh SE, Grissom CK, et al. Wilderness Medical Society practice guidelines for the prevention and treatment of acute altitude illness: 2014 update. Wilderness Environ Med. 2014 Dec;25(4 Suppl):S4-14
Beberapa Pedoman dan Tinjauan Lainnya terkait kondisi ini dapat dilihat pada link berikut
Pedoman
International Climbing and Mountaineering Federation – Union International des Associations d’Alpinisme (UAII) guidelines for drug use and misuse in the mountains can be found in High Alt Med Biol 2016 Sep;17(3):157
Dr. Rifan Eka Putra Nasution, CPS., CTPS. Lahir di Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, 29 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di kota kelahiran lalu menyelesaikan pendidikan tingginya pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Dr. Rifan mendapatkan medali Emas pada Olimpiade Kedokteran Regional Sumatera Pertama untuk cabang Kardiovaskular-Respirologi dan menghantarkan dirinya menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia mendapatkan penghargaan Mahasiswa Kedokteran Berprestasi Se-Sumatera dari ISMKI Wilayah I. Beliau juga menjadi Peserta Terbaik Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 4 Tahun 2024 di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif menulis di Media Online dan Situs Kedokteran dan Kesehatan lainnya dan juga memiliki ketertarikan terkait proses pembelajaran serta ilmu komunikasi terutama terkait dengan public speaking.